Ciuman Pertama Aruna

II-46. E-057



II-46. E-057

0Gadis bermata coklat berdiri membeku tanpa suara. Sesaat kemudian tubuhnya sempat jatuh ke lantai.       
0

.     

Awalnya Laras bertanya pertanyaan simple kepada Aruna: "Kak setahu aku CEO DJoyo Makmur group itu suamimu. Benar nggak sih?"      

"Iya emang kenapa?" Aruna menatap Laras yang terlihat resah tiba-tiba.       

"Nyalakan televisi deh kayaknya ada ribut-ribut tentang sesuatu yang menimpa CEO Djoyo Makmur Group" mendengar ucapan Selaras Agus santai menyalakan televisi LCD yang terletak di tengah-tengah ruangan lantai 2 outlet surat ajaib.       

"coba pindah beberapa channel yang ada berita utama" pinta Laras dengan ekspresi serius.       

Dalam pikiran Aruna, halah paling ini tentang berita perceraianku, atau dia digosipkan dengan cewek. Biasanya nasib Hendra seperti itu, padahal dia takut melihat perempuan tidur. Sempat tersenyum ngaring memprediksi sesuatu yang bakal dia lihat.     

Sayangnya pikiran Aruna itu hanya sebuah gambaran manis yang tidak terealisasi. Karena berita sesungguhnya adalah tragedi yang mungkin bisa mengancam Mahendra.       

Gadis bermata coklat sempat berdiri membeku tanpa suara. Sesaat kemudian tubuhnya jatuh ke lantai.      

Dalam upaya teman-teman membuat Aruna siuman. Gadis itu tidak memberi jeda dirinya untuk sekedar mengumpulkan kesadaran. Dia langsung bangkit mencari taksi online. Berniat pergi ke rumah sakit yang disebutkan pembawa acara tadi.       

***      

"Hai Lily" laki-laki bernama Timi duduk mendekati dua perempuan yang ternyata tengah asyik makan, awalnya dia kira mungkin Lily akan menangis atau meraung-raung seperti perempuan patah hati pada umumnya. Nyatanya gadis ini sedang memesan dua mangkok bakso sekaligus. Lebih parahnya ada tiga gelas minuman dingin dengan rasa berbeda-beda tersaji di hadapannya. Es degan, es dawet satu lagi es jeruk.       

_dasar ini anak, rasanya percuma aku berada di sini_ gerutu Timi dalam hati, merasa bodoh sendiri membayangkan gadis bar bar ini akan menangis lalu melakukan yang 'tidak-tidak'.       

"Ngapain kemari? Mengganggu mood-ku yang lagi bersemangat makan banyak" Lily, yang dalam benak Timi adalah perempuan jute, sungguh sedang tidak tahu diri.       

"Dea, boleh aku bicara dengan Lily tanpa kamu" Dea pun sama saja, sedang menikmati bakso tanpa rasa dosa.       

_anak-anak kuliahan, kenapa kelakuannya gini banget_ batin Timi merasa ternistakan melihat kelakuan mereka. Dulu ketika dia berada di masa kuliah, dirinya lebih serius menghadapi berbagai masalah.       

Namun anak-anak milenial sekarang, walau dirinya masih tergolong milenial juga. Terasa jauh lebih santai dan suka tidak ambil pusing bahkan setelah seenaknya saja mengaduk-ngaduk perasaan orang.       

"Oh, oke oke" Dea menyingkir meringkus mangkok dan minumannya.       

Sesaat setelah gadis berhijab pergi, kini tinggal gadis doyan makan membuka percakapan lebih dahulu: "mau ngomong apa kamu?" dengan ekspresi sinisnya.      

_kalau tahu ujung-ujungnya seperti ini, males banget ku kejar dia. Aku kerjain saja sekalian_      

"aku minta maaf, tadi aku sangat kasar kepadamu. Semoga kamu bisa memahami kenapa aku marah ketika kamu bilang 'Hari ini juga kau adalah pacarku' karena aku sudah punya orang yang aku sukai" Ada senyum menggelitik di dalam perut, laki-laki ini yang sedang membual.       

"Aruna?" curiga Lily.      

"Jelas bukan, untuk Aruna, aku memang mendapat amanah menjaganya dengan sebaik mungkin, sejauh aku bisa" tampaknya ucapan Timi kali ini terdengar serius      

"Amanah? Dari siapa emang?" Lily mengerutkan alisnya tidak paham sama sekali apa yang disampaikan Timi.       

      

"Tidak usah dipikirkan, anggap saja aku punya alasan tersendiri. Dan untuk orang yang aku sukai, aku berencana ingin menjadikannya pacarku. Jadi kamu jangan mencuri startnya" Timi mendesis, menyadari kata-kata yang keluar dari mulutnya sungguh sampah.       

"Baiklah aku akan percaya tentang Aruna, karena dia pun sepertinya juga nggak tertarik padamu. Tapi untuk masalah cewek yang akan jadi pacarmu itu, bawa dia padaku sebagai bukti. Aku tidak akan mundur sampai aku dapati kenyataan bahwa kamu punya pacar di depan mata kepalaku sendiri" Lily menyipitkan matanya, tersenyum sinis menelan minuman dengan ritme cepat, rakus kemudian meletakkan kasar gelas diatas meja.       

Perilaku berikutnya perempuan ini mengusap mulutnya dengan punggung tangan. Siap makan lebih banyak lagi dari porsi yang ada di hadapannya.       

"hadeh.. mengapa jadi berlarut-larut begini, kenapa hidupku sudah mirip beruang yang diganggu anak kecil yang suka teriak 'focus focus trulala' " lirih Timi menggerutu sendiri, bibirnya bergerak-gerak geram. Namun tertangkap manis oleh pemujanya.     

