Ciuman Pertama Aruna

Dasar Aneh



Dasar Aneh

0*pengawal ku akan datang     
0

*Kau dirumah? (pesan WhatsApp Hendra)     

*Aku masih di kampus, baru selesai jam pertama (Aruna)     

*Biar mereka menjemput mu di kampus     

*Nggak usah. Aku masih harus mengikuti ujian susulan setelah ini     

*Jam berapa kau akan selesai dan dimana mereka bisa menjemput mu?     

*Di rumah saja. 2 jam lagi.     

***     

Aruna baru saja turun dari OkeCar yang mengantarnya. Ketika dia memasuki gerbang, tiga pasang mata menatap penuh selidik kemudian memberi hormat. Mata itu milik tiga laki-laki berseragam senada dilengkapi headset bluetooth tipe complete separation.     

_Tunggu! Bukankah benda hitam di telinga mereka sangat familiar?_ Aruna menyadari penampilan mereka hampir mirip dengan para penguntit waktu itu.     

"Nona Aruna?". Panggil salah satu dari mereka.     

"Iya?". Aruna bingung.     

"Oh' kami pengawal tuan Hendra". Salah satu dari 3 pria itu seolah memberi tahu bahwa mereka siap membawa Aruna.     

"Ya, aku masuk dulu, sebentar".     

Sesaat kemudian Aruna keluar dari rumahnya setelah meletakkan beberapa buku kuliah dan mengganti tas. Berjalan hati-hati dan mulai merasa tertekan. Aruna tampak menghembuskan nafas beberapa kali sebelum akhirnya memasuki mobil keluarga Djoyodiningrat. Bersama para pengawal Hendra yang mengiringinya.     

Mobil itu berhenti pada sebuah butik. Tentu saja butik mewah dan hanya menjual brand tertentu.     

"Nona silahkan pilih sesuai keinginan anda. Mas Hendra bilang sebaiknya pilih midi dress". Pria yang memiliki luka disalah satu pipinya menyampaikan permintaan Hendra dengan intonasi datar dan terlihat formal.     

"Apa aku harus membelinya?". Aruna merasa dia akan didandani, disesuaikan dengan selera lelaki bermata biru.     

"Ya".     

Dugaan Aruna benar, para pengawal membawanya memasuki kamar di lantai eksklusif. Kamar dengan interior abu-abu, sangat luas untuk ukuran kamar hotel, dilengkapi sofa tamu minimalis. Tentu saja perempuan dengan peralatan make up telah di siapkan dalam kamar tersebut.     

"Nona tugas kami cukup sampai disini. Sebentar lagi tuan Hendra akan datang menemui anda". Aruna mengangguk membalas penjelasan para pengawal Hendra.     

***     

"Bip bip bip".     

_Ayah Lesmana mengapa menelepon ku_ Hendra segera mengangkatnya.     

"Hallo ayah, ada yang bisa saya bantu?". Hendra     

"Maaf aku perlu menegur mu, aku tidak suka mendengar cerita tentang putri ku yang mulai tertekan". Lesmana mendapat kabar dari istrinya, si bungsu dibawa 3 pengawal Djoyodiningrat dengan suasana hati kalut. Bundanya tidak tega, gadis kecilnya diperlukan seperti tawanan bahkan sebelum pernikahan berlangsung.     

"Aku dulu sama seperti mereka, berangkat dari para pengawal keluarga mu". Lanjut ayah Lesmana.     

"Tapi kami tidak pernah di perintahkan mengawal seseorang di luar keluarga Djoyodiningrat, kecuali para pembawa masalah yang memang harus di awasi".     

"Cobalah mengerti, hal semacam itu menyulitkan. Apalagi untuk putri ku".     

"Ya ayah, tidak akan saya ulangi".     

"Jika kau ingin menemuinya, datanglah sendiri. Perlakukan putri ku dengan baik. Aku masih mengingat jelas ucapan mu, 'akan berusaha sebaik mungkin', tolong penuhi itu!".     

"Ya ayah, saya minta maaf".     

"Sekarang aku belum punya kewenangan penuh terhadap perilaku mu, setelah kalian menikah kakek mu memberikan hak ku, 'mengawasi mu dengan cara yang benar' ". Entah dari mana asalnya. Suara Lesmana di ujung sana berubah dari ayah yang meneduhkan menjadi seorang laki-laki yang sedang mengancam laki-laki lain.     

Beberapa kali kalimat permintaan maaf terucap dari mulut pewaris Djoyodiningrat kepada calon ayah mertuanya.     

***     

"Sudah selesai?". Hendra buru-buru menemui Aruna setelah mendapatkan komplain dari ayah gadis itu.     

Perempuan yang bertugas memberikan makeup ringan untuk wajah Aruna bergegas menyelesaikan tugasnya dan mundur. Keluar dari kamar hotel.     

Aruna hanya melirik Hendra dari cermin. Gadis itu tidak tersenyum bahkan tidak berminat untuk berinteraksi dengan Hendra.     

"Pasti terkejut didatangi para pengawal ku, maaf tidak akan aku ulangi. Lain kali aku yang akan menjemput mu sendiri". Hendra mencoba tersenyum agar gadis itu menanggapinya. Jadwal kerjanya sangat padat akhir-akhir ini. Rumor kemarin membuat kegiatannya berantakan dan kini berusaha di selesaikan satu persatu. Namun dia sadar tidak menyediakan waktu untuk menjemput Aruna adalah kesalahan.     

