Ciuman Pertama Aruna

II-38. Kopi Sianida



II-38. Kopi Sianida

0"Woo.. Mabarnya berhenti coy!" sebuah teriakan yang tidak asing menyeruak di antara gerombolan laki-laki mengelilingi meja panjang.      
0

"Aduuh.. belahan jiwa gue pulang akhirnya haha" beres memalingkan wajah dari layar handphone, pemuda lain ikut melempar celetuk seenaknya.      

Aruna menutup kening dan separuh matanya dengan telapak tangan kiri. Dia sempat terkekeh merasa gila. Kumpulan para tentara receh (teman-teman Damar), yang dulu suka nongkrong dan bantu-bantu di surat ajaib kini punya tempat nongkrong baru.      

Lantai 2 batik cafe and lounge, terlihat tidak sama seperti lantai dasar maupun lantai 1, tertutup rapat dengan kaca serta kedap suara. Beberapa dari mereka menghembuskan asap tipis dari bibir kusam khas pencinta tembakau.  Dan tampaknya tidak ada kegiatan berarti selain mager, main game atau sekedar nonton video.      

"Tuan putri datang.. siapkan duduknya.. nyingkir! Woe nyingkir" sebuah kursi dikosongkan tepat di antara mereka     

"Haduuh.. kangen gue"     

"hahaha" Aruna hanya bisa tertawa, antara mengenang masa lalunya bersama anak-anak gila ini. Dan melihat beberapa perubahan pada mereka.      

"Us.. kamu cabi ya" sentil Aruna pada salah satu pemuda yang banyak berubah.      

"cabi don't worry, gini-gini gue nggak jones" balas pemuda yang tubuhnya mengembang sekian persen.     

"woo.. sombong, yang nggak jomblo memang kata-katanya selalu lugas" Marco, laki-laki beralis tebal membalas ucapan Daus.     

"Loe jomblo Marco?" Aruna sedikit tercengang.     

"Biasalah Aruna.. dia diputusin ceweknya setelah ketahuan selingkuh" Sinyo turut memberi komentar, Sinyo laki-laki yang kini kabarnya sudah berkarier sebagai wartawan, dulunya sering gangguin Dea. Entah siapa nama asli Sinyo. Kebanyakan yang duduk di antara Aruna adalah orang-orang yang hidup dengan panggilan gaul mereka. Sampai-sampai lupa sama nama aslinya.      

"Em.. gimana kabar Dea?"     

"kayaknya udah tunangan deh, bisa jadi mau nikah" balas Aruna untuk Sinyo.      

"kenapa sih kalian pada nikah muda, menyulitkan kita kita yang masih kumpulin tabungan"     

"hahaha" Aruna terkekeh mendengar ucapan Sinyo, antara rasa konyol yang tercampur dengan kemirisan realita hidup.      

"boro-boro nabung.. uang habis melu buat traktir cewek" Geget, entah siapa nama aslinya. Si keriting yang paling usang di antara mereka. Parahnya nih anak masih setia jadi mahasiswa.     

"loe sih kelamaan mager di kampus, move on sana. Kerjain tuh tugas akhir baru loe bisa punya penghasilan"     

"Apa gue operasi plastik aja ya.. biar muka gue cakep kayak Damar, bisa dijual terus punya cafe kayak gini"      

"Semprul!!"     

"Sesemprul apa pun tapi inilah Realita coy, enggak bakalan makan mie instan di akhir bulan kalau tampang gue keren"     

"Minimal kalau gue nggak bisa menjual tampang kayak Damar, gue bisa berperilaku kayak Bram" Geget menambahkan ide gilanya.      

"Maksud loe ngibulin cewek- cewek tajir, buat nanggung hidup loe" Boby terhanyut dengan kalimat Geget.      

"Anjir! Kenapa gue yang kena" Bram tidak terima.      

"Hai itu kenyataan loe coy! Nggak sah sok suci"     

"Ya nggak sebar-bar itulah loe ungkapin identitas gue.. ada neng Aruna di sini"      

"Hei neng.." Sapa Bram sok ganteng, kenyataannya dia emang kategori cowok kece khas milenial yang bikin hati cewek tajir klepek-klepek.       

"Haha.." Aruna hanya bisa terkekeh melihat perilaku kumpulan manusia jurusan sastra dan beberapa lintas jurusan yang menganut paham hidup nggak perlu ribet santuy aja.     

"Eh Aruna tajir. gue lupa" Entah siapa yang bicara sekena bacotnya.      

"Tajir melintir, calon janda konglo merat pasti dapat banyak tunjangan nih"     

"Bisa nggak, kalian nggak personal shaming!" Protes Aruna pura-pura ngambek, gadis ini tahu mulut-mulut para laki-laki yang duduk di sekitarnya cuma sekedar guyonan receh tidak berarti.     

"Emang ada personal shaming?"     

"Anggap aja ada" balas Aruna.      

"Gimana kalau kita embat aja sebelum keduluan Damar"     

"Gila aja.. loe mau digebukin Damar?"     

"Bisa nggak topiknya ganti?" penggal Aruna, sebab anak-anak di sekitarnya mulai meluncurkan perbincangan absurd mereka.     

"Gak cuman gue gebukin.. gue suruh loe bayar bon" Damar kembali datang diikuti dua waiters yang setia menuruti perintahnya, para waiters itu menurunkan makanan dan minuman ringan. Cukup asyik, karena menu menu yang disajikan terlihat menggugah selera dengan bentukan eksentrik. Seolah menjadi rusak jika dimakan.     

