Ciuman Pertama Aruna

Properti Pesaing



Properti Pesaing

0Aruna belum juga berangkat ke kampus, gadis itu bolak balik ke kamar mandi.     
0

_Ah' benar kata Damar, perutku jadi kacau_     

_Yah... aku harus ikut ujian susulan_ Aruna baru menemukan penyesalannya.     

"Tok tok tok".     

"Non Aruna ada kiriman". Salah satu asisten rumah tangga keluarga Lesmana menyusup ke kamar si bungsu. Senyam-senyum meletakkan paket makan siang.     

"Sepertinya kalau non sakit, aku tidak perlu masak".     

Aruna perlahan keluar dari gulungan selimut berantakan, sembari melirik benda yang di maksud salah satu asisten rumah.     

Gadis itu tertarik dengan packing yang keliatan menggugah selera. Banana, kue beras, Applesauce (saus apel atau apel yang dihaluskan), dan Toast (roti panggang). Termasuk botol minuman isotonik bernutrisi.     

*Lain kali jangan makan makanan sampah     

Ketika membacanya Aruna seolah mendengar suara seseorang.     

_Ah' Hendra!? Dia tahu aku sakit? Dari mana?_ Keduanya bahkan tidak saling punya nomor handphone.     

_Ini menu BRAT?! Dia sampai tahu aku kena diare_ Aruna mulai membuka kemasan dan perlahan mencicipinya. Ternyata enak. Gadis itu duduk dan melanjutkan rasa penasarannya pada menu kiriman Hendra.     

(Menu BRAT, pola makanan yang baik untuk pederita diare, karena memiliki kandungan serat, protein, dan lemak yang rendah, sehingga baik bagi organ pencernaan yang sedang bermasalah)     

Tak lama suara ketukan di pintu terdengar kembali. Kali ini mbak Linda masuk membawa buket bunga bernuansa pink.     

Bunga mawar merekah indah tersusun sempurna mulai pink pudar menuju pink pekat dan pada tepiannya diselipi bunga Baby breath (Bunga yang berwarna putih bersih dan berukuran kecil-kecil, memiliki makna yang sangat dalam yakni cinta abadi).     

Rangkain bunga tersebut dibungkus lembaran berwarna pink termasuk tabung pengemasannya juga berwarna pink.     

Aruna tidak begitu tertarik dengan warna pink. Namun kali ini senyumannya merekah. Buket bunga tersebut sangat cantik untuk dinikmati.     

_Pasti ini dari Damar_ gumamnya.     

_Tiba-tiba dia merasa layaknya tuan putri_ Aruna perlu mengucapkan terimakasih kepada Damar.     

*Terimakasih buket bunganya cantik (imoticon senyum). Gadis itu merapikan dirinya. Mengambil foto Selfi bersama bunga yang baru saja dia terima.     

*Iya kamu memang cantik (balas Damar)     

*Tak perlu meminjam buket bunga kak Alia. (Imoticon tawa) jika ingin mengirimkan foto selfi, kirim aja. Aku sangat senang (Imoticon jatuh cinta /mata love)     

Balasan Damar membuat Aruna bingung, kalau bukan Damar lalu siapa??. Gadis itu segera memeriksakan buketnya. Dia menemukan kertas kecil didalamnya.     

*to: Aruna     

_Ini sudah benar untuk ku_ kemudian gadis itu membalik kertasnya     

*Terimakasih untuk bibir indahnya     

"Apa?!". Gadis itu meletakkan buket bunga dengan kasar. Rangkaian bunga pink tak lagi tampak indah. Dia segera meringkus benda itu dan menjauhkan dari pandangan.     

_Orang ini benar-benar belum puas melihat ku marah kemarin_     

_Lihat saja akan ku balas dia_ Aruna mencari tahu nomor Hendra dari Surya. Ketika gadis ini mendapatkan nomor lelaki bermata biru. Dia tidak tahan ingin segera memakinya. Entah apa yang terjadi padanya, Aruna yang ramah dan menenangkan kini sering menunjukkan emosi.     

"Bip bip bip". Hendra menolak beberapa kali telepon asing yang hadir ditengah-tengah ruang rapat.     

Ketika pria itu jengkel dan mengangkatnya.     

"Hai laki laki mesum, beraninya kau mengganggu ku". Suara Aruna memekikkan telinga, Hendra menjauhkan Handphonenya. Sayup-sayup terdengar teriakan gadis memaki sang CEO. Aktivitas rapat terhenti seketika, menyisakan mata para peserta rapat yang saling memandang.     

CEO mereka bangkit dan perlahan menjauh.     

Hendra perlu membuat ungkapan yang mampu meredam spekulasi bawahannya.     

"Calon istriku katanya sakit?! Kamu sudah menerima paket kiriman ku? Bagaimana suka?". Hendra mengatur intonasinya. Mengabaikan Aruna yang marah-marah di ujung sana.     

Sesaat kemudian setelah benar-benar berada di luar ruang rapat. Lelaki itu hanya terdiam dan sesekali tersenyum mendengarkan dengan seksama ketika gadis di ujung sana menumpahkan kekesalannya.     

