Ciuman Pertama Aruna

Gomawo Oppa



Gomawo Oppa

0"Hendra.. berhentilah mondar-mandir seperti itu". (Kau membuatku khawatir) Pewaris Djoyodiningrat terus berfikir tanpa henti sejak kedatangan orang-orang kakeknya. Dia belum memeriksa berkas apapun yang menjadi tugasnya.     
0

"Apa kau mengetahui tentang lantai D". Tanya Hendra.     

"Tidak". Jawab sekertarisnya polos. (Bukankah itu hanya rumor)     

"Kalau aku butuh pengawal siapa yang akan kita gunakan??". Tanya Hendra lagi.     

"Agen penyedia jasa tersebut". Jawab Surya.     

_Ah' tidak ada jaminan untuk keselamatan ku_ gumam Hendra. Pria itu sedang menghitung keberuntungannya. Tampaknya jauh dari harapan.     

"Menurut analisis mu berapa persen kita bisa melawan tetua Wiryo!". Hendra masih memburu kesimpulan di otaknya.     

"Sebagai cucu aku rasa 50% sudah cukup bagus, sebagai CEO sepertinya kurang dari 20%". Jawab asistennya.     

_Ah prediksi Surya terlalu bagus. Dia bahkan tidak tahu 4 unit khusus yang di bangun kakek ku_ pria itu duduk di meja kerjanya. Melengkapkan kesimpulan yang berkecamuk dari dalam otak.     

"Mulai besok mau tidak mau kita akan bekerja dengan orang-orang Presdir. Kau harus terima berbaur dengan tim Andos. Kalau perlu berdamailah dengannya". Hendra menyadari jika dia melawan kakeknya itu sama saja dengan seekor kucing melawan singa. Terlalu mustahil untuk menang.     

"Ya! Aku paham". Surya telah menangkap sekilas desakan kakek Hendra. Tidak akan bisa di lawan.     

"Berikan informasi yang di butuhkan Andos tentang persiapan pernikahan ku".     

"Oh iya cari tahu, apakah ayah Lesmana dan Aruna sudah menerima perubahan tanggal pernikahan!".     

"Baik". Surya pasrah.     

Hendra menerawang sekilas.     

"Aku minta secara khusus pada mu! Bantu tim Surat Ajaib menyelesaikan undangannya 20 hari dari hari ini. Aku yakin hal ini mustahil bagi mereka".     

"Lakukan segala cara untuk membantunya. Aku telah mendorong Aruna membuat keputusan ini. Jika projek undangan tidak berhasil, anak itu akan kecewa pada dirinya sendiri". Perintah Hendra.     

"Ya". Surya segera bergegas. Lalu dia kembali, melirik Hendra.     

"Hen". Panggil Surya.     

"Apa kau diserang seseorang sampai Andos membawa para bodyguard pada mu!"     

Hendra tersenyum menyadari sahabatnya khawatir melihat lebam diwajah dan salah satu matanya tampak memerah.     

"Ini aku dapatkan karena mencuri sesuatu, lalu pemiliknya memukuli ku. Sayangnya dia mengarahkan tasnya tepat di wajahku". Penjelasan Hendra membuat sekertarisnya bingung. Pria itu pergi sambil mengernyitkan dahi.     

***     

"Bagaimana ini?!". Dea sahabat Aruna serasa ingin menangis. Gadis itu sudah mendatangi empat komunitas LKS program Bunda BISA yang mengerjakan undangan 3D Aruna-Hendra.     

Tenggang waktu yang diberikan diawal sudah begitu padat, ketika harus dipercepat mereka tidak sanggup bahkan memilih menyerah. Waktu 20 hari sangat tidak masuk akal untuk mengcreate komunitas baru. Komunitas baru butuh pelatihan terlebih dahulu minimal 1 Minggu dan sisanya tahap uji coba.     

Persentase gagal cukup besar, hasilnya cenderung tidak rapi dan jauh dari ekspektasi yang di pesan.     

Sebagai quality control Dea tidak mungkin bisa mengabaikan kualitas produk. Apalagi projek ini spesial, pernikahan founder Surat Ajaib.     

Seharian Dea dan Surya berkendara tiada henti. Keduanya tidak akan mundur, tapi rasa lelah dan penolakan berkali-kali membuat mereka mulai kewalahan.     

"Kita istirahat dulu". Surya memberi masukan sembari menerawang jalanan di depan.     

Suara azan sayup-sayup terdengar.     

"Kita berhenti di masjid depan bisa". Pinta gadis berjihab.     

"Baiklah". Surya segera memelankan mobilnya.     

Cukup lama Surya menunggu gadis berhijab menyelesaikan sholat. Surya telah selesai 30 menit sebelumnya. Namun belum ada tanda-tanda Dea muncul. Karena terlalu lama pria itu mencoba untuk mencari tahu. Mengendap-endap menelisik tempat solat putri.     

"Apa yang kau lakukan??". Dea     

"Argh". Surya terkejut bukan main.     

"Kamu terlalu lama jadi aku mencoba mencari tahu hehe".     

