Ciuman Pertama Aruna

II-64. 3 Pola Utama



II-64. 3 Pola Utama

0"Aku pergi dulu, besok hadir lagi tepat jam 08.00" suara Surya sudah seperti halo-halo bandara atau stasiun kereta api yang mengabarkan tentang kedatangan dan keberangkatan.       
0

"Siapa yang menemaniku nanti malam?" Tanya Hendra.       

"Ayolah aku juga butuh istirahat"      

"Oh, baiklah.."     

Kepergian Surya mengusung kenyataan bahwa dia akan sendiri lagi malam ini, malam sialan di rumah sakit sendirian. Dan penghiburnya sekedar buku bacaan yang sering terlempar dari tangan karena rasa bosan sudah menyerangnya seperti virus tak terlihat namun dampaknya dapat di rasakan.      

"Bagaimana keadaanmu Hadyan, baik?" yang kemarin dipahami bernama Nana kembali menyebutnya dengan panggilan Hadyan.      

"Aku tidak sakit, ini hanya bermain-main" Sang pria bangkit dari ranjangnya.      

"Apa urusan kalian kemari?" sekali lagi Hendra bertanya.     

"Kamu tahu urusanku dengan Tania telah usai, itu artinya aku pun akan segera terbang ke Milan." Leona turut duduk di kursi dari tamu kamar VVIP Mahendra, sama seperti pemiliknya yang sekarang sedang duduk dengan kaki kanan bertumpu dengan kaki kiri.     

"lalu? "Sepasang mata biru menangkap perempuan pada kornea matanya.      

"Aku butuh kau tepati janjimu dulu sebelum aku berangkat, Nana sudah berada di posisinya baru aku akan berangkat". Leona membalas tatapan mata yang terkesan sedang dominan menangkap dirinya.      

"oke baik, Surya juga sedang kewalahan menggantikanku. Aku berharap kau tidak menyesal memilih tempat yang kamu inginkan" Kini sepasang Mata biru menggeser tatapannya kepada perempuan anggun bernama Nana.     

"aku yakin kamu yang akan menyesal sebab menolakku, andai kamu tahu siapa diriku di masa lalumu" Nana berucap lemah lembut seperti caranya bicara sejak pertama kali terdengar.      

"heee" hanya sebuah sudut pada mulut bergeser menunjukkan senyuman seketika mendengar ungkapan perempuan yang selalu mengaku punya ikatan masa lalu.      

"sekarang aku menawarkan padamu dengan lebih serius Hendra! Apa kau masih enggan mencoba untuk menerima bantuakku mengingat Nana?" tanya Leona. Leona memiliki kemampuan untuk melakukan brain wash dan sekaligus menyembuhkannya. termasuk menghipnotis seseorang agar pengalaman masa lalu hadir kembali. Walaupun itu pengalaman yang telah dikunci oleh beberapa dokter ahli.      

"Sebanyak apapun kau bertanya padaku. Sebanyak itu pula aku akan menolak" angkuh Mahendra.      

"Aku sudah bahagia dengan hidupku yang sekarang, dan masa lalu apalagi 15 tahun yang lalu kalau memang itu lebih baik di hilangkan Dari ingatanku Aku pun tidak akan penasaran dan perlu membukanya" lengkap Mahendra.     

"ya.. baiklah, aku juga menyesal memberimu penawaran" sesal Leona.      

"kapan kau akan menempatkan Nana di posisinya sesuai kesepakatan kita" kembali Leona bertanya.      

"hari ini juga! Lebih tepatnya detik ini juga!"      

Ada wajah syok yang ditunjukkan oleh perempuan berbaju feminin. Perempuan satunya tersenyum senang.      

"aku selalu suka dengan caramu bekerja dan caramu membuat keputusan cepat dan to the point, besok aku akan pesan pesawat dan lusa Aku berangkat" Leona pun merasa lega kali ini.      

"Apa aku perlu mempelajari sesuatu sebelum bekerja?" gadis bernama Nana tiba-tiba terserang rasa paniknya. Kelihatan sekali dia gugup menghadapi Mahendra.      

"Tidak ada! Kamu hanya perlu menuruti keinginanku. Seperti Surya menuruti apa yang aku mau"      

Mata bulat besar itu membuka lebih lebar dan membuat gerakan mengangguk angguk, dia mencoba memahami ungkapan Mahendra.      

.     

.     

Rumah Keluarga Lesmana.      

Tidak ada yang spesial hari ini, setelah tertangkap kakaknya sendiri, Aruna lebih banyak di rumah. Kegiatan utamanya adalah duduk di dekat ayahnya lalu turut serta membantu pria yang dia sayangi itu untuk mengukir pola pada kayu.      

