Ciuman Pertama Aruna

II-80. Pelukan Ayah



II-80. Pelukan Ayah

0"Mohon maaf.. menung.. Ah'.." Aditya kehilangan kata. Lelaki berkacamata ini berdiri terpaku sempat kehilangan konsentrasi, ketika lompatan neuron kembali normal. Lekas dia buka lebar pintu apartemennya.      
0

"Si-silah-kan duduk" gemetaran suara Aditya menerima kedatangan orang-orang yang mereka rindukan.      

"maaf.. Maaf tempatnya berantakan" buru-buru laki-laki ini merapikan bantal berserakan yang terletak di ruang televisi, tempat tersebut terlihat jelas dari ruang tamu standar apartemen mereka.      

"Di mana Aliana?" Suara rendah berat milik seseorang yang pernah menolak permintaan maaf membuat tuan rumah grogi ini buru-buru bersiap memanggil istrinya.      

"I-iya.. saya panggilkan" Aditya menyelinap ke dalam mengetuk pintu kamar mandi berisikan istrinya.      

"Iya.. sebentar.." kata Aliana menyambut Aditya, berambisi mengetuk kamar mandi sungguh menjengkelkan.      

"Ada apa sih.. aku nggak bisa mandi cepet" protes Aliana.      

"Ayah.. sayang.. ayah dan bunda datang"      

"Hah' Apa kamu bilang? Tolong ulangi sekali lagi!" Aliana masih belum yakin apa yang dikatakan oleh Aditya.      

"Gunakan baju yang rapi, sini! aku sisir rambutmu" secepat yang dia bisa, Aliana mencoba mencari baju yang lebih baik. Biasanya dia hanya mengenakan daster kedodoran setiap hari. Rambutnya pun malas untuk di rapikan, padahal dulu ketika dia masih jadi seorang manajer tidak pernah sekalipun rambutnya terlihat berantakan. Dan Aditya menyisir rambut calon ibu tidak kalah cepatnya.      

"ayahmu pasti berpikir aku tidak merawatmu, lihat! kau benar-benar seperti perempuan yang tidak tahu cara merawat diri."     

"ini bawaan bayi tahu.."      

"entah bawaan bayi atau tidak kau harus terlihat bersih dan cantik di hadapan ayah ibumu Atau aku akan merasa bersalah" kalimat Aditya berpadu dengan gerakan secepat kilat meng-kucir rambut perempuan yang mencoba memoles bedak di wajahnya.      

"Aku takut menangis.."      

"Nggak papa, ayo kita keluar ayah dan bunda pasti sudah menunggu"      

.     

 Belum juga sampai melihat lebih dekat, Aliana yang baru saja keluar dari dalam kamarnya tak kuasa menjatuhkan air mata begitu memilukan. Buru-buru dia usap air mata itu tapi nyatanya benda cair yang keluar dari pelupuk matanya tidak mau berhenti.      

Seiring langkah perlahan calon ibu dengan perut menggemaskan disambut oleh bundanya. Bunda berjalan lebih cepat memeluk putrinya sambil mencium Aliana beberapa kali.      

Dan Ayah ikut berdiri menatap anak perempuannya yang kini terlihat berbeda.      

"Bunda.. hiks.. hiks.. maaf.. maafkan Alia.." anak kedua keluarga Lesmana sedang dirundung penyesalan.      

"Tidak apa-apa.. bagaimana si kecil, (menyentuh perut Alia) apa cucu bunda sehat" suara yang menenangkan khas bunda benar-benar mengoyak hati calon ibu.      

Aliana hanya bisa mengangguk sambil Mencoba tersenyum dibalik air matanya yang belum juga usai mengalir. Takut-takut dia melihat raut muka ayahnya, hal yang paling mengejutkan adalah Ayah Lesmana tersenyum padanya.      

Aliana menutup wajahnya tak kuasa, Ayah akhirnya datang dan berkenan berjumpa dengannya.      

"Hiks.. hiks.." ada gerakan terus menghapus air mata di pipi sambil berjalan perlahan menghambur dalam pelukan sang ayah.      

"Ayah.. terima kasih Ayah.. mau menemui Alia.." terbata-bata anak perempuan ini berkata ungkapan maaf dengan hati yang membuncah sesak di dada saking bahagianya.      

"Sudah.. kalau kamu menangis terus, kamu tidak terlihat seperti Alia" Ungkapan Lesmana mencoba mengajak Alia bercanda, supaya kalut anak perempuan segera hilang.      

Bukannya hilang anak perempuan yang sedang merindu sang ayah benar-benar sesenggukan, "Alia minta maaf"      

"Sudah di maafkan" jelas Lesmana.      

"Boleh aku memeluk Ayah lebih lama,. Aku sangat merindukan ayah" pinta Alia.      

"seorang ayah pasti mencintai dan merindukan putrinya, walau dia sedang marah besar." Lesmana mendekap putrinya, anak gadis yang melakukan kesalahan fatal dengan hamil di luar nikah.      

