Ciuman Pertama Aruna

II-17. Perilaku Absurd



II-17. Perilaku Absurd

0*Boleh aku telepon sayang?     
0

Dan pesan paling terakhir yang dibalas oleh Putri Lesmana.      

Dengan satu kata: Boleh     

Langsung disambut dering telepon dari si dia.      

Hendra: "Sayang lagi apa kamu..  kau membuatku tidak bisa bernafas"     

Aruna: "Hehe maaf.."     

Hendra: "Aku kangen banget, aku sudah tidak tahan! Malam ini aku harus menemui mu"     

Aruna: "Maaf.. belum bisa Hen.. tadi saja aku tidak berani membalas SMS dan telepon kamu karena kak Anantha ada di rumah"     

Hendra: "mengapa kamu tidak izin saja sebentar.. minimal balas chatting ku"     

Aruna: "masalahnya kita sedang makan malam bersama dan ngobrol sekeluarga. Tidak sopan Hen.. untuk angkat telepon, apalagi nanti kalau ditanya.. aku takut enggak bisa berbohong"     

Hendra: "Ya sudah.. tidak masalah.. yang penting aku sudah mendengarkan suaramu"     

Aruna: "terima kasih hen.."     

Hendra: "panggil Aku sayang dong, Sebagai gantinya"     

Aruna: "ih malu.."     

Hendra: "Ayolah.. agar suasana hatiku semakin baik"     

Aruna: "sayang.."     

Ada yang memerah dan menutup mukanya sendiri di ujung sana.      

Hendra: "wah aku tidak tahan.. aku harus berjumpa denganmu malam ini"     

Aruna: "bagaimana caranya? Aku tidak mungkin keluar rumah. Tidak ada kak Aliana yang pandai membantuku membuat alasan"     

Hendra: "Jangan tutup jendela kamarmu?"     

Aruna: "ah kenapa?"     

Hendra: "lihat saja aku akan terbang dan memelukmu dari belakang"     

Aruna: "Hai.. jangan mengkhayal.."     

Hendra: "lihat saja nanti, pokoknya dilarang menutup jendela"     

Aruna: "kenapa? enggak boleh di tutup? Jangan aneh-aneh Hendra"     

Hendra: "sudahlah lakukan saja permintaanku"     

"Awas kalau sampai kamu tutup jendelanya.. kau akan menyesal!"     

.     

.     

"Hery ayo kita berangkat!" Hery sempat terkejut karena Tuannya berjalan sangat gesit memimpin ide gila yang baru saja dia jelaskan.      

Hendra memintanya membawa mobil Pick Up ternyata fungsinya untuk membawa tangga, Hery tidak habis pikir tuan muda ini punya sisi lain yang sangat mengejutkan.      

Dia selalu tampak perfeksionis, dingin dan dinamis dalam segala hal kecuali malam ini ketika pria itu menaiki tangga yang disandarkan pada tembok rumah tetangga keluarga Lesmana.  Alasannya sangat unik kenapa harus menapaki tangga dari rumah sebelah tempat tinggal istrinya. Dia takut ketahuan, kalau langsung menuju lantai dua kamar perempuan yang tiap saat dia ganggu dengan dering telepon tiada henti.      

_apa karena aku jomblo?! Atau karena dia lebay.. tuan muda sangat absurd_     

_Ya elah gini amat mau jumpa istrinya.. tadi siang enggak berani bertemu.. giliran sekarang bucin banget nie orang_ pikiran Heri melayang layang sambil memegangi tangga yang di naiki Tuan mudanya.      

"Hery Jangan gerak.. konsentrasi.. kalau sampai aku jatuh saham DJoyo makmur group jadi taruhannya"      

"Oh' iya tuan tenang saja aku memegangnya dengan sungguh-sungguh"     

"hai jangan berisik! Nanti Aku dikira maling?!"     

"aku kan cuma menjawab pertanyaan anda" Hery mulai menggerutu sendiri. Tiba-tiba pikirannya mengembara mengingat Surya, jangan-jangan sekretaris itu juga sering dipaksa melakukan hal konyol semacam ini.      

.     

"wah kenapa gentengnya rapuh sekali"      

"Creak creak" Hendra berusaha keras menjaga keseimbangannya. Menapakkan kakinya di atas benda berbentuk persegi panjang yang tampak rapuh. Akhirnya terpaksa melepas alas kakinya daripada ada genteng tetangga Aruna yang pecah karena perilaku absurd pewaris tunggal Djoyodiningrat, sangat tidak lucu jika itu terjadi dan dia di tuduh maling.     

Perlahan tapi pasti dia makin mendekati genteng rumah istrinya.      

Untungnya atap rumah baru milik keluarga istrinya tidak separah punya tetangganya. Mahendra bisa berjalan lebih cepat. Merunduk mencari di mana letak balkon kamar istrinya.     

