Ciuman Pertama Aruna

II-59. Barter



II-59. Barter

0Nyatanya ketika sampai pada lorong yang sepi di belakang panggung utama. Ada yang tersungkur, tubuhnya lemah terduduk hanya bertumpu pada kedua lutut lalu bersembunyi di sana. Aruna merintih menangis sendirian.     
0

.     

"Ternyata anda bisa bersedih, aku pikir dulu perempuan yang selalu dibicarakan para ajudan adalah perempuan yang luar biasa"      

Aruna melirik Tyan Mizan yang sedang berupaya menghiburnya.      

"Kalian suka membicarakanku?" Gadis ini mulai teralih-kan.      

"Ya tentu, kami para ajudan cukup sering saling menceritakan tentang para nona dan tuan yang harus kita lindungi" Tyan Mizan turut duduk di lantai sama seperti yang dilakukan Aruna.      

"kau tak ingin tahu apa yang kami bahas?" Goda Tyan.      

Sayangnya gadis yang diajak bicara tidak begitu berminat.      

Dia pun melanjutkan ucapannya untuk menghibur : "para seniorku bilang, diantara 5 keluarga inti Djoyodiningrat ada satu pendatang baru yang sangat mengesankan"      

Tyan tidak ingin menghentikan ungkapannya, dia harus bisa menghibur gadis yang terlihat sangat sedih : "saat aku tanya kepada seniorku, kenapa satu orang ini sangat mengesankan dan siapa dia? Seniorku bilang  ada seorang gadis yang dipaksa menikah tapi dia tetap tegar, bahkan bisa memberi kebahagiaan orang-orang di rumah induk"      

"Gadis ini kami sebut pencuri perhatian, karena semua ajudan pernah berebut menjadi pengawalnya. Alasannya sederhana, karena dia simpel dan berbeda"      

"aku salah satu yang berhasil memenangkan kompetisi itu, walau aku ditugaskan sebagai seseorang yang menyusup dan menjagamu di outlet surat ajaib. Entah kenapa aku tetap bangga"      

Aruna sungguh merasa omongan timi benar-benar sampah.      

"cara menghibur mu tidak seru"      

"hehehe. Aku memang tidak pandai menghibur orang lain"      

"hentikan atau perutku mual" malas Aruna.      

"tapi sesungguhnya ada sesuatu yang membuatku benar-benar penasaran denganmu. Sebagai laki-laki"     

"jangan bicara sesuatu yang membuatku mual lagi"      

"haha.. kali ini jujur, aku benar-benar ingin tahu bagaimana caramu membuat tuan muda kami seperti orang yang tidak bisa hidup tanpa mu"      

"Tanya sendiri padanya kenapa tanya aku, mana aku tahu!" ucapan timi membuatnya makin malas. Tapi sepertinya E-057 ini juga tidak gagal dalam menghibur Aruna. Tetesan Air Mata di pipi sudah terhapus.      

"setelah aku pikirkan dengan matang, perlahan aku tahu, tanpa melihat mu sebagai seorang nona. Tidak ada yang bisa mengelak bahwa kau perempuan yang suka tersenyum,  walaupun jarang make up. Tapi senyummu cukup menawan, lalu sabar, semua orang tahu kamu pernah dikunci di kamar mandi, didandani sesuai selera tuan muda tapi kamu tak begitu ambil pusing"     

"Sok tahu.." celah Aruna pada cara Timi berbicara sok-sokan memujinya. Padahal di dalam hati, gadis ini mengerti ajudan itu sekedar ingin menghiburnya.      

"Berhenti dulu aku mau membahasnya lagi. yang ketiga, Anda perempuan yang sangat simple, dan berfikir santai. Tidak banyak yang bisa seperti itu"      

"mungkin karena aku dari dulu suka sekali bermain dengan teman-teman kompleks laki-laki, jadi kadang pola pikir ku mengikuti mereka"      

"lalu.." Timi melanjutkan pujiannya.      

"yang terakhir, ternyata kamu bawel. Suka sekali menyuruh teman-teman di outlet surat ajaib bersih-bersih. Mengembalikan barang dengan rapi. Bahkan makan dengan tertib. Aku rasa itu yang membuat Damar takluk dengan Anda. Apalagi tuan muda"     

"sudah cukup membualnya.."      

"cukup! Karena sudah ada yang kehilangan rasa sedihnya" Timi tersenyum kepada nonanya.      

"anda tahu siapa yang memberi tahu ku kelebihan-kelebihan anda" ajudan itu bergerak membutuhi sang nona.      

"Maksudmu?" Aruna tidak mengerti apa yang di katakan Timi.      

"Lihat ini!" pria itu menyerahkan handphonenya.      

Dan ketika Aruna baca, Gadis bermata coklat tersenyum cerah. Pantas dari tadi Timi bicara sambil melirik handphonenya. Ternyata ungkapan yang di lontarkan Timi adalah permintaan laki-laki bermata biru.      

Dia membuat list kelebihan dan alasan tentang seberapa menariknya sang istri.      