"Aku baru tahu sekarang, kenapa Aruna selalu menuruti ayah.. karena pelukan ayah tempat paling nyaman." Lirih Alia masih memeluk ayahnya.     

Sebelumnya anak kedua keluarga Lesmana jarang sekali peduli dengan hal-hal yang menurutnya terlalu remeh, dia jarang mendengarkan nasehat Ayah dan ibunya, cenderung mengabaikannya sesuka hati. Terlalu sibuk mengurusi kehidupan pribadi dan sepak terjangnya di pekerjaan maupun kuliah.      

***     

Malam hari kian kosong menghantarkan rasa lapar untuk seseorang yang baru saja menghabiskan waktunya berolahraga disebabkan tidak bisa tidur.      

Menuruni tangga menuju pantri ketika tiga pelayan tampak sibuk dengan kegiatan memasak atau entah apa. Mereka terlihat saling bercanda satu sama lain.      

"Ada yang bisa aku makan?" desahan suara berat, membuat ketiganya terkejut bahkan salah satu menjatuhkan sendok dari tangannya.      

"Ah.. Tu.. tuan muda" ketiga asisten rumah tangga buru-buru bergegas merapikan diri dan merapikan benda-benda di atas meja. Ini sudah pukul 11 dan mereka masih berada di pantri bahkan memasak makanan sesuka hati, tidak sesuai dengan SOP yang ditetapkan para pimpinan asisten rumah tangga rumah induk.      

"Aku lapar, boleh aku mendapatkan sedikit bagian dari masakan itu" kembali pewaris tunggal yang bikin merinding para asisten ini bersuara.      

"Ma-maaf tuan tapi yang kita masak tidak layak untuk tuan" salah satu bersuara dengan gemetar.      

"beri kami waktu kami akan membuat makan malam untuk tuan Hendra" yang paling dewasa di antara ketiganya berbicara sambil menundukkan wajah.     

"Tidak usah repot-repot aku hanya.."      

"Hendra?? Selarut ini kamu masih berada di sini, kenapa tidak membuat panggilan saja (pesan dari kamar)" Nana datang memotong kalimat Mahendra. Dia menyela ikut duduk santai di dekat Mahendra, pada kursi meninggi meja pantri.      

"Tolong buatkan aku susu hangat ya.." pinta Nana dan kembali fokus menatap Mahendra yang tercium baru usai mandi.      

"Tidak usah repot-repot aku hanya butuh bagian dari masakan kalian, sudah cukup" kembali Mahendra mengulang ucapannya yang sempat dipotong Nana.      

"Kau ingin makan selarut ini??" tanya Nana menuruni kursinya.      

 "Aku baru saja olah raga dan itu membuatku lapar" balas pria bermata  biru menatap perempuan dengan piyama Cherry.      

_Ah' mengapa piyamanya tidak asing, mirip punya Aruna?_     

"kalian masak apa?" Nana mendekat, mengamati semangkok mie kuah yang akan p di hidangkan untuk Mahendra.      

"Apa kalian sedang bercanda? Ini tidak layak diberikan kepada Hendra" wajah perempuan yang selalu terlihat manis seketika mengerut menatap ketiga asisten rumah tangga.      

"Tak apa Nana, berikan padaku!" pinta Hendra.     

"Mie kuah macam apa ini.. Hendra tidak boleh makan sembarangan, kalian tidak tahu itu" Nana mulai mengeluarkan kalimat protes.      

"maafkan kami, tuan muda yang menginginkannya"     

"walaupun begitu kalian harusnya mengerti!, ada beberapa hal yang tidak boleh dia konsumsi" Nana menceramahi mereka.     

"Kami sudah mencoba menolaknya, maaf" salah satu asisten bersuara.      

"Hai, Aku lapar jangan berdebat" Hendra menyala, mulai jenuh dengan kebisingan.      

"walaupun begitu prosedur kesehatan harus tetap dijalankan" kekeh Nana. Dan pria yang lapar akhirnya turun dari kursinya memilih meninggalkan tempat berisik.      

"Kami sudah mencoba memperingatkan tuan,"     

"Atau mungkin tuan muda sedang merindukan istrinya. Itu yang saya pikirkan" dua asisten bersahutan memberi penjelasan kepada Nana.      

"Maksudmu?" Nana tidak mengerti apa yang mereka bicarakan.      

"Nona Aruna yang mengajarkan pada kami menu mie kuah unik ini,"     

"Dia sangat ramah (tidak sepertimu) dan sering membatu kami di pantry termasuk mengajari kami menu-menu unik penghilang rasa jenuh katanya"      

Ada langkah terhenti mendengar sayup-sayup perdebatan...     

.     

.     

__________________________     

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/     

1. Lempar Power Stone terbaik ^^     

2. Gift, beri aku banyak Semangat!     

3. Jejak komentar ialah kebahagiaan     

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak :-D     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.