"Ayah Aku pernah dengar motif atau ragam hias Jepara  punya 3 pola utama, Tangkai Relung, Jumbai (Ujung Relung) dan Trubusan. Yang mana itu Ayah?" tanya Aruna penasaran sambil terus membantu ayahnya mengukir pola pada kayu. Pola yang diukir Aruna mengikuti contoh yang sudah diberikan sang ayah.      

Lesmana tersenyum cerah mendengarkan pertanyaan dari putrinya: "kemarilah Ayah tunjukan!"      

Dan laki-laki yang kini lebih banyak menghabiskan waktu dengan kayu-kayu di bengkel dekat teras samping rumahnya. Mengangkat jari telunjuknya dan meletakkan pada sudut-sudut yang dimaksud.      

"ini namanya tangkai relung, dan ini yang disebut jumbai dan yang unik ini trubusan" lengkap Lesmana menjelaskan pada Putri kecilnya. Laki-laki itu seolah bernostalgia pada masa lalunya ketika gadis yang kini bertanya memiliki rasa ingin tahu yang sama, tepat seperti cara bertanya waktu dia masih berumur 3 tahun.      

"Lalu apa semua itu punya makna?" kembali Aruna bertanya kepada ayahnya. sepertinya otak gadis ini sedang bergerak lebih cepat ketika menangkap hal-hal berbau desain.      

"Ayah juga tidak begitu tahu dengan detail, namun semasa hidupnya dulu kakek pernah menjelaskan Simbolis yang terkandung pada motif ukir Jepara adalah kesabaran dan ketelitian."      

"Dari mana sabar dan telitinya?" Tanya Aruna yang tidak bisa menghubungkan antara cara motif yang sekarang dia kerjakan dengan ungkapan kata kesabaran dan ketelitian.      

"Apa mungkin karena mengukir tidak mudah, maka kita ketika membuat ukiran kita harus sabar dan teliti" Gadis itu bicara dengan dirinya sendiri. Mencoba mencari pemahaman dengan cocok Loginya.      

"hehe.. seingat Ayah bukan begitu" ada yang tertawa hampir terkekeh mendengar gerutu kecil dari mulut si bungsu.     

Tepat ketika bunda datang meletakkan dua cangkir teh hangat dan camilan kepada sepasang ayah anak yang sedang bercengkerama dengan karya mereka.      

"Entah ini salah atau benar, Ayah cuma mengingat-ingat ungkapan kakek (kakek dulu pemilik mebel ukir kayu Jepara). Ukiran Jepara selalu terdiri dari minimal 2 bunga yang saling berdampingan. Kalau bukan dua bunga anggap saja 2 tanaman. Nah, Seperti yang sekarang Aruna pegang" Lesmana menggeser duduknya lebih dekat kepada Aruna dan kepada ukiran kayu yang di kerjakan putrinya.      

"jadi bunga yang kiri dengan bunga yang kanan harus seimbang. Ketika Aruna mengukir yang kiri, dengan cara yang sama tetapi arah bunganya atau tanamannya menuju arah berbeda tetap 2 paduan tanaman ini harus memiliki rupa yang senada" Lesmana bicara sambil menunjuk-nunjuk Apa yang dimaksud.      

"ketika sisi kiri Tangkai Relungnya Aruna ukir dengan lengkungan yang besar, di ujung bagian kanan pun juga harus berukir membesar. Demikian juga dengan jumbai, ketika salah satu ujung besar Aruna putuskan membuat garis lengkung 3 di bagian lain pun juga mempunyai lengkung 3." Lesmana menatap Putrinya dengan bangga karena Gadis itu menunjukkan sisi penasaran luar biasa.      

"Oh, begitu"     

"Yup benar!" sang ayah mengikuti gaya bicara Aruna.      

"ah' Ayah..."      

"Sama seperti hubungan sepasang manusia" bunda yang sejak tadi mengamati mereka. Tiba-tiba turut bicara.      

.      

.      

__________________________      

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/      

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^      

Gift anda adalah semangat ku untuk berkreasi. Beri aku lebih banyak Semangat!      

Silahkan tinggalkan jejak komentar, aku selalu membacanya.      

Review bintang 5, berupa kalimat lebih aku sukai      

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak      

-->      

(^_^) love you All, intip juga novel saya yang lain [IPK : Inilah Perjanjian Kita, Antara Aku Dan Kamu] dan [YBS: You Are Beauty Selaras]. Dengan gaya menulis berbeda dimasing masing novel.      

INFO : Instagram bluehadyan, fansbase CPA (Hendra, Aruna, Damar)      

Nikmati Cuplikan seru, spoiler dan visualisasi CPA     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.