Ciuman Pertama Aruna

II-70. Budak Cinta



II-70. Budak Cinta

0"Mas nggak salah ngomong kan?.. Dea kamu beneran mau menikah dengan bujang lapuk beda 10 tahun?"     
0

"Kalian! berani-beraninya ngatain mas.." Surya tampak berjalan gesit mengejar Sari yang berlarian, mereka terlihat sangat akrab mencairkan suasana dan meredam hati gadis yang di landa ketegangan.     

"Nanti kalau nikah, tinggal sama ibu ya.. Biar anak perempuan ibu tambah banyak" Ada yang berbisik di telinga Dea.      

Semburat khawatir tidak bisa menjawab kembali hadir di wajah Dea.      

"Ibu.. Kali ini Surya ingin tinggal bersama keluarga Dea, ibu sudah ada Sari, Santi dan Arkan (Suami Santi) yang jagain. Sekarang biar Surya jagain Dea dan keluarganya" Surya menyela, dan seorang ibu  merengut tidak terima.      

"Dea hanya tinggal dengan ibunya dan adik laki-laki usia sekolah, kalau Surya mengambilnya bagaimana perasaan ibunya?"      

"Ayah Dea kemana?" Tanya Santi.      

"Abah sudah almarhum" Jawab Dea lirih. Tiba-tiba pelukan hangat di hantarkan Santi dan Ibu Surya.      

"Jaga baik-baik gadis ini Surya.."      

"Iya bu.."      

_Syukurlah akhirnya tidak seburuk yang Aku pikirkan_     

***      

"Tok tok tok"      

"Boleh aku masuk?" Seseorang mengintip ke dalam, membuat Hendra sigap merapikan baju perempuannya yang tadi dia koyak. Pria bermata biru buru-buru mengambil jaket Aruna membantunya mengenakan baju tebal tersebut.      

Laki-laki berstatus pasien tertikam belati ini lupa bahwa dia harusnya terbaring pura-pura sakit, si perempuan juga tidak tahu kalau Hendra harusnya berperan seperti itu.     

Hingga akhirnya tamu yang terbalut jaket Hoodie berdiri mengamati sepasang suami istri sedang buru-buru menyelesaikan adegan menutup resleting jaket perempuannya.      

"Oh' aku pikir kalian benar akan bercerai!?" Ternyata yang datang adalah Riswan walikota yang begitu dekat dengan Mahendra. Dia menyapa sambil tersenyum penuh arti. Mungkin laki-laki ini berfikir Mahendra barusan ngapa-ngapain istrinya.      

"Kenapa kau lebih terkejut aku cerai atau tidak. Kau tidak terkejut aku terlihat baik-baik saja seperti ini" Hendra bangkit dari duduknya, menyambut dan menyapa Riswan. lalu dia kembali duduk di dekat Aruna memeluk pinggang istrinya.      

"Dari awal berita itu muncul, aku tahu bukan anda yang tertikam"      

"Yakin sekali, kamu dapat info dari mana"      

"aku hanya mengamati, aku juga mengamati kakek mu tidak banyak melakukan pergerakan berarti menggunakan kekuatannya, itu artinya anda sedang baik-baik saja" ucapan Riswan menghadirkan senyum di mulut Mahendra. Seolah walikota itu menjabarkan pengetahuannya yang luar biasa dan pengalamannya yang cukup lama bersama Joyo Makmur group.      

"Ada apa kau kesini malam-malam, kau datang sendirian? Di mana ajudan mu?"      

"Aku menyusup ke mari sendirian, ya.. tentu saja dibantu oleh tim Raka yang sudah mengenalku lama. Selain itu banyak hal yang harus kita bicarakan" Riswan memberi jawaban sembari menatap istri Mahendra terlihat diam dan beberapa kali tersenyum kepada pejabat yang diidolakan.      

"Nona.. lama tidak jumpa? Bagaimana kabarnya?" sapa Riswan pada Aruna.      

"Baik.." balas Aruna singkat sambil tersenyum.      

"pasti sulit ya.. punya suami seperti kami, Camila sekarang sering sekali mengeluh.. (semenjak Riswan terkena sasaran tembak pada awal pembangunan Dream city)      

Harus banyak bersabar, serta memiliki mental yang kuat supaya kuat juga mendampingi kami" Riswan seolah memberi semangat kepada Aruna.      

"Terima kasih" balas Aruna belum bisa terbiasa menghadapi walikota yang begitu luar biasa di matanya.      

"kapan-kapan kalau kamu merasa jenuh, cobalah bertemu Camila. Dia pasti sangat senang punya teman yang bisa diajak ngobrol. Apa lagi sesama istri yang mendampingi laki-laki super sibuk dan banyak musuh seperti kami" Riswan kembali menceritakan istrinya yang diakhiri dengan tawa.      

"Aruna, aku sudah menghubungi ajudanmu" Hendra menyala percakapan.      