"Pak tadi aku ngobrol sama ibu-ibu di dalam, mereka menggunakan Bros unik gitu. Aku tanya-tanya dimana mereka beli. Ternyata di salah satu pesaing Aruna dalam penghargaan yang pernah kita ikuti". Dea bicara terlalu bersemangat hingga terkesan cepat dan sulit dipahami.     

"Sebentar pelan-pelan. Nona Aruna pernah mendapat penghargaan?". Surya menelusuri maksud Dea.     

"Iya.. startup pendatang baru terbaik kategori craft". Balas Dea.     

"Lalu nominasi lain adalah start up yang menjual Bros ibu-ibu tadi?".     

"Benar".     

"Terus apa hubungannya dengan kita". Surya jadi bingung.     

"Ini yang belum aku jelaskan".     

"Mereka bagian dari asosiasi craft, setahu aku asosiasi itu memiliki banyak anggota. Sayang pengurus dan pusat pengembangannya mayoritas di Surabaya". Dea menjelaskan     

"Maksudmu kalau kita tidak bisa mendorong tim produksi kita. Kenapa kita tidak pakai saja tenaga profesional di luar".     

"Iyaaa". Dea begitu bahagia sampai melompat kecil bahkan ke dua tangannya bergerak mengepal mengapit pipi.     

Surya terlihat tersenyum mengamati tingkah Dea.     

"Baiklah, ayo kita cari makan dulu baru berdiskusi lagi". Ucapan Surya dibalas anggukan kepala oleh Dea.     

Di sela sela makan pun gadis berhijab masih saja sibuk Searching dan sesekali chatting dengan seseorang. Surya sedikit risih. Pria itu mengambil handphone Dea.     

"Pak ini penting.. Kembalikan!". Pinta Dea.     

"Anda dan nona Aruna sama saja. Jangan panggil aku pak, aku belum menikah!". Tegas Surya.     

"Dan selesaikan makan mu baru main Hp". Surya seperti bapak yang galak.     

"Kita kan beda 10 tahun. Mana tahu kalau bapak gak mau di panggil 'pak". Gerutu lirih Dea.     

"Cari panggil yang tepat buat ku, baru aku kembali heandphone nya". Surya benar-benar merampas handphone Dea.     

"Bip bip bip". Tak lama handphone gadis itu berdering.     

"Pak ini sangat penting.. sungguh sangat penting". Pinta Dea.     

"Ganti panggilan ku!!". Surya tidak bergeming.     

_Aduh... Laki-laki ini_     

"Oppa.. berikan oppa...". Dea sengaja mengganggu.     

"Panggilan apa itu.. ??". Surya geli mendengarnya.     

"Hehe aku suka nonton drakor.. itu panggilan terbaik versi ku.. ". Dea memojokkan Surya.     

"Oppaneun johda na-ege jwo". Dea menjulurkan tangannya sembari menggerakkan jemari, tanda meminta sesuatu. (oppa baik, berikan pada ku)     

Surya terpaksa menyerahkan handphone gadis itu karena merasa geli.     

"Aish' anak milenial benar-benar mengerikan". Gerutu Surya.     

Tak lama gadis itu bercakap-cakap dengan orang di ujung sana. Berikutnya dia tampak antusias buka main. Menginformasikan bahwa pengurus komunitas carft telah memberikan alamatnya, mereka sangat terbuka dan menunggu kehadiran Surya serta Dea secepatnya.     

Ternyata gadis berhijab bergerak begitu cepat. Surya tidak menyadari ketika tadi Dea memainkan Handphone, dia sedang berkomunikasi dengan orang-orang itu.     

Surya menyuruhnya segera memeriksakan tiket pesawat. Mereka berangkat esok dini hari. Tapi wajah Des malah lesu.     

"Ada apa?". Tanya Surya penasaran.     

"Lihat!". Menunjukan sesuatu di layar Handphone.     

"Tinggal eksekutif dan mahal bangeet.. apa kita naik kereta aja??".     

"Ambil saja tidak masalah?! Kereta butuh waktu 12 jam. Waktu begitu berharga saat ini untuk kita". Surya memberikan instruksi.     

"Tapi keuangan Surat Ajaib?! cukup berat jika harus menanggung pesawat ku".     

"Kita yang akan tanggung semua akomodasinya".     

"Benarkah? gomawo oppa". Dea berterimakasih.     

"Iiih.. Kau membuatku geli". (berhenti menggunakan bahasa aneh)     

Keesokan harinya Dea begitu antusias, mengambil beberapa foto bahkan meminta Surya memfotonya. Gadis ini memberi tahu bahwa penerbangan pagi ini adalah pengalaman pertamanya naik pesawat. Jadi sedikit berlebihan.     

Surya kesulitan memahami Dea, gadis berhijab beberapa kali berbicara menggunakan bahasa aneh. Dan memanggilnya dengan sebutan aneh 'oppa'.     

Sesaat Surya sempat melihat dirinya sendiri. Antusias gadis itu sama seperti ketika dirinya pertama kali terbang ke California USA.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.