Ciuman Pertama Aruna

Kecupan Kecil



Kecupan Kecil

0Kedua mobil hitam melesat cepat di atas jalan tol.     
0

"Lain kali kamu harus bercerita dengan benar. Seperti apa hubungan mu dengan anak itu. Atau aku akan mempersulit kalian". Ucapan Hendra jelas terdengar sebagai ancaman.     

Aruna melirik mengamati ekspresi wajah Hendra, pria itu terlihat penuh kemarahan.     

_Sampai kapan aku harus berurusan dengan lelaki yang emosinya berubah-ubah seperti ini_     

Ruang didalam mobil kembali hening.     

"Tuan saya menadapat pesan dari pak Surya anda di minta memeriksa heandphone anda". Hendra menyambut permintaan pengawalnya. CEO Djoyo Makmur Grup tampak beberapa kali membalas chatting. Pada akhirnya dia putuskan menelepon Surya.     

"Sudah aku bilang Djoyo Makmur Grup tidak akan mengambil kontrak apapun yang berhubungan dengan pemerintah". Raut mukanya suram.     

"Beritahu mereka dan jangan banyak protes". Hendra marah kali ini.     

"Mereka berada di kantor pusat, para arsitek sedang menunggu mu. Mereka bilang tidak akan pergi sebelum berjumpa dengan mu". Suara Surya di ujung sana terdengar sayup-sayup.     

"Terserah. Tidak ada yang bisa merubah keputusan ku".     

"Tidak berhubungan dengan pemerintah adalah tradisi Djoyodiningrat. Siapapun tidak di ijinkan merubahnya". Hendra mematikan komunikasinya dengan Surya, tanpa memberi kesempatan sekertarisnya menjelaskan.     

Aruna tertarik memainkan handphone barunya, ketika Hendra terlihat sibuk berkomunikasi dengan telepon genggam.     

"Masukkan handphone mu aku tidak suka melihat orang didekat ku memainkan Handphonenya". Pria itu kembali mengatur.     

_Ada apa dengan suasana hatinya, mengapa dia marah-marah_     

_Padahal tadi waktu di sanggar belajar, dia sangat manis_     

"Dasar aneh". Celetuk Aruna mengurangi rasa jengkel dihatinya.     

"Tarik ucapan mu! Dan minta maaf. Aku sedang malas bertengkar". Hendra membalas ungkapan hati Aruna.     

"Huh, bukan kah orang yang senang bertengkar itu kau?". Siapa yang tiba-tiba berubah ekspresi.     

"Aku?? kau berani.. ". Ancaman Hendra terputus. Dia kembali mendapatkan telepon.     

"Sekarang apa lagi?". Laki-laki ini memilih mengangkat handphonenya. Surya kembali meminta waktu.     

"Mereka tertarik dengan SDGs yang selalu kita upayakan pada setiap program pembangunan MD Construction (Mega Djoyo Construction adalah bisnis kontruksi anak perusahaan Djoyo Makmur Grup). Riswan Hamim berjanji akan menjalankan proyek ini dengan bersih. Dia walikota yang terkenal transparan". Surya melobi, dia didesak oleh para arsitek dan petinggi anak perusahaan MD Construction.     

"Bukankah dia mantan arsitek kita? Dia memiliki track record yang terbukti baik selama jadi karyawan. Dia juga kandidat capres paling di sukai masyarakat, survey yang berkata demikian".     

"Ini kesempatan baik buat kita Hendra". Surya berusaha mencari cara untuk menaklukkan atasannya. Sepertinya sekertaris Hendra telah ditakhlukan oleh MD Construction.     

"Aku tak yakin Presdir akan setuju. Hal ini berlawanan dengan prinsip Djoyo Makmur Grup. Tapi aku ingin tahu proyek apa yang di ingin Riswan?". Tanya Hendra.     

"Tempat ibadah. Yang mengusung tema bineka tunggal Ika".     

"Maksudnya?".     

"Dia akan membangun 5 tempat ibadah berdekatan sekaligus. Konsep bangunan hemat energi serta mendukung program SDGs. Dia mau bangunan itu menjadi denyut jantung kota. Pusat ekonomi, kesehatan, pendidikan. Jadi satu kesatuan. Tidak jauh beda dengan yang telah kita bangun di Jawa tengah. Para lansia atau tuna netra bisa pulang pergi berjamaah tanpa bantuan".     

(Sustainable Development Goals 'Tujuan Pembangunan Berkelanjutan' disingkat dengan SDGs adalah 17 tujuan dengan 169 capaian yang terukur dan tenggat yang telah ditentukan oleh PBB sebagai agenda dunia pembangunan untuk kemaslahatan manusia dan planet bumi)     

"Heemm....". Hendra menyeringai.     

"Jadi dia sedang mempersiapkan diri sebagai capres". Tambah Hendra. 2 tahun ke depan akan ada pemilihan presiden.     

"Belum ada tanda-tanda kearah sana".     

"Tidak perlu tanda, dia sedang membangun jalan menuju kesana".     

"Suruh orang-orang MD Construction pulang. Atau mereka tidak akan bekerja selamanya".     

"Cih' Kau ini.. lihatlah sisi positifnya sekali saja!". Surya     

"Aku juga malas mendengar mu. Matikan handphonenya". Hendra meletakkan handphonenya. Melirik Aruna, seketika gadis itu menyembunyikan handphonenya.     

"Sampai mana kita tadi?". Dia ingin melanjutkan percakapan mereka tadi.     

Mobil tiba-tiba bergejolak sesaat.     

"Maaf tuan". Pengemudi meminta maaf.     

Heandphone Aruna terjatuh. Dan Hendra memungutnya.     

