Ciuman Pertama Aruna

II-49. Kehabisan Oksigen



II-49. Kehabisan Oksigen

0"tok tok tok" ketukan pintu di luar membuyarkan obrolan dua sahabat.      
0

"ya, masuk!" Balas Surya. Sekejap berikutnya seorang pelayan rumah induk menundukkan punggungnya sejenak, lalu bangkit menatap dua pria.     

"Tuan, istri anda datang" Ucapnya mengejutkan.     

Hendra yang awalnya tidak berminat untuk sekedar membalik badannya dan lebih memilih tetap fokus mengamati panorama di luar jendela ketika suara seseorang datang untuk menyapa dirinya.  "tolong ulangi sekali lagi kau bilang apa barusan?" Mata biru lekas menangkap pelayan tersebut dalam kornea matanya.     

"Istri anda.. nona Aruna datang" Sekali lagi sang pelayan menyampaikan pesannya.     

"datang ke rumah ini??" ada yang belum yakin dan bertanya kembali. Pria bermata biru memastikan sesuatu yang hampir mustahil.       

"iya, dia menunggu di depan. Ingin bertemu Anda"      

Dalam hitungan detik pria itu berdiri berjalan secepat dia bisa, mengabaikan semuanya. Ini seperti mimpi yang mustahil untuk jadi kenyataan.       

.      

.      

"Timi berhenti" mobil yang melintasi jalan lurus menuju gerbang yang membentang megah rumah induk. Seketika melambat mengikuti permintaan sang nona.       

"Apa kata-katamu benar? Kau tidak membohongiku?" awalnya Putri Lesmana begitu kuat keinginannya untuk berjumpa dengan suaminya, Mahendra.      

Sayangnya setelah sampai pada jalan yang ter-naungi pohon rindang dan berujung pintu gerbang rumah induk. Gadis ini tidak sanggup mengingat bahwa tempat itu adalah tempat di mana dirinya dulu terkurung.      

"Ada apa dengan anda? Apa anda sakit?" bukannya menjawab pertanyaan Aruna. Laki-laki berkode E-057 lebih fokus melihat raut muka nonanya yang tampak pucat pasi seketika.      

"Jawab pertanyaanku! Kau tidak bohongiku? Hendra benar-benar di dalam rumah ini? Apa jangan-jangan kalian berencana untuk mengurungku kembali" Gadis itu bicara sambil bergetar, terlihat jelas bahwa dia ketakutan.       

Terkurung di rumah induk dan tak bisa keluar sekalipun hanya sekedar melihat jalanan luar. membuatnya sangat tersiksa, dan sungguh ngeri sendiri.       

"Anda bisa memegang kata-kataku. Aku sudah mengulangi kata kataku berkali, tetap aku akan katakan hal yang sama ketika anda bertanya langi" E-057 menatap memberi keyakinan.     

"Kalau Anda belum juga percaya, silahkan menyuruh saya untuk pergi dari surat ajaib, dan saya akan mengundurkan diri sebagai tim elit" Usaha terakhir Tyan Mizan Timur.     

Mobil itu kembali berjalan, Timi sempat turun sejenak menunjukkan identitasnya. Seperti yang dulu sering dilihat Aruna. Gerbang di depannya terbuka secara otomatis kemudian mobil berjalan melingkar memutari sebuah air mancur yang menari-nari di tengah-tengah taman rumah induk.       

Dan sang menantu Djoyodiningrat yang diambil keluarganya secara paksa, untuk pertama kalinya kembali menginjakkan kaki di rumah induk keluarga suaminya. Rumah yang menyimpan banyak kenangan kelam tentang cara mereka mengurung burung alap-alap kecil yang suka terbang melayang di udara.       

Dan juga kenangan manis, tentang dia yang berhasil mengisi hatinya. Gadis itu berjalan ragu-ragu memasuki pintu ukir yang terbuka sempurna untuk dirinya. Pelayan yang dia kenal turut tersenyum padanya. Senyum yang terlihat bahagia: "saya akan beri tahu yang lain bahwa anda datang nona. Senang sekali Anda akhirnya kembali"       

Pelayan itu terlihat girang lalu berlari, Aruna tahu pelayan bernama Maria pasti ingin memberitahukan kepada yang lainnya. Dulu Aruna sering bergumul dengan mereka. Entah sekedar bercanda bahkan sampai mengajari mereka permainan-permainan unik penghilang rasa bosan.       

Ternyata setelah masuk kembali ke rumah yang tampak mengerikan ini, tidak semua yang di dalam terlihat sama mengerikannya. Hati Aruna merasa lebih lega, masih tersisa banyak kenangan manis yang melintas di kepalanya.       

Dia duduk sejenak pada tempat duduk yang sama seperti ketika dia pertama kali datang ke rumah ini. Kursi menempel di dekat jendela menjulang tinggi menangkap panorama danau dan pepohonan di luar sana.       

"Aruna.." Panggilan dari suara yang tak asing menghasilkan gerakan menoleh mencari sumber suara.     

"Sayang.." Kata ini, kata yang membuat perempuan yang terpanggil langsung berlari memeluk pemberi julukan.       

"hiks hiks hiks" gadis ini kehilangan kata-kata. Dia hanya bisa menangis memeluk Mahendra. Antara rasa rindu yang membuncah di dada dan perasaan bahagia bahwa laki-laki yang dia takutkan kenapa-napa ternyata masih baik-baik saja.      

