Ciuman Pertama Aruna

II-57. Siapa Kau?



II-57. Siapa Kau?

0Semua persiapan sudah dia lakukan beberapa hari sebelumnya. Cukup membuatnya deg-degan karena setelah berbulan-bulan Aruna tidak tampil lagi pada seminar start up. Hari ini dia berada di tengah-tengah 300 an para pemula yang appointment untuk hadir dalam seminar bertemakan 'Why Should You Do Startup Right Away' atau Mengapa Anda Harus Melakukan Startup Segera      
0

Perjalanan kali ini ditemani oleh Timi, beruntung sekali lily tidak uring-uringan. Kerusuhan Lily akhir-akhir ini adalah suka sekali mengambil kacamata Timi agar laki-laki itu tidak menggunakannya.       

Hampir setiap jam mereka bertengkar karena hal sepele itu. Timi sampai membawa tiga hingga empat kacamata. Sehingga ketika Lily berhasil mengambil kacamata miliknya. Dia akan mengeluarkan kacamata yang lain.       

Rasanya kalau dulu surat ajaib dipenuhi kegaduhan Damar si santai yang mengusung teman-temannya. Saat ini kegaduhan hanya ditimbulkan oleh dua orang saja. Pertengkaran tiada ujung antara lily dan Timi.       

Dan itu sudah membuat suasana di outlet semakin ricuh tapi juga seru. Seru karena ocehan lily yang blak-blakan mensuarakan isi hatinya, sayangnya Timi tetap konsisten abaikan anak tersebut.       

"Aruna Kau pasti bisa!" bahkan Lily memberinya support luar biasa. Sampai Aruna dibuat terkejut dengan perilaku yang berubah total.       

Yaitu mengikhlaskan Timi berangkat berdua saja menemani Aruna menuju kota Bogor.       

.      

.      

"Jangan gugup kamu pasti bisa, kabarnya dulu anda sering tampil seperti ini?" Timi yg mencoba memberi dukungan pada gadis yang terlihat berpeluh dingin.      

"aku.. haduh kenapa aku jadi gemeteran begini ya.." keluh Aruna.       

"aku rasa ini sesuatu yang sederhana, Anda tinggal maju ke depan. Memejamkan mata sesaat, lalu tetap saja ubun-ubun mereka jika anda merasa masih gemetar" Timi mencoba sekali lagi memberi dukungan semampu dia.       

"Bagaimana dengan ini?" Timi mengayunkan handphonenya. Ternyata ada seseorang yang sudah tersenyum pada layar  video call, menyapanya.       

Timi menyerahkan handphone-nya kepada Aruna dan Gadis itu tersenyum cerah: "hai.."       

si pemilik bibir menggoda menyipitkan matanya tanda dia tersenyum maksimal. Begitu juga yang di ujung sana. Lesung pipinya yang tertangkap kamera sangat tampan.       

"Are you okey?" sapa pemilik mata biru. Dari tangkapan layar kaca saja terlihat sekali bulu mata lentiknya mengerjap. Menampakkan dia punya pesona di atas rata-rata.       

"sedikit gugup" balas Aruna singkat sambil tersenyum.       

"Tidak masalah sesuatu yang spesial pasti diawali dengan gugup terlebih dahulu" Hendra ternyata berbicara dari dalam mobilnya. Tertangkap siluet jalanan dari kaca mobil yang biasa dia gunakan.       

"Benarkah"       

"Ya. Tentu. Seperti gugup ku pertama kali berhasil mencuri ciumanmu. Tapi setelah itu aku ketagihan"      

"Hendra kau gila!"       

"Yah aku memang tergila-gila padamu"       

"hahaha" ada yang tertawa cekikikan. Mendengar ucapan paras malaikat di ujung sana.       

Dia yang di ujung sana pun ikut merasa lega, Aruna bisa tertawa dan kehilangan rasa gugupnya.       

"setelah pulang dari seminar, aku reservasi makan malam untukmu. Timi akan mengantarmu" pinta CEO DM group.       

"Oke..."       

"My honey, love you" Hendra menggerak-gerakkan tangannya berpamitan.       

Dan si perempuan menempelkan telunjuk dan ibu jarinya membuat tanda love.       

***      

"percepat laju mobilnya" baru saja pria itu meletakkan handphone, Hendra kembali fokus memburu perempuan bernama Leona.       

Setelah dia dan satu mobil yang lain mengendap-ngendap mengikuti mobil mewah berwarna merah, mereka memasuki kompleks perumahan elite.       

Mobil merah itu melambat. Kemudian penumpangnya turun dari kursi pengemudi. Seolah memencet sesuatu pada gerbang, dan pintu terbuka lebar sempurna.       

"lebih mendekat lagi" Hendra kembali membuat instruksi.       

Dan mobil merah bergerak masuk menyusup ke garasi, terlihat jelas terparkir di sana dan perempuan itu keluar menaiki tangga beberapa langkah untuk masuk ke dalam rumah.       

Tak butuh waktu lama laki-laki terbalut jas hitam keluar dari dalam mobil. Mobil lain yang berada di belakang Bentley continental milik tuan muda.       

Pria itu membuat gerakan pada kode pembuka pintu gerbang. Sepertinya dia sangat ahli untuk hal ini. Membuka paksa pintu yang tertutup atau menemukan kode tertentu.       

Tentu saja dia kemudian datang mendekati pintu kaca mobil tempat Mahendra. Sekejap kaca itu turun ke bawah. Menyajikan pria berpostur Jawa England dengan garis muka tegas yang sedang mengeras.        