"Minggir!" Damar menarik bahu Daus yang duduk paling dekat dengan Aruna. Kemudian laki-laki ini menguasainya seperti dulu. Ya.. dari dulu Damar selalu berperilaku seperti ini. Melarang yang lain duduk dekat-dekat Aruna, apalagi ketahuan merayunya. Pemuda Padang serta merta akan memasukkannya dalam catatan merah.      

Catatan merah kelam versi mereka, karena tiap kali catatan itu terbit. Si korban selalu berakhir dengan mengenaskan, mulut terkunci dan mata merunduk. Karena Damar tidak segan-segan untuk mempertahankan bentengnya lalu menghajar lawannya dengan menjatuhkan mental mereka.      

Si jangkung yang terkenal ramah dan enteng banget kalau dimintai tolong sobat-sobatnya, bisa menjelma jadi penganut budak cinta kategori bar bar luar biasa.      

"Wah.. gratis lagi ni.. makasih lo.. tapi ngomong-ngomong dalam rangka apa kai ini?" Marco berceloteh.      

"Hais' masak loe nggak tahu" Sinyo ikut ikutan.      

"Syukuranlah.. Aruna pulang" Bram ikut ambil bagian.      

"Haha" yang lain terkekeh bersamaan.     

"Apan sih kalian.. Ganti topik!" Aruna protes jadi bulan bulanan.      

"Ya.. doakan saja perceraiannya lancar.. biar kisah cinta gue berjalan lancar" Damar menambah garam di atas bubur bulan-bulanan kumpulan manusia nggak jelas.      

"Ih Damar..  ngomong apa sich kamu?!" Aruna menginjak kaki laki-laki absurd yang duduk di sebelahnya.      

"Eh' tapi loe ngembat mantan orang nggak papa nie.."     

"Damar kan penikmat Kopi Sianida" Si pengelola manajemen percintaan (punya banyak pacar bersamaan) bicara ngawur.      

"Apa itu" Daus baru bangkit dari penjelajahannya di dunia maya, meletakkan handphone, penasaran dengan istilah baru yang menggelitik.       

"Kumpulan Pria Siap Nikahi Janda" Suara Marco menyeruak menjentik riuh tawa dari kegilaan mereka.      

"Hwahahaha" Mereka seolah mencari kepuasan dengan menertawakan Damar.      

"Berani bikin gue ternistakan.. Yang punya bon gue tagih habis ini"      

"Loe itu kelihatan banget.. masih ngarep Aruna"     

"Ah aku nggak suka.. kalian mulai kebablasan" Ada gadis yang tiba-tiba ngambek dengan teman-temannya.     

"hehe jangan ngambek dong kita cuma bercanda.."     

"Sorry.. baby.. i still love you.." ada yang menenangkan, ada pula yang bikin keruh.      

"tapi ngomong-ngomong Aruna nggak sedingin dulu loh"     

"Dari mana kamu belajar nanggapin ocehan kita"      

"Iya tumben mau nimbrung"     

"Aku rindu aja sama kalian.. lama banget ngak liat kalian"      

Aruna yang dulu memang cenderung tidak peduli dengan obrolan aneh teman-teman Damar. Biasanya dia lebih memilih fokus bermain handphone atau makan jika di hadapannya tersaji makanan. Seolah tutup telinga dari hiruk-pikuk guyon receh mereka.      

"Yah.. kok jadi romence begini sih.." (jadi syahdu)     

"Foto yuk.. foto bareng.. biar nggak basi"     

"Makanannya di foto juga ya.. cantik banget" Aruna ikut mencairkan suasana.      

"ih.. jadi makin cewek kamu" (Memfoto makanan adalah kebiasaan cewek, tapi bukan kebiasaan gadis simple dan sedikit tomboy)     

"Haha.. masak?"      

"Nggak usah foto makananlah.. nggak guna!"     

"haha iya juga sih" Aruna sekejap sadar tentang dirinya yang dulu.      

"Liat sini..!"     

"Hai bro! Taruh handphone-nya sebentar dong" ada yang masih asyik bermain game.     

Kemudian pengatur timer pada kameranya, berlari menyusup di antara yang lain.      

"Satu lagi.. satu lagi.." yang bicara kali ini Sinyo mengajak yang lain swafoto. Tapi layar handphone-nya dipenuhi mukanya sendiri. Sempat ada yang melempar Sinyo dengan sendok.      

Tiba-tiba dalam hiruk-pikuk obrolan yang kadang sulit di cerna mereka yang punya selera humor standar.      

Ada tiga pria mengenakan setelan rapi, asing dan sangat tidak matching berada di antara habitat sekitar. Seperti kumpulan Siberian Husky si anjing peliharaan yang punya tampang keren dan maskulin yang sedang main di Empang sawah perkampungan.      

Mereka baru saja membuka pintu dan berdiri tegap memandang perempuan mungil bermata coklat.      

"Nona.. kami di minta menjemput anda"     

_Oh.. orang-orang Hendra membuntutiku_     

.     

.     

__________________________     

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/     

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^     

Gift anda adalah semangat ku untuk berkreasi. Beri aku lebih banyak Semangat!     

Silahkan tinggalkan jejak komentar, aku selalu membacanya.     

Review bintang 5, berupa kalimat lebih aku sukai     

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak     

-->     

(^_^) love you All, intip juga novel saya yang lain [IPK : Inilah Perjanjian Kita, Antara Aku Dan Kamu] dan [YBS: You Are Beauty Selaras]. Dengan gaya menulis berbeda dimasing masing novel.     

INFO : Instagram bluehadyan, fansbase CPA (Hendra, Aruna, Damar)     

Nikmati Cuplikan seru, spoiler dan visualisasi CPA     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.