"Boleh aku mendapatkan lembar perjanjian kontrak pernikahan kita?". Pertanyaan Aruna membuat Hendra tertegun sejenak. Mengapa kontrak pernikahan yang pertama kali dia ucapkan? Hendra kecewa.     

Hendra berjalan menyusuri ranjangnya, membuka laci nakas. Dia mengeluarkan lembaran kertas MOU yang telah mereka tanda tangani. Dan dengan terpaksa memberikannya kepada Aruna.     

Gadis itu membaca seksama, cukup lama. Sebelum akhirnya berkomentar.     

"Apakah aku bisa menghapus atau bernegosiasi ulang dengan mu". Aruna baru menyadari dari 48 poin yang tertulis, hanya 3 poin yang berasal dari dirinya.     

"Tidak! Tidak ada yang akan berubah, karena kita sudah sepakat dan menandatanganinya". Bagian Hendra sudah dipikirkan dengan matang sejak awal. Dan dia tidak mau Aruna menambahkan syarat di dalamnya. Sedikit angkuh, sebab sang CEO butuh cara agar bisa menaklukkan anak bungsu Lesmana.     

"Ini kan cuma sebuah kesepakatan. Kenapa kita tidak membuatnya lebih mudah, toh tidak ada kekuatan hukum yang mengikat". Pinta Aruna.     

"Menurut mu, apa fungsi materai dibawah coretan tanda tangan mu?!". Penjelasan Hendra membuat Aruna terbungkam.     

Aruna menghembuskan nafas, sesak. Lelaki angkuh duduk di tepian ranjang abu-abu tidak jauh dari Aruna. Poin 'berciuman jika diperlukan' benar-benar ada pada kertas yang Aruna pegang. Termasuk hal membingungkan seperti 'pihak perempuan dilarang tidur sebelum pihak laki-laki tertidur pulas dan berkenan bangun secepatnya ketika pihak lelaki terbangun dari tidurnya'. Perjanjian pernikahan macam apa ini?!.     

Ingatan Aruna seolah kembali pada pertemuan kedua mereka, lelaki yang menjemputnya di kampus. Sudah salah kostum masih saja berulah serta keberatan berjalan dibelakang. Dia harus memimpin di depan.     

_Dasar Aneh!!, sepenting apa tidur lebih dahulu dari yang lain?!_ Aruna tak sanggup memahami pola pikir yang tersusun di kepala CEO Djoyo Makmur Grup.     

----------------------     

Sebelumnya saya minta maaf, saya benar-benar mengalami trouble ketika berada di bab ini. Jadi ceritanya saya di minta memecah bab sebelumnya karena terlalu panjang. Masalahnya ketika di pecah bab "Dasar Aneh" tidak bisa terkunci karena pendek kurang 100 kata. Akhirnya saya terpaksa mengimbuhkan topih di bawah. Sekali lagi mohon maaf sebesar-besarnya     

-------------------------     

Mengenal karakter      

Aruna Kanya Lesmana, Aruna gadis baik hati, pengertian dan berbakti pada orang tuanya. Sejak kecil dia selalu menjadi anak yang menyejukkan, jarang menuntut. Walau tidak memiliki prestasi secemerlang kakak laki-lakinya atau menjadi pusat perhatian seperti kakak perempuannya. Aruna tumbuh menjelma menjadi seorang mahasiswa desain dengan bakat luar biasa. Seringkali diundang sebagai pembicara pada seminar yang diadakan untuk startup. Dia bahkan memiliki startup yang dibangun bersama sahabat-sahabatnya bernama Surat Ajaib. Sayang kuliah dan karir penyejuk hati ini sedang terancam dia harus memilih pilihan yang kejam. Antara memenuhi janji perjodohan pernikahan yang dibuat oleh ayahnya atau melihat kakaknya hancur. Diusianya yang baru menginjak 20 tahun. Aruna terpaksa menggantikan kakaknya untuk menikahi laki-laki yang belum pernah dia jumpai     

Mahendra Hadyan Djoyodiningrat. Bahkan namanya saja memiliki arti paling hakiki tentang kekuasaan. Mahendra  sang penguasa agung, Hadyan yang memiliki kedudukan tinggi. Sangat tinggi sebagai pewaris tunggal seluruh aset keluarga Djoyodiningrat. Lelaki bermata biru perpaduan Jawa-England, berparas tampan, tinggi tegap, pekerja keras dan berjiwa mematikan. Terlalu sempurna untuk memiliki kelemahan. Dibalik itu semua sang CEO muda Djoyo Makmur Grub mengidap PTSD (post-traumatic disorder), ketika dirinya mulai berjuang melawan kelemahnya sang istri kontrak yang dia cintai menaruh hati pada pemuda lain. .     

Damar, Danu Umar Chaniago kata Chaniago jelas menunjukkan bahwa lelaki yang akrab di panggil Damar berasal dari Padang. Pria Padang dengan sudut hidung mancung dan mata memikat. Hidup dalam asuhan single parent membuatnya lebih dewasa dan hal tersebutlah yang membentuk lelaki itu memiliki pandangan hidup sederhana serta gaya bahasa to the point. Damar adalah pemuda bertepuk sebelah selema 2 tahun. Kini dia mati matian merebut hati Aruna setelah mengetahui gadis itu hanya menikah secara kontrak selama 2 tahun. Rela mengorbankan impiannya menjadi penulis Indie, dan berusaha keras membangun masa depan dengan menjadi pendatang baru di dunia music. Mahasiswa sastra Indonesia, novelis dan penulis lirik yang handal     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.