Lalu meminta ajudannya untuk menyampaikan hal tersebut kepada istrinya dengan catatan tidak boleh memberitahu bahwa perintah itu dari dirinya, Mahendra.     

"Hendra tahu aku sedang bersedih?"      

"Aku diminta merekam semua penampilan anda. Dia bilang kalau ada kesempatan, Anda akan diajari tampil lebih baik di depan publik dengan mengoreksi performance anda hari ini" jelas Timi.      

"Oh.. harusnya kau tak melakukannya. Hendra pasti khawatir berlebih padaku" gelisah Aruna.      

"masalah khawatir sudah terlanjur dan sudah terjadi. Saat ini kita cukup segera kembali ke Jakarta. Tuan menunggu Anda untuk makan malam bersama" Timi berhenti sejenak, membiarkan Aruna berpamitan pada para panitia.      

Lalu keduanya menuju mobil mereka dan melesat menyusup ke jalanan, mereka kembali ke Jakarta.      

***     

"Hadyan.. Itu kau? Kau lupa padaku?" Suara lembut itu membuat lelaki yang membeku dalam kebingungan hanya bisa menatap resah dan bimbang.       

"Siapa kau?" tanya mata biru.       

"Anna, tapi kau dulu suka memanggilku Nana, kamu tidak ingat?" tanya perempuan itu.      

Dan Hendra masih menjaga jarak, dia merasa ada banyak part kehidupan yang berjalan di kepalanya. Tapi sebatas potongan-potongan kecil yang tertangkap seperti sebuah imajinasi.      

"tentu saja kamu tidak mengingatku, semua tentangku pasti sudah dihapus"       

Perlahan perempuan bernama Nana, menyiapkan tempat duduk buat Mahendra. Dia menggeser kursi milik meja yang tadi digunakan Hendra untuk mengunci Leona.      

"duduklah! Aku tidak akan bisa melawanmu.. jadi daripada kau berdiri kaku seperti itu, ayo kita rayakan kepulanganku" suara Anna sangat lembut dan menenangkan.      

"oh ya satu lagi, suruh anak buah Raka untuk keluar dari rumah ini" yang bicara kali ini adalah Leona. Suaranya tajam dan melemparkan rasa tidak nyaman karena ajudan ajudan yang biasa bekerja sama dengannya. Dan sekarang berdiri seolah mengintimidasi Leona.      

"Di mana Tania. Aku hanya butuh kau melepasnya." Hendra konsisten serta  fokus pada tujuannya.      

"Dia baik-baik saja"     

"aku tak peduli dia dalam kondisi baik atau tidak. Yang terpenting sekarang bebaskan Tania dari kegilaanmu itu" suara Hendra menajam.      

"Atau Aku yang akan membawamu secara paksa untuk berjumpa kakekku"     

"Oh.. berarti tetua tahu kelakuanku?!     

"tentu saja, kami sudah membuntuti mu lebih dari 2 minggu"     

 rasanya ada hati yang berdetak kencang. Ketika Mahendra menyebutkan ungkapan kakeknya. Perempuan ini bisa berbuat apa saja kepada siapa pun, namun kepada orang yang  mengangkatnya dan memberinya hidup yang layak dia tidak akan sanggup bicara.     

"Baiklah mari kita barter," celetuk Leona secara tiba-tiba.      

"tapi aku ingin kesepakatan ini hanya kita yang tahu. Jadi tolong anak buah Raka suruhlah menyingkir"      

Hendra menggerakkan tangannya meminta para pengawal menunggu di mobil.      

Akhirnya dia perlahan berani duduk, seiring tawaran Leona tentang barter di antara mereka.     

"aku akan melepaskan Tania, bahkan aku sendiri yang akan menyembuhkannya. Tapi aku ingin kakakku Nana menjadi sekretaris mu"     

"Hah' apa-apaan ini?! Apa dia competent?" celah Hendra sedikitpun tidak menoleh atau melirik perempuan yang tersadari menatap dirinya.      

"Nana lulusan universitas Sorbonne, dan aku tahu dalam waktu dekat dirimu akan mengangkat Surya sebagai penggantimu. Karena kau tidak lama lagi menjadi presiden direktur. Surya ceo-nya. Benarkan dugaanku" pernyataan Leona disambut datar oleh Hendra.      

_tentu saja kau tahu, Kita pernah membahasnya bersama-sama di lantai D_     

"Dalam kekosongan sekretaris mu aku ingin Nana pengisinya. Bagaimana setuju?" setelah mendengarkan omongan Leona, akhirnya Hendra berkenan menatap sejenak perempuan yang  bernama Nana.      

"sejujurnya aku tidak terima! Perilakumu sangat buruk, memanfaatkan Tania. Sampai membuat istriku terambil lebih awal daripada seharusnya. Andaikan Dia bisa berada di sisiku lebih lama lagi. Aku yakin, aku sudah bisa memperbaiki dan menyelamatkan rumah tangga kami" ucapan Hendra sesungguhnya sebuah konklusi bahwa Leona sangat keterlaluan.     