Kalau toh dalam kehidupan pribadinya yang asli, entah dia sudah punya tunangan bahkan sudah punya istri. Timi tidak bisa mencampuradukkan jadi satu, entah jalan apa yang akan harus tempuh untuk menyingkirkan kerewelan salah satu teman nona Aruna. Atau sebaiknya dia memilih untuk mendiamkan saja seperti yang sudah sudah.     

.      

.      

"Anda mau ke mana?" dalam perjalanan menyusuri trotoar kembali ke outlet surat ajaib. Satu dari ketiga teman-teman Aruna mendekat. Timi menyapanya sambil mengerutkan dahi. Merasa ada hal yang tidak beres. Karena yang lain berusaha menghentikan Aruna.     

"Timi Aku mau ke rumah sakit Salemba, Hen.. Hendra mengalami kecelakaan dan dirawat di sana" perempuan berstatus istri ini bersimbah air mata dan bicaranya mulai berantakan. Dia bahkan tidak berani mengatakan Hendra tertikam.       

"lalu.. kenapa kau berdiri di pinggir jalan seperti ini?"       

"aku nunggu taksi online tapi nggak datang-datang"       

"Oke, Baik, cancel taksi online-nya. Saya akan mengurus semuanya" Lily dan Dea terbengong-bengong melihat Timi yang berlari secepat kilat masuk ke dalam pintu surat ajaib.       

Hal yang paling membuat dua gadis terbengong, pria ini tiba-tiba mengeluarkan sesuatu dari Sling Bag yang tidak pernah lepas dari dirinya. Ke mana pun di mana pun,Timi selalu membawa sling bag hitam tersebut. Bahkan beberapa teman melihat Timi membawanya ikut ke dalam kamar mandi.        

sesuatu yang membuat rasa penasaran itu benda kecil yang kemudian dipasang pada salah satu telinganya, kemudian pria itu menekannya sejalan dengan larinya. Dua perempuan terbengong sempat mendengarkan ucapan Timi: "unit E-057, membutuhkan satu mobil. Mendesak, urgent! Titik lokasi segera dikirim"       

"Apa kau mendengar tadi Dea?" Lily tersadar kemudian menyenggol tangan Dea yang masih terbengong.       

"unit E-075, kode apa itu?" Dea menimpali ungkapan Lily.       

"57 Dea.. kita lihat saja apa benar mobil akan datang" Lily berbisik kepada Dea.       

Dua perempuan ini tidak menyadari Aruna yang sedang panik. Mereka terbius dengan perilaku Timi yang sangat aneh.       

Sejalan berikutnya Timi keluar dari outlet surat ajaib sudah mengenakan jaket serta menyelipkan sesuatu di punggung tubuhnya.       

Tidak butuh waktu lama sebuah mobil Volvo SUV XC90, mobil dengan spesifikasi anti peluru, hitam legam melesat cepat dan berhenti seketika di depan outlet surat ajaib.       

Timi membuka pintu untuk Aruna, Gadis itu duduk di belakang pengemudi. Sedangkan si pria yang akhirnya membuka kacamatanya berlari menuju kursi pengemudi meminta yang di dalam keluar.       

Kemudian mobil itu meluncur meninggalkan pria lain yang berpakaian serba hitam. Pria tersebut sempat memandang aneh Dea dan Lily yang tertangkap kosong melompong sedang memahami situasi.       

Pria berpakaian hitam pun juga membuat panggilan di telinga. Sama seperti yang dilakukan Timi sebelumnya, sang baju hitam menghentikan taksi yang melintas dan turut menghilang.      

Ada hembusan nafas dari salah satu perempuan kosong melompong: "mari kita runtut semuanya?"       

"Maksudmu?" yang bicara ini adalah Dea, menanggapi perempuan yang sedang tertantang dan menjelmakan dirinya sebagai detektif seketika.      

"kita cari tahu siapa Timi sebenarnya! Dan hubungannya dengan Aruna"      

"Tidak perlu dicari tahu, jelas sekali mungkin dia seperti pak Surya (pak Surya ku sayang hehe)" dia sempat tersenyum kecil menyebutkan nama pak Surya.       

"maksudmu ada hubungannya dengan suami Aruna"      

"iya.. apa lagi coba? Kecuali kau ingin tahu identitas aslinya. Baru butuh waktu dan penyelidikan panjang" kapan Dea di tanggapi serius oleh Lily.       

"stop Jangan melirikku" Dea menyadari ada perempuan yang akan memintanya ikut melakukan penyelidikan konyol. Memandang Dea dan menghantarkan ungkapan ingin minta dukungan atau sekedar bantuan ringan.      

"Aku tidak mau ikut campur, bukan urusanku menyelidiki Timi. Kalau kamu ingin melakukan hal konyol itu lakukan sendiri" Dia meninggalkan Lily, yang masih terjebak oleh pikirannya.       

_Hemm.. dia semacam agen rahasia ya.._      

_Menarik! lihat saja aku pasti akan mengungkap siapa kamu sebenarnya, E-057_     

.      

.      

__________________________      

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/      

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^      

Gift anda adalah semangat ku untuk berkreasi. Beri aku lebih banyak Semangat!      

Silahkan tinggalkan jejak komentar, aku selalu membacanya.      

Review bintang 5, berupa kalimat lebih aku sukai      

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak      

-->      

(^_^) love you All, intip juga novel saya yang lain [IPK : Inilah Perjanjian Kita, Antara Aku Dan Kamu] dan [YBS: You Are Beauty Selaras]. Dengan gaya menulis berbeda dimasing masing novel.      

INFO : Instagram bluehadyan, fansbase CPA (Hendra, Aruna, Damar)      

Nikmati Cuplikan seru, spoiler dan visualisasi CPA      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.