Ciuman Pertama Aruna

II-73. Adikmu Putrimu, Istriku



II-73. Adikmu Putrimu, Istriku

0Bukan karena Aruna yang paling cantik atau yang pandai menyajikan makan malam yang menggiurkan lidah. Sama sekali bukan, Aruna istrinya hanya pandai membuat hati tenang dengan pelukan.      
0

"Ayah sudah menunggu kalian, Cepat masuk!!" Celetuk Anantha membangunkan sepasang kekasih yang larut dalam kehangatan pelukan pasangannya.      

"Aku kangen" bisik lirih Hendra pada Aruna usai memasuki pintu rumah keluarga Lesmana.      

"aku juga" gadis mungil ini pandai sekali membuat hati sang pria hangat berbunga-bunga. Bagaimana tidak, Aruna memegangi lengan kanannya dengan setia bahkan enggan melepaskan Hendra hingga pria ini duduk di dekatnya.      

Sedangkan mata biru berusaha keras bersikap sebaik mungkin di hadapan keluarga Istrinya. Memberi hormat kepada Ayah Lesmana dan bunda sejenak serta sempat menjabat tangan mereka.      

Hendra berusaha melempar senyum yang bisanya sangat mahal dan hal tersebut juga dia sajikan kepada kakak Aruna, Anantha sejak bertatap muka tadi tidak ada ramahnya sama sekali.      

"Kita makan dulu" ajak ayah Lesmana mengurai ketegangan. Tiap kali seorang ayah mertua menatap menantunya, pria bermata biru untuk pertama kalinya tidak memiliki percaya diri penuh seperti sebelum-sebelumnya.      

Hendra berakhir menunduk ketika sang ayah menatapnya. Ya, dia menyadari pertemuan terakhir mereka sangat buruk. Hendra menodongkan senjata api kepada ayah  Lesmana.      

Untung ada si mungil yang sering menyentuh tangannya. Dia tahu gadis ini memberinya kekuatan bahwa keduanya bisa melewati ini.      

"Apa yang kalian inginkan untuk kelanjutan pernikahan kalian?" Ayah membuka percakapan. Mencoba memberikan Mahendra kesempatan bicara sebelum putranya sendiri yang sejak tadi tampak tidak sabar.      

"Sebelum membahas tentang kami, saya ingin memberikan hadiah ulang tahun untuk ayah" seseorang di lirik Mahendra dan ajudan itu meletakkan sebuah kotak jam mewah di dekat tangan ayah Lesmana.      

Oyster Perpetual Sky-Dweller Blue adalah jam tangan dengan rancangan unik yang memadukan kecanggihan teknis, Jam ini menampilkan kalender tahunan Saros yang inovatif dan zona waktu ganda. Hendra memilih dasar blue supaya penerimanya selalu mengingat dirinya.      

Tentu saja harganya fantastis, tapi sayang ada guratan alis menyatu pada raut muka Ayah Lesmana.      

"Kau tak perlu memberiku benda berlebih seperti ini," jelas sekali maksud Ayah Aruna bahwa dirinya kurang nyaman. Sayangnya Mahendra yang tak begitu memiliki kepekaan dalam interaksi antar keluarga dekat, dia tidak bisa menangkap rasa tak nyaman kepala keluarga ini.      

"saya juga membawakan oleh-oleh untuk semua keluarga, Saya berharap saya bisa diterima kembali" sekali lagi Hendra melirik ajudannya. Dan tentu saja pria bersetelan lengkap dalam waktu sekejap telah meletakkan kotak-kotak fantastis di hadapan bunda, Aruna bahkan Anantha.      

Bukan Hendra kalau hadiahnya tidak berlebih, bunda dan Aruna mendapatkan tas baru dengan mengusung brand ternama yang harganya saja bisa jadi lebih mahal dari rumah yang mereka tempati.      

Bunda hanya bisa tersenyum getir, menggeser sedikit kotak bertuliskan guc*i sedangkan Anantha: "ambil kembali ini aku tidak butuh!" celetuknya tegas, menyerahkan benda dari Hendra kepada ajudannya kembali.      

Hendra kebingungan melihat ekspresi orang-orang di hadapannya, entah mengapa Aruna juga turut menyuguhkan raut muka resah.      

"Jika saya di izinkan kembali menjaga Aruna, saya pastikan semua milik ayah akan kembali. Termasuk DM Delivery. Perusahaan itu rencananya akan saya berikan kepada ayah seutuhnya" Hendra berusaha menggunakan nada yang paling sopan versi dirinya.      