Sedangkan sang pria itu sendiri masih merasa ini bagaikan di dalam alam mimpi. Melihat Aruna berada di rumah induk sama seperti dulu.       

Mahendra memberi pelukan erat pada istri mungilnya. Dan ciuman berulang di rambut sang perempuan.       

"Hen! Ah' kau membuatku tidak bisa bernafas" gadis yang menangis tersedu-sedu tiba-tiba meminta tubuh suaminya merenggang sejanak. CEO DM grup menghimpitnya terlalu kuat.       

"Aku kangen" Kata mata biru mencari wajah Aruna.     

"Aku tahu.. tapi kalau kamu memelukku dengan cara seperti ini, kau selamat dari tikaman akunya yang kehabisan oksigen karena aku tidak bisa bernafas" masih saja dua anak manusia ini berdebat dalam kondisi yang begitu berat.       

"Hehe.. masih suka marah padaku. kamu harus memastikan apakah suamimu baik-baik saja, baru boleh ngomel" lelaki bermata biru tersenyum mengamati perempuan yang dia cintai.  Mungil, dingin dan sering bikin hati berkecamuk. Kadang terlalu banyak bicara, bahkan lebih parah lagi suka sekali memarahi dirinya hanya karena hal-hal sepele yang tidak berarti.       

Tapi itulah yang paling membuat aruna begitu spesial, gadis kecil yang berani menjadikan dirinya budak cinta. Membuatnya berubah menjadi makhluk yang berbeda sekedar agar bisa mencuri perhatian.       

"Jangan melamun" bisik putri Lesmana kembali memeluk sang pria.       

"Aku sangat bersyukur kau baik-baik saja Hendra" Kepalanya menempel pada dada sang pria.     

"Apa Kamu takut aku celaka?"      

"Tentu saja bodoh!"      

"Apa itu artinya Kau sangat mencintaiku"       

"mungkin, tapi yang lebih aku takutkan, andai kamu kenapa-napa aku akan jadi seorang janda"       

"Hanya karena itu kau takut aku celaka, bukankah kalau kita tidak bisa melewati ini kau juga akan jadi janda"      

"Ada lagi sih yang aku takutkan?!"       

"Apa?" mata biru membuka wajah istrinya yang bersembunyi di dada.       

"Merunduklah sebentar"       

Sang suami menuruti saja permintaan istrinya.       

Lalu Gadis itu mengecup bibir Mahendra: "tidak ada yang memohon-mohon padaku minta sarapan pagi"      

"hehe" Sang pria sempat terkekeh, lalu membalas kecupan ringan itu menjadi sesapan yang lebih dalam.       

"I love you.." beberapa kali ucapan itu digaungkan oleh Hendra. Dan seperti biasa dia berburu dengan caranya yang suka berlebih. Serakus rakusnya dan sulit untuk disuruh usai, bahkan disuruh melambat pun makin mustahil.     

"cukup! Kau bisa melukai bibirku"      

"Ayolah.. dikit lagi"      

"sudah menyingkirlah! Kau bisa membuat bibir bengkak!"      

"tenang.. kali ini lebih lembut, ok"       

"Aku bilang sudah cukup atau aku gigit"       

"pelit sekali kamu ini!.. aku kan kangen"       

"Tapi jangan rakus begitu dong! Kau bisa membuatku sesak nafas!"       

"Ayolah.."       

"Minggir!"       

"Aruna.." kericuhan yang membuat rumah ini jadi menghangat, menghantarkan rasa penasaran oma Sukma. Perempuan itu tersenyum bahagia melihat istri cucunya ada di rumah induk. Walau pun hanya sementara. Oma Sukma tidak bisa menahan keinginan untuk memeluk tubuh mungil yang memberi kehidupan untuk keluarganya.       

"Oma, bisa tidak kamu menyingkir dulu?"      

"Apa salahnya.. aku hanya ingin memeluk menantu keluarga ini"       

"Kau sedang mengganggu seorang suami yang sedang menikmati haknya"       

"berbagilah sedikit pada Omamu yang kesepian di masa tuanya ini"       

"Hais' selalu itu andalannya" Hendra seolah tersaingi melipat tangannya bersedekap dengan bibir terkumpul di depan. Ingin rasanya mengancam neneknya sendiri karena mencuri waktu mahalnya berduaan bersama makhluk kecil yang bikin gemas dan ketagihan.         

"Cepatlah.. jangan lama-lama. Aku ingin membawanya ke kamar" Hendra bicara sesuai isi hatinya. Cara bicara itu hanya muncul ketika dia berada di dekat Aruna.      

Putri Lesmana spontan menginjak kaki cucu Wiryo, menatap dengan mata melotot "Bicaralah yang benar,"       

Mereka masih sempat uring-uringan. ^^     

.      

.     

__________________________      

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/      

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^      

Gift anda adalah semangat ku untuk berkreasi. Beri aku lebih banyak Semangat!      

Silahkan tinggalkan jejak komentar, aku selalu membacanya.      

Review bintang 5, berupa kalimat lebih aku sukai      

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak      

-->      

(^_^) love you All, intip juga novel saya yang lain [IPK : Inilah Perjanjian Kita, Antara Aku Dan Kamu] dan [YBS: You Are Beauty Selaras]. Dengan gaya menulis berbeda dimasing masing novel.      

INFO : Instagram bluehadyan, fansbase CPA (Hendra, Aruna, Damar)      

Nikmati Cuplikan seru, spoiler dan visualisasi CPA      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.