"Jadi ini undangan pernikahan kita?". Tanya Hendra. Aruna sedang mengamati foto yang dikirim Dea pada grup WhatsApp Surat Ajaib. Undangan 3D berwana biru laut dengan tema ocean.     

"Bukankah kau yang menyetujuinya". Padahal Aruna sendiri yang mengirimkan desain tersebut ke kantor Hendra. Dan pria itu berkata iya melalui sekertarisnya.     

"Ah' aku tidak sempat melihatnya. Aku minta Surya yang memeriksa".     

_Yang benar saja!!_ Entahlah, rasa kesal menyerang hati Aruna.     

"Apakah ini komunitas Bunda BISA?". Tanya Hendra. Sebuah foto menggambarkan kelompok ibu-ibu sedang bekerja dengan pernak-pernik.     

"Iya benar". Jawab Aruna.     

"Hendra kami juga mengembangkan SDGs bersama komunitas BISA". Anak ini menguping pembicaraan Hendra dan Surya.     

"Kau tahu hal semacam itu?". Hendra sedikit terkejut. Aruna tidak terlihat cerdas. Dalam benak Hendra, gadis itu sebatas anak yang kreatif.     

"Tentu saja. Walaupun aku payah dipelajar berhitung. Tapi cukup update untuk hal-hal berbau sosial. Waktu SMA aku anak IPS". Balas Aruna bersemangat.     

"Kami bahkan mengembangkan 3 tujuan sekaligus, tujuan 1. 2 dan 8. Sesungguhnya kami lebih fokus pada goods jobs and economic growth (nomor 8) yang secara berkesinambungan mendukung tujuan 1 dan 2". Tambah Aruna meyakinkan.     

(Tujuan SDGs nomor 1 no poverty (menghilangkan kemiskinan) nomor 2 no hunger (menghilang kelaparan) nomor 8 goods jobs and economic growth (pekerjaan yang layak dan pertumbuhan ekonomi))     

"Kau yakin menjalankannya??". Hendra sedang bercanda. Namun sesungguhnya dia tidak begitu yakin Aruna serius memahami SDGs.     

"Kau meremehkanku. Asal kamu tahu. Tidak semua pengusaha atau startup sepertiku memiliki kepedulian untuk memberikan bantuan secara berkelanjutan. Mereka memilih intervensi jangka pendek. 'butuh uang berapa untuk pelatihan? Nanti kami siapkan, silahkan maintenance sendiri!'. Mereka seperti itu, tidak mau repot-repot. Apa lagi mengambil resiko dengan memberikan lapangan pekerjaan yang berkelanjutan. Padahal pekerjaan yang benar-benar mereka butuhkan". Aruna serius menjelaskan. Ucapannya mampu menyentil Hendra. Sepertinya charity diperusahaannya adalah salah satu pelaku intervensi jangka pendek. Diskusi dua calon suami istri ini terlihat lebih menyenangkan dan hangat. Berbeda dengan sebelum-sebelumnya, cenderung berdebat.     

"Kau kenal Riswan? Walikota yang digandrungi anak milenial!?". Tanya Hendra.     

"Ah' tentu saja. Dia salah satu idolaku didunia politik".     

"Naif banget". Hendra mengusap rambut Aruna.     

"Orang itu dulunya arsitek kami. Tiba-tiba terkenal dan memilih jadi walikota".     

"Hari ini dia dan mantan teman-temannya yang masih di MD Construction mendesak ku untuk proyek pembangunan yang dia impikan".     

"Keinginannya itu pernah dia share diInstagr*m Lo.. ".     

"Benarkah?".     

"Kau harus mempertimbangkannya baik-baik".     

"Kau ingin membantuku?".     

"Aku bisa bantu apa?".     

"Secara khusus walikota dan tentu saja istrinya meminta jadwalku".     

"Aku tidak yakin akan menyetujuinya".     

"Mungkin aku bisa berubah pikiran ketika bersamamu, hitung-hitung kau belajar menjadi istri keluarga Djoyodiningrat".     

"Oh' istrinya? Aku pernah berkenalan dengan beliau orangnya ramah". Aruna terlihat senang.     

"Em.. kalau aku membantu mu, apa aku bisa berfoto dengan mereka".     

"Mereka famous, aku ingin menguploadnya di Instagr*m".     

"Hehe". Hendra tertawa karena gadis disampingnya terlalu polos. Dia pikir ada alasan mendasar yang membuatnya tertarik memberikan bantuan, ternyata sekedar upload sosial media.     

"Sini!". Hendra gemas memintanya mendekat.     

"Ini untuk calon istri ku yang terlalu cerdas". Pria itu memberi kecupan kecil dipipi Aruna. Pipinya sempat memerah, tapi segera ditepis.     

"Kau selalu mencuri kesempatan". Aruna meraih telinga Hendra lalu menariknya.     

Secara mengejutkan mobil bergejolak, sang sopir kehilang kendali. Dia mencoba memutar stir dan menyusup kesana kemari diantara mobil-mobil lain dengan cepat tinggi.     

Mobil berguncang dan beberapa kali membanting penumpangnya.     

"Tuan, rem mobil gagal berfungsi". Bisik salah satu pengawal didepan melalui alat pada telinga mereka dengan nada tenang berusaha profesional.     

"Saya akan membuat gesekan dengan pembatas jalan tol, sehingga kecepatan bisa diturunkan".     

"Aruna mendekatlah". Aruna belum begitu paham kondisi sebenarnya. Tapi dia tahu sesuatu sedang terjadi.     

Gadis itu mengikuti permintaan Hendra menyusup disela-sela Coat CEO Djoyo Makmur Grup.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.