Tapi dia cukup terkejut, ketika gadis di sampingnya memegang erat jari-jarinya: "Hendra cukup" bisik Aruna.      

Hendra terlalu payah untuk memahami situasi yang tersaji di hadapannya, sebuah upaya yang harusnya tidak perlu Hendra lakukan. Malah sebaiknya Hendra tidak usah menyuguhkan hal-hal semacam ini. Pertemuan ini bukan tentang bisnis. Bukan juga tentang untung rugi. Mungkin Hendra tidak paham, namun caranya kali ini sangat mengecewakan bagi Aruna.     

"Apa kau tidak sadar bahwa.." suara kekecewaan kasar terlontar dari Anantha.      

"Anantha stop! Ayah yang berhak bicara terlebih dahulu, dari pada siapa pun di sini termasuk kamu" pangkas Ayah Lesmana.      

_apa salahku? apa yang terjadi?_ mata biru hanya bisa bergumam. Mencari telapak tangan Aruna yang berada di pahanya. Seorang pria menggenggam erat jari-jari gadisnya.      

Lalu pria itu menatap sejenak pada istrinya, ekspresi Hendra menunjukkan sebuah makna: "Apa salahku? Sungguh aku tak tahu?"     

Bibir perempuan hanya sanggup tersenyum tipis.      

"Mas Hendra, saya tahu anda di besarkan sebagai tuan muda yang berkecukupan. Saya juga tahu aku dan keluargaku tidak mungkin membeli benda-benda semacam ini tanpa bantuan keluarga anda" Ungkapan Ayah Lesmana mulai terdengar getir di telinga putri bungsunya.      

"Semoga anda juga tahu, tidak semua hal bisa diukur dengan uang, Termasuk putriku. Aku mengundang Anda datang ke rumah sederhana kami. Bukan untuk mendapatkan benda-benda semacam ini. Apalagi mendapatkan jabatanku kembali atau apalah itu" ada yang tak bisa menahan warna merah di matanya, suara ayah Lesmana putrinya makin khawatir.      

"Sesungguhnya Aku ingin melihat seberapa tulusnya anda mempertahankan putriku, tapi sepertinya Anda salah sangka" Lesmana melengkapkan ungkapannya.      

Dan Hendra tercekat tak mampu berkomentar: "A-aku tidak bermaksud seperti itu.. aku hanya ingin diterima kembali tidak lebih"     

"Tidak bermaksud katamu!! Jelas-jelas kau sedang menghina kami! Jangan kau pikir karena Ayahku mantan ajudan kalian, kau bisa mengendalikan kami dengan uangmu" Anantha naik pitam.      

"Aku tidak bermaksud seperti itu sungguh!!" Hendra tersulut membela dirinya.      

"Hen.." gadisnya memanggil memintanya untuk bersabar.      

"Aku yakin Mas Hendra tidak bermaksud seperti itu Ayah.. kakak.." gadis ini merintih memohon pengertian.      

"kau juga Aruna! Apa kau tidak ingat, bagaimana ayah dan bunda mengorbankan kehormatan dan kehidupan mereka untuk membawamu pulang kembali ke keluarga ini. Hanya sebatas ini kamu membalas pengorbanan mereka" Suara kaku itu melemahkan hati seorang bunda. Bunda Aruna memilih menyingkir terlebih dahulu. Perempuan itu sudah tidak sanggup menahan air mata.      

"Lalu bagaimana denganku?? Kalian  mengambil paksa istriku.. Aku tahu aku melakukan kesalahan, aku menjadikan pernikahan kami seolah pernikahan kontrak. Tapi sungguh aku mencintai Aruna, Aruna adikmu.. putrimu.. tapi dia juga istriku.." Hendra tidak bisa diam saja. Dia sedang berupaya mengambil kembali istrinya.      

"masalahnya kesalahanmu bukan sekedar memaksanya menandatangani pernikahan kontrak. Kau pernah membuatnya ingin... "     

.     

.     

|Ah' lengkapkan kata-kata mu kak Anantha!!|     

.     

.     

__________________________     

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/     

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^     

Gift anda adalah semangat ku untuk berkreasi. Beri aku lebih banyak Semangat!     

Silahkan tinggalkan jejak komentar, aku selalu membacanya.     

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanja     

(^_^) love you All, intip juga novel saya yang lain [IPK : Inilah Perjanjian Kita, Antara Aku Dan Kamu] dan [YBS: You Are Beauty Selaras]. Dengan gaya menulis berbeda dimasing masing novel.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.