Menjadi begitu rindu.     

"Sudah.. capek..?!".     

"Berhentilah berteriak. Kau sedang sakit bukan?!".     

"Sekarang istirahat yang benar".     

Ungkapan Hendra menenangkan, seiring melemahnya suara Aruna.     

"Cih' sok baik". Makian kecil masih saja terdengar.     

"Aruna". Sesaat Hendra mengingat sesuatu yang lebih penting.     

"Kau tahu tanggal pernikahan kita di ajukan". Pewaris Djoyodiningrat sempat menyebutkan tanggal. Kini Aruna yang terdiam. Hari besar mengerikan akan segera datang.     

"Hallo?". Hendra memastikan gadis itu masih mendengarnya. Hendra tahu, Aruna sedang tertekan.     

"Tenang saja aku akan berperilaku baik kali ini!".     

"Kita pasti bisa melewatinya". Entah mengapa Hendra memposisikan dirinya untuk berjuang bersama-sama. Aruna di buat semakin bingung.     

_Ada apa dengannya, ini bukan dia?!_ Aruna tidak tahu akan datang tanggungjawab besar pada Hendra bersama pernikahan mereka. Dan jaminannya adalah Aruna.     

Hendra belum mengerti apa makna di balik ucapan Andos 'nona Aruna jaminannya', namun dia tahu kakeknya selalu punya cara.     

"Mohon maaf.. besok beberapa pengawal ku menemui mu, ikuti saja permintaan mereka. Nanti aku jelaskan setelah kita bertemu".     

"Kau pasti menepati kontrak kita kan?!". Aruna perlu memastikan.     

"Ya tentu".     

_Selama aku masih bisa, akan aku usahkan_ Hendra mulai goyah.     

"Aku ingin memeriksanya sekali lagi. Dan mendapatkan salinan dari mu".     

_Aku belum membaca semuanya_ Aruna takut dimanfaatkan.     

"Baik nanti aku sampaikan pada Surya". Jawab Hendra.     

"Tidak! Aku tidak mau ada orang lain. Kita berdua saja yang terlibat". Aruna merasa menyesal dulu dia hanya menuliskan beberapa hal sederhana. Kali ini perlu bernegosiasi ulang dengan Hendra sembari memastikan pria itu tidak akan melanggar kesepakatan yang mereka bangun.     

"Ya terserah kau saja". Balas Hendra.     

Mereka terdiam sesaat dalam ruang pikir masing-masing. Yang satu merasa takut dengan pernikahan. Satunya terbebani dengan pertanyaan tentang kontrak pernikahan.     

"Udah dulu ya aku mau istirahat". Mereka mulai canggung.     

"Ya! Segera sembuh". Hendra kembali masuk ruang rapat dan dia mendapati para bawahannya sedang bergosip.     

"Tidak salah lagi, itu gadis yang diceritakan anak-anak Nara&tv".     

"Memang terjadi apa di sana?".     

"Kabarnya CEO memaksa gadis muda masuk ke salah satu ruangan dan keluar dengan baju berbeda".     

"Wow.. sejauh itu??".     

"Bukankah dia juga membawa Tania ke kamar pribadinya".     

"Ah' yang itu cuma rumor, Tania reservasi di sebelah kamar CEO".     

"Tania tidak mungkin memaki cinta butanya sekasar itu, aku yakin itu gadis yang berbeda".     

"Benar juga?!".     

"Tenang.. kalian akan mendapatkan undangan pernikahan ku sebentar lagi". Hendra begitu dingin. Bawahannya sontak kelabakan, terkejut dan membeku sepanjang rapat.     

***     

Notifikasi masuk pada layar handphone.     

@danu umar official membagikan insta story.     

Hendra memeriksa Instagram khususnya. Dia mendapati foto gadis dengan wajah tertutup imoticon.     

*Cantik (Caption sederhana, menyulut api)     

_Ah' bukankah ini bunga pemberian ku??_. Lelaki bermata biru menyadari foto gadis Selfi yang di unggah Damar adalah Aruna.     

_Mengapa foto ini ada padanya? Tapi tidak pada ku??_ Hendra menyusun neuron didalam otaknya, mencari dugaan paling tepat.     

'Aruna berfikir bunga itu dari Damar, dan begitu marah setelah mendapati buket bunga berasal darinya'. Dugaan yang di susun Hendra tidak jauh berbeda dari kenyataan.     

Pria itu membuat gerakan pada layar handphone. Dia menangkap screenshot insta story Damar. Lalu mengirimkannya pada WA Aruna.     

*Jika kamu ingin membuat lelaki lain berkesan, jangan gunakan properti pesaingnya     

Lama chatting itu tidak terbalas. Hendra terus-terusan melirik ke arah handphone, tidak bisa fokus bekerja. Duduk, berdiri dan duduk lagi. Sesekali terlihat ingin membanting handphonenya.     

*??     

Dan dia hanya mendapatkan balasan tanda tanya dari Aruna. Gadis itu membuat Hendra benar-benar gila.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.