Ciuman Pertama Aruna

II-51. Bukan Dua, Tapi Tiga



II-51. Bukan Dua, Tapi Tiga

0"stop! Diam mulutmu" Aruna menangkap bibir Hendra dengan jari jari mungilnya supaya terbungkam.       
0

"Sumpah aku tambah stress mendengarkan ocehanmu" Gadis itu menggosok-gosok kepalanya, karena mendengarkan kuliah umum CEO DM grup.       

"Lain kali tolong jangan membahas hal-hal seperti itu lagi, kepalaku tidak bisa menerimanya. Sejujurnya tidak se-ribet itu Hendra, dan tidak se-bahaya yang kamu ceritakan walaupun yang kau sebutkan itu hasil penelitian seorang dokter" Kini Aruna yang mengomel balas dendam.     

"Tapi, kan. sebagia suami aku harus waspada dan.." Hendra terlalu perfeksionis terhadap segala hal, kadang hal yang tidak penting pun dia pikirkan mendalam.       

"Sudah cukup! Makanannya sudah datang. Kamu makan dulu aku mandi"      

"Tidak aku makan setelah kamu selesai mandi" Mata biru berlagak seperti anak kecil.       

"nanti makanannya keburu dingin"       

"Aku sekali-kali ingin hehe.." mendadak dia malu sendiri.       

"Ah.. Terserah kau saja lah.." Aruna mengabaikan pria yang terlalu banyak teori di otaknya. Dia memilih cepat-cepat menyusup ke kamar mandi.        

Ada teriakan laki-laki yang mendengung di telinganya: "Aruna aku minta di suapi. Waktu kamu sakit Aku selalu suapi kamu, sekarang gantian.. ya.."      

"Emang kamu sakit?" Aruna ikut teriak mengimbangi laki-laki yang membuntutinya hingga ruang pertama kamar mandi mereka.       

"Iyalah.." Jawab tegas cucu Wiryo.      

"Sudah periksa ke dokter? Sakit apa??" suara menggema dari kamar mandi menyeruak minta disambut.       

"Sakit... karena terlalu lama LDR-an sama kamu?!"       

"Ya.. Elah.. bikin aku kepikiran yang tidak-tidak saja, hehe kau ini! Dasar!" Aruna kembali melanjutkan mandinya.       

"sudah sana keluar! Jangan menggangguku mandi!" Aruna menangkap bayang-banyang seseorang masuk pada ruang ke dua kamar mandi mereka. Gadis ini berada di dalam ruang persegi empat dengan kaca es, lebuh tepatnya ruang shower.     

"Aku pengen liat.." pria itu duduk di sofa uni yang terdapat pada ruangan yang sama dengan Aruna.       

"Ya Tuhan.. mengganggu banget sih kamu" tak lama Aruna keluar dari ruang shower. Tubuhnya terbungkus piyama handuk.       

"Sini sini peluk.. Aku ingin mencium baumu" Mata biru membuka lebar kedua tangannya minta disembut.     

Tentu saja si perempuan yang juga memendam rasa mendekat sesuai permintaan suaminya, dan Hendra segera menyambutnya dengan dekapan erat.       

"hemm.. harumnya.. wangi banget.. ini yang bikin aku kangen" si pengendus mengangkat tubuh itu membawanya keluar dari kamar mandi.      

"Begitu ya.." Aruna mengimbanginya dengan mendorong dorong dahi mata biru. Pria itu sudah membuatnya geli sendiri.      

.      

Ketika sang perempuan membuka hidangan yang disajikan asisten rumah induk. Sup hangat sungguh menggoda untuk secepatnya disantap. Harumnya saja bikin perut keroncongan.       

"Beri aku makan nyonya.." pinta Hendra membuka mulutnya lebar-lebar.       

"manja ya kamu.." kata Aruna memberinya suapan pertama. Dia yang mendapatkan keinginannya tersenyum sumringah, bahagia.     

"Huuuh.. kalau begini rasanya, benar-benar ingin terus menerus beruntung"  ungkap Mahendra.     

"Maksudnya?" kembali Aruna memberinya suapan kedua.       

"seandainya aku tidak beruntung mungkin hari ini aku sedang kritis di rumah sakit dan tidak bertemu istriku yang menggemaskan ini" ungkapan Hendra diiringi caranya mengusap rambut Aruna.       

gadis mungil berhenti sejenak dari kegiatannya menyuapi Hendra: "Huuh"       

Ada desahan nafas yang mengganggu batin keduanya.       

"Tadi kamu pasti sangat khawatir padaku, Maaf membuatmu salah paham"       

"Teruslah beruntung sampai akhir" Aruna melanjutkan suapan ketiga.      

"Aku juga berharap seperti itu"      

Keduanya sejenak diam.      

.     

"Dan kamu perlutahu sayang.. hanya ada dua pilihan supaya kita bertahan. Pertama, keluargamu berkenan mencabut tuntutan perceraian. Kedua, kau mengandung bayi kita" Hendra mengelus perut kecil milik istrinya. Gadis itu sempat mundur menyatukan alisnya tanda dia kurang nyaman.       

"kenapa hanya ada dua pilihan untuk kita"       

"Sebab, bagaimanapun cara pengacaraku berdalih, ketika keluargamu menggunakan rumor perselingkuhan ku dengan Tania, aku sudah kalah telak. Bukti otentik ada" Hendra berbicara sesuai intuisinya yang cenderung benar.     