"Anda bisa masuk sekarang". Hendra bangkit dari duduknya membuka pintu mobil. Dia bersama beberapa ajudannya berjalan memasuki gerbang yang sudah terbuka.       

Tepat di depan pintu rumah Leona. Ketukan pintu diperdengarkan oleh ajudannya, perempuan itu membuka pintu rumahnya dan kemudian bersiap dengan tatapan curiga.       

Hendra menyusup ke dalam "geledah rumah ini cari Tania!"        

Seiring dengan ungkapan yang dilontarkan Mahendra. Perempuan di depannya panik dan berjalan mendekati pewaris tunggal jaya Makmur group.       

"Apa yang kau lakukan?" dia berteriak seolah terhina, Hendra menggeledah rumahnya.       

Hendra menatapnya sinis, mata tajam itu seolah melucuti dia yang sedang  tertangkap kornea matanya.       

"Tuan, sepertinya Tania tidak ada ya di sini. Ada perempuan lain tapi bukan Tania" pernyataan dari ajudannya, membuat mata biru menangkap tangan Tania dan memutar lengan itu ke belakang punggung Sang Perempuan.       

Leona yang tidak siap menerima perlakuan Mahendra. Dia terbanting dan terkunci di meja yang tidak jauh berada di belakang keduanya.       

Hendra membuat ancaman kepada perempuan itu: "di mana Tania? katakan!"       

Leona terimpit oleh tangan Hendra. Yang mencengkeramnya kuat di atas meja : "Apa maksudmu!?"       

"Beraninya kau melawanku. Hehe.." Hendra semakin erat memegangi perempuan itu.       

"Aaargh Lepaskan!!" Teriak Leona berusaha terlepas dari Hendra.      

"Kau sembunyikan di mana Tania"      

"Lepaskan!! Lepaskan aku!!" Perempuan ini masih berteriak tidak mau menuruti permintaan Mehendra.       

Tap      

Tap       

Tap      

Suara langkah kaki berlari menuruni tangga.       

Perempuan berlari itu terlihat sok melihat saudaranya dalam jerat pria yang terlihat tidak punya perasaan.       

Ketika gadis ini mendekat dia merasa tertegun sejenak: "Hadyan hentikan, hentikan.. Hadyan. Kau bisa menyakiti adikku!"      

Hendra menoleh mencari sumber suara yang mengganggunya, iya sangat mengganggu ketika panggilan nama tengahnya asing di gaung-kan oleh orang lain.       

Hendra spontan mundur melepas Leona, terkejut bukan main kedua perempuan di hadapannya memiliki paras mirip satu sama lain. Namun terkesan berbeda, Leona yang dia cengkeram tadi tampak tomboi dengan rambut rapi ter-kucir, celana panjang berwarna krem dan kemeja perempuan lengan panjang putih tidak menunjukkan feminim sama sekali. Hendra sangat yakin yang berkemeja putih itulah yang Leona. Memang sehari hari selama bekerja bersama Leona, yang dia tahu Leona berpenampilan seperti itu.       

Sedangkan yang baru saja memanggilnya Hadyan dia terlihat sangat perempuan. Tampak bulu matanya lentik terbalut midi dress selutut dan pembawaannya jauh lebih anggun dengan aura feminim yang kuat, dia terlihat sangat amat cantik walau punya paras yang hampir mirip dengan Leona, sekilas saja aura keduanya berbeda.       

"Hadyan.." Panggilnya sekali lagi.       

Tanpa di sadari kaki laki-laki yang terpanggil bergeser mundur. Dia mendengar suara lain di dari dalam dirinya sendiri. Seperti sebuah imajinasi lama.       

"Hadyan.. Ayo kita main.. Hadyan.. Hadyan aku takut boleh aku keluar.." Suara melayang di udara membius pemilik imajinasi masa lalu yang menyapa tiba-tiba.       

"Hadyan.. Hadyan.." Panggil suara dari masa lalunya. Kembali pria yang bergerak mundur menjauh dari perempuan yang perlahan mendekat. Ada siluet gadis kecil dengan midi dress merah membawa tedy bear pada tangan kirinya berlari mendekat memeluk punggungnya.       

"Ah' Siapa dia?"       

"Apa ini?"       

"Kenapa aku kaku"       

Hendra mencoba memahami reaksi yang terjadi pada dirinya, apa yang terjadi padaku?.       

"Hadyan.. Itu kau? Kau lupa padaku?" Suara lembut itu membuat lelaki yang membeku dalam kebingungan hanya bisa menatap resah dan bimbang.       

"Siapa kau?" tanya mata biru.       

      

      

      

.      

      

__________________________      

      

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/      

      

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^      

      

Gift anda adalah semangat ku untuk berkreasi. Beri aku lebih banyak Semangat!      

      

Silahkan tinggalkan jejak komentar, aku selalu membacanya.      

      

Review bintang 5, berupa kalimat lebih aku sukai      

      

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak      

      

-->      

      

(^_^) love you All, intip juga novel saya yang lain [IPK : Inilah Perjanjian Kita, Antara Aku Dan Kamu] dan [YBS: You Are Beauty Selaras]. Dengan gaya menulis berbeda di masing masing novel.      

      

INFO : Instagram bluehadyan, fansbase CPA (Hendra, Aruna, Damar)      

      

Nikmati Cuplikan seru, spoiler dan visualisasi CPA.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.