Rumah ini tidak begitu luas, tapi memiliki 2 lantai di mana lantai atas berisi kamar istrinya. Hendra sudah mengamati rumah itu berhari-hari dan melakukan prediksi terbaik untuk bisa masuk ke dalam kamar gadis mungil yang dirindukan.      

Pria itu memegangi penyangga atap, lalu melompat menyusup ke dalam balkon. Untung jendela pada balkon standar itu tidak ditutup sesuai instruksinya.      

Ada senyum senang, menyadari istrinya adalah gadis penurut walau kadang dia tidak tahu apa alasannya.      

Hendra buru-buru masuk menyelinap.      

"Oh sempit sekali jendela ini!" dia mencoba berbagai cara untuk menyusupkan tubuhnya.      

Semua prediksi dari cara menyusup ke dalam kamar istrinya sudah benar, kecuali memperhitungkan tubuh tinggi tegap khas England yang dia miliki.      

"Masa bodoh" celetuk itu mengawali caranya mencabut penyangga jendela. Dua penyangga dari jendela yang hanya menyajikan sudut 30 derajat, kini setelah dicabut kedua penyangganya. Sudut jendela itu bisa melebar hingga 90 derajat. Sehingga tubuh besar Mahendra bisa masuk lebih mudah.      

Lucunya, masih saja pria ini ribet sendiri, karena kakinya sempat tersangkut: "Ih siaaal"      

Hendra terjatuh di lantai dengan satu kaki yang masih setia terimpit jendela.     

_haduh ribet banget.. cuma mau meluk dia aja_ sebenarnya Hendra juga menyadari perilakunya kali ini sangat konyol. Tapi apa daya, dia sudah tidak tahan dengan rasa rindu yang meluap-luap di dada.      

Akhirnya perjuangan gila di malam hari mendapatkan imbalan sempurna.      

Hendra yang perlahan mendekat, menemukan tubuh gadisnya tertidur lelap di antara selimut dan guling yang dia dekap.      

"huuuuh..." hela nafas lega terdengar dari desahan lelaki bermata biru.      

Melepaskan alas kakinya, ikut menyusup ke dalam selimut. Sebelum menutup mata, pria ini sempat terpaku lama. Menyingkirkan perlahan helai demi helai rambut yang menutup wajah perempuan pemilik aroma harum.      

_rasanya sudah lama.. tidak berada di dekatmu_ pria bermata biru memberi kecupan kecil di pelipis Aruna. Lalu tersenyum menghantarkan dekapannya  tepat pada perut. Hendra tenggelam ikut tidur pulas di antara rambut-rambut halus perusak logika yang berserakan di wajahnya, sangat sengaja dia mencari tempat nyamannya di sana. Di mana aroma rambut harum perempuan bisa dihirup dalam-dalam.      

"semoga malam ini menjadi malam yang panjang" dia sempat berdoa agar bisa memeluk tubuh itu lama-lama.      

.     

.     

"Plak.. plak.." seorang ajudan menghilangkan nyamuk yang beterbangan ingin menggigit kulitnya.      

"aduh banyak sekali nyamuknya aku harus di sini sampai kapan?" Hery tidak membuat persiapan apa pun, dia bahkan tidak menyadari bahwa dirinya akan berakhir tidur di dalam pick up dengan kondisi kelaparan.      

Hatinya berkecamuk ingin pergi sejenak, minimal membeli pengisi perut dan lotion anti nyamuk.      

Namun kata-kata yang dilayangkan bosnya sungguh ancaman nyata: "jangan pergi dari sini! Kalau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan aku segera berlari padamu. Bisa celaka kalau aku tiba-tiba tidak menemukanmu"     

"Ingat saham DM grup baru merangkak naik! Kalau terjadi sesuatu padaku, bisa di pastikan saham turun kembali dan terjadi PHK. Boleh jadi pekerjaanmu hari ini menentukan nasib orang banyak" Ancaman yang tidak masuk akal itu sering Hendra aturkan kepada Surya. Kini dia layangkan pula pada Hery     

.     

.     

__________________________     

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/     

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^     

Gift anda adalah semangat ku untuk berkreasi. Beri aku lebih banyak Semangat!     

Silahkan tinggalkan jejak komentar, aku selalu membacanya.     

Review bintang 5, berupa kalimat lebih aku sukai     

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak     

-->     

(^_^) love you All, intip juga novel saya yang lain [IPK : Inilah Perjanjian Kita, Antara Aku Dan Kamu] dan [YBS: You Are Beauty Selaras]. Dengan gaya menulis berbeda dimasing masing novel.     

INFO : Instagram bluehadyan, fansbase CPA (Hendra, Aruna, Damar)     

Nikmati Cuplikan seru, spoiler dan visualisasi CPA     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.