Gadis itu tetap diam seribu bahasa. Dia tidak bisa menjawab pilihan mana yang paling tepat untuk dua hal yang di jelaskan Hendra. Aruna mendengar perdebatan Ayah dan kak Anantha, Ayah seolah pasrah dan tak bisa menghalangi keinginan Anantha yang makin keras kepala.       

Sedangkan untuk hamil, sama sekali belum ada di benak aruna. Melihat kakaknya yang sekarang saja rasanya tangannya masih panas dingin bergetar. Aliana yang kini bukan lagi manajer terhormat tapi perempuan berdaster, segala aktivitas dan prestasi yang diraih serta merta tiada guna.      

"Boleh aku memikirkannya sekali lagi Hendra, aku butuh waktu" Gelisa sang perempuan.     

"Terserah dirimu, tugasku saat ini hanya bisa menunggumu. Menunggu keputusanmu, walaupun suatu saat semuanya akan sangat berat. Aku akan berusaha dan belajar mengikhlaskanmu kalau memang kau bahagia di tempat lain"       

"Mengapa kau bicara seperti itu Hendra?"  Ada yang mengerutkan keningnya, marah.     

"sekarang membicarakan hal seperti ini rasanya hatiku sakit sekali, tapi aku juga sadar hidup denganku tidak akan mudah. Kau belum tentu bisa hidup leluasa seperti ketika kau memilih orang lain" CEO DM Grup mulai menyadari tentang cinta yang sesungguhnya, membuat gadis perebut hati bahagia, adalah cinta itu sendiri.     

Aruna meletakkan mangkuk yang dia pegang, dia tersiksa dengan ungkapan Mahendra, memilih berhenti memberikan suapan untuk suaminya.       

"Aku tidak suka kamu bicara pesimis seperti itu, kamu bukan Hendra yang aku kenal. Kali ini aku tidak suka perubahan mu" Gadis itu berjalan menuju ranjang putih bunga lili. Menyembunyikan dirinya di dalam selimut tebal. Menyelinap kecil dan segera menutup mata.       

_itulah kenyataannya.. apa kamu belum sadar. Bahwa pilihanmu bukan dua, tapi tiga. Sama denganku. Sayangnya nomor tiga bermakna perpisahan kita berarti. Kamu harus hidup bahagia apa pun pilihanmu, sayangnya kuyakin aku tidak mungkin menemukan kebahagiaan setelah kau tinggal_  Mata biru menatap sejenak perempuan yang tertangkap gelisah pada upayanya pura-pura tidur.     

Dia yang bicara dengan dirinya sendiri. Turut menyusup ke dalam selimut dan meraih perut perempuannya. Menggeser tubuh gadis mungil lebih dekat ke dalam dekapan.     

Senang rasanya bisa memeluknya kembali malam ini dengan di temani aroma menawan khas perempuan memabukkan. Kokain hidup yang mampu merusak gerakan neuron pada otak.      

***     

Tembakau kembali menyengat tempat di ruang pertemuan terbatas rumah mewah Clara. Perempuan yang memasuki usia ke 60 nya. Berjalan memasang wajah angkuh diikuti para pengawalnya di belakang. Untuk pertama kalinya setelah sekian tahun, perempuan yang biasanya acuh dengan sepak terjang tarantula group kembali hadir dalam rapat terbatas.       

Dia disegani bukan karena dirinya adalah putri dari keturunan Diningrat. Tapi karena perempuan ini memiliki saham yang paling banyak di antara anggota Tarantula yang lain dan Olicompany terbit atas namanya.     

Tentu saja turun tangannya yang menimbulkan tanda tanya besar bagi yang lain. Pasti ada sesuatu yang membuatnya kecewa, sampai perempuan paruh baya yang memiliki anugerah berupa kemampuannya berpikir tajam itu hadir dan duduk di kursi utama ruang khusus.       

kursi berwarna silver mengusung desain klasik Eropa. Tergambar jelas dari caranya memilih kursi. Sangat ketara dia sedang mengukuhkan kekuasaan dan kekecewaan sekaligus.      

"Aku sudah cukup tua, Aku tidak ingin ada tembakau di sini. Kopi tidak masalah. Tapi jangan rebut oksigenku dengan tembakau kalian" kalimat pertama yang meluncur membuat isi ruangan serta merta steril dari tembakau.       

"Di mana Adam aku tidak melihatnya?" Celetuk Yulia yang bernama asli Clara. Nama Yulia dia dapatkan dengan cara ilegal, dia butuh perubahan nama untuk menutup aibnya di masa lalu sebagai perempuan yang turut berkomplot dengan para dewan penghianat untuk menjatuhkan kakaknya sendiri.     

.      

.      

__________________________      

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/      

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^      

Gift anda adalah semangat ku untuk berkreasi. Beri aku lebih banyak Semangat!      

Silahkan tinggalkan jejak komentar, aku selalu membacanya.      

Review bintang 5, berupa kalimat lebih aku sukai      

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak      

-->      

(^_^) love you All, intip juga novel saya yang lain [IPK : Inilah Perjanjian Kita, Antara Aku Dan Kamu] dan [YBS: You Are Beauty Selaras]. Dengan gaya menulis berbeda dimasing masing novel.      

INFO : Instagram bluehadyan, fansbase CPA (Hendra, Aruna, Damar)      

Nikmati Cuplikan seru, spoiler dan visualisasi CPA      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.