"jadi aku menginginkan kesepakatan ditambah!" tegas Hendra.      

"kau inginkan apa?" Leona kelihatan enteng dan meyakini bahwa dia bisa menyelesaikan urusan dengan Tuan muda jaya Makmur group.      

"Aku ingin kau pergi dari sini, entah ke negara mana. Pergilah dan menjauh sejauh-jauhnya dari kehidupanku"      

"Hadyan.. kau mengusir adikku!" ada yang terrgerak memegang lengan mata biru.      

"Menyingkirlah!" Hendra menarik lengannya. Perempuan yang memanggilnya dengan sebutan Hadyan terlihat sangat kecewa.      

"aku tidak mengenalmu jadi tolong jangan terlalu dekat denganku "     

"baik, aku akan pergi!" secara mengejutkan Leona menyetujui permintaan Hendra.      

"Aku baru datang dan berniat tinggal bersamamu setelah 15 tahun kita jarang bertemu" Nana tidak setuju keputusan Leona.     

"tenanglah kak, bukankah seharusnya kita seperti ini. Selama ini kita bertukar identitas. Kau disana dan aku disini" dua orang kakak adik ini punya sebuah rahasia setelah tragedi yang menimpa Nana.      

"sekarang pun kita harus kembali ke identitas kita masing-masing" ucap Leona kepada Nana. Hendra hanya mengerutkan keningnya, dia tiak paham.      

"berarti kita sepakat, aku mendapatkan Tania dan kau pergi dari Indonesia. Tapi setelah kau sembuhkan Tania."     

"oke baik, selain menyembuhkan Tania, Aku ingin posisi kakakku benar – benar sesuai keinginanku"       

"Ya itu bisa diatur" sanggup Hendra.     

"oh ya Hendra, Apa kau tidak pernasaran. Kenapa aku ingin kakakku berada di dekatmu? Atau minimal kau penasaran mengapa ingatanmu tentangnya terhapus" Leona bicara serius pada Hendra.      

"aku tidak begitu suka dengan masa laluku,. Aku yakin jika kau membukanya kembali. Itu semua pasti sesuatu yang tidak aku sukai pula. Untuk itu jangan berharap aku berkenan mengingat-ingat masa laluku"      

"kata-katamu keterlaluan Hendra!" tiba-tiba gadis yang dari tadi terdiam. ikut berbicara dan memanggilnya Hendra bukan Hadyan.      

"maafkan Aku, mungkin kita pernah punya ikatan yang.. Entah aku sendiri juga tidak tahu. Tapi untuk saat ini aku sangat bahagia dengan keadaanku."      

"Bip Bip BIP"      

Bunyi handphone Hendra membuat pria ini segera membukanya. dia tidak sadar ada seseorang yang menghubungi nya berkali-kali.      

Hendra  bangkit sedikit menyingkir menerima panggilan.      

"Hendra.. Aku sudah menunggumu cukup lama.. di mana kamu.. kau bilang akan mengajakku makan malam.. aku sudah berada di restoran yang kamu sebutkan sejak tadi" suara Aruna sedang ngomel, terdengar gaduh di ujung sana.      

"Jangan marah sayang.. tidak ada 10 menit aku akan sampai"      

"Kau itu! Selalu saja sibuk sendiri dan lupa janjimu"      

"iya.. iya.. bersabarlah honey"      

"Iya, Maaf, tunggu sebentar.." lelaki bermata biru lari tanpa pamit menuju mobilnya yang parkir di depan.      

"Jangan marah dong.."     

"Tenang aku akan segera sampai.."     

"Hai kau ingin aku bernyanyi.. supaya kamu tidak marah?"     

"Tidak! jangan! suaramu menyakitkan.. kau juga merusak banyak nada" yang di sana menggerutu.      

"Sedikit saja.. 3 lagu aku akan sampai tepat di hadapanmu"     

"Oh no! kau akan membuatku tambah marah!"     

"Bagaimana kalau Bruno mars"     

"Itu akan membuat gendang telingaku semakin panas"     

"Tapi aku ingin menyanyikannya" Hendra berupaya mengajak istrinya bicara. Membicarakan sesuatu yang tidak penting. Sebuah upaya agar tanpa sadar perempuan itu berkenan menunggunya.      

.     

.     

__________________________     

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/     

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^     

Gift anda adalah semangat ku untuk berkreasi. Beri aku lebih banyak Semangat!     

Silahkan tinggalkan jejak komentar, aku selalu membacanya.     

Review bintang 5, berupa kalimat lebih aku sukai     

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak     

-->     

(^_^) love you All, intip juga novel saya yang lain [IPK : Inilah Perjanjian Kita, Antara Aku Dan Kamu] dan [YBS: You Are Beauty Selaras]. Dengan gaya menulis berbeda dimasing masing novel.     

INFO : Instagram bluehadyan, fansbase CPA (Hendra, Aruna, Damar)     

Nikmati Cuplikan seru, spoiler dan visualisasi CPA     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.