"Siapa? Kenapa?" gadis polos ini masih asing dengan maksud Hendra.      

"Roland dan Alvin, masih ingat kan? kamu akan di antar pulang oleh mereka. sudah mulai malam. Nanti ayah mencari mu?" sesungguhnya Hendra tidak ingin Aruna mendengar percakapan dirinya dengan Riswan. Hendra selalu begini, Dia jarang sekali menceritakan keluh kesahnya di kantor apalagi kondisinya di luar sana. Aruna saja tidak pernah menyadari dirinya dijaga baik-baik oleh Mahendra dari segala risiko menjadi istri pewaris tunggal Djoyodiningrat.      

"Masih.." gadis ini menuruti permintaan suaminya. Dia mengikuti langkah Hendra menuju pintu.      

"Roland dan Alvin ada di luar. Jika aku sudah bisa dikatakan sembuh, versi publik (tersenyum nyegir) akan ku pastikan untuk segera menemui ayah"      

Ada yang mengangguk menimpali ucapan menimpali ucapan lelaki bermata biru. Dan gadis itu melangkah, belum juga genap selangkah dia mendapatkan pelukan dan tubuhnya di putar : "Jangan lupakan hak ku"      

Kata pria dominan meminta jatahnya. Hendra memeluknya rapat-rapat sambil mengecap.      

Beberapa kali membelai rambut Aruna, Hendra mendapatkan bisikan kecil : "Hen.. pastikan kamu baik-baik saja, jangan lagi ada berita-berita yang nggak benar"      

"Okey, aku usahakan"      

"Argh.. Hendra sudah jangan terus-terusan begini (ada yang menciumi wajah perempuan) aku nggak jadi pulang nih" putri Lesmana sampai mengeluh, mata biru enggan melepaskan dirinya.      

Dan dia yang berpamitan pulang beberapa kali di sebut namanya agar menoleh sejenak menatap dirinya, pria yang tak bisa jauh dari istrinya.      

.     

.     

"Aku hampir yakin kamu benar-benar selingkuh dan perceraianmu sedang berjalan" Riswan mengamati lawan bicaranya. Pria yang baru saja terlihat kesulitan melepas istrinya pergi.      

"Haha.. kau lupa duniaku tidak simple" Tawa Mahendra.      

"Sehebat itu yang beredar di luar sana.. sungguh aku ikut larut, jika hari ini tidak kulihat istrimu dan perilakumu padanya. Kalian masih seperti pertama kali datang ke rumah dinasku" ingatan Riswan pulang memungut gambar-gambar Hendra dan Aruna di perjumpaan awal mereka.      

"sekarang kondisiku tidak sesederhana dulu, video yang beredar tentang ku itu asli. Aku dijebak seseorang, istriku memaafkanku tetapi keluarganya tidak. Sepertinya mereka juga mulai khawatir. Ketika Aruna terus-terusan bersamaku. Bahkan sekarang saja, aku sadar kami yang terpisah adalah kondisi yang terbaik. Ini membuatku hampir gila"      

"maksudmu" Riswan menggali pemahaman.      

"Tarantula masih sama, hehe mereka hobi menyerang kelemahan kami. Istriku menjadi sasaran mereka jadi tetua sepakat dia harus terlepas untuk sesaat. Sedangkan aku sendiri, kau tahu aku kesulitan jauh darinya" pria yang berbicara terlihat mengangkat tangannya dia tampak frustrasi.      

"Ya.. sangat ketara.. kau bucin sekali"      

"Apa itu bucin??"      

"Ah kau tidak tahu bahasa anak muda masa kini"     

"Yang aku tahu, kamu perlu berbaur dengan cara komunikasi mereka untuk membangun image mu.. sedang aku tidak butuh itu, wajar lah aku tidak tahu"      

"hehe kau menghinaku ( kekeh Riswan ) ingin tahu arti bucin??" ada yang mulai akrab satu sama lain. Hingga Riswan lupa memanggil Mahendra dengan sebutan 'anda'.      

"kamu budak cinta istrimu" tukas Riswan.      

"HAHAHA.. ungkapan macam apa itu?? Sungguh aku tak paham" Hendra benar-benar hampa dengan hal-hal berbau anak muda, receh dan tidak ada dalam kosakatanya. Apalagi ungkapan aneh yang baru dia dengar dari Riswan.      

.     

.     

__________________________     

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/     

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^     

Gift anda adalah semangat ku untuk berkreasi. Beri aku lebih banyak Semangat!     

Silahkan tinggalkan jejak komentar, aku selalu membacanya.     

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak     

-->     

(^_^) love you All, intip juga novel saya yang lain [IPK : Inilah Perjanjian Kita, Antara Aku Dan Kamu] dan [YBS: You Are Beauty Selaras]. Dengan gaya menulis berbeda dimasing masing novel.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.