Ciuman Pertama Aruna

Bertolak Belakang



Bertolak Belakang

0Aruna memukulinya karena ucapan dan perbuatannya selalu ambigu.     
0

.     

.     

Sore itu sembari menikmati cilok pedas di pinggir jalan. Damar akhirnya mau menggunakan otaknya untuk memikirkan keberlangsungan Surat Ajaib, setelah dia selalu berkata setuju tiap kali agenda diskusi mingguan. (Fokus main game dari pada mendengarkan diskusi)     

"Kau tahu instagram ku diikuti banyak readers novel ku?, aku rasa kita bisa memanfaatkannya"     

"Maksud mu?".     

"Aku punya ide, Bagaimana kalau kita mulai membuka jasa menuliskan Surat cinta atau pun Surat patah hati termasuk ungkapan lainnya yang menyentuh. Seperti puisi, lirik, apalah itu tapi berbayar. Akan ku coba secara masif mempostingnya dan mengarahkannya ke akun startup kita". Aruna tahu novel Damar dan Instagramnya banyak digilai.     

'Dan kau tinggal mengemas desain suratnya sehingga dia menjadi  iconic".     

Benar saja, ide Damar adalah langkah awal stabilnya Surat Ajaib yang dulu namanya Desain Ajaib, lalu brand itu berubah seiring ide Damar. Termasuk profit yang perlahan stabil melebihi ekspektasi Aruna.     

Dan dia pun bisa mengembalikan uang Damar. Sayangnya laki-laki ini menolaknya, dia minta kepemilikan beberapa persen. Aruna menyetujuinya karena pemuda Padang ini sempat berkata: "Suatu saat jika Surat Ajaib harus ditutup. Minimal ada 2 orang yang memikirkannya supaya dia bangkit kembali".     

.     

Miss you Damar     

.     

.     

Laki-laki bermata biru memasuki kamar bertuliskan baby Aruna. Dia terkejut dan sempat mundur  karena Gadis itu tersungkur, tidur di atas meja belajarnya.     

_Tidak, Aruna tidak sakit aku bisa mengatasi ini_     

Berjalan lambat dan beberapa kali matanya terpejam, berusaha meredam kebimbangan. Akhirnya pewaris tunggal Djoyodiningrat menemukan keberaniannya.     

Jari-jari dan nadinya dia sentuh perlahan mendekat dan semakin mendekat, matanya menatap lekat gadis itu. Dia tersenyum, sebab mulai bisa mendekati wajah gadisnya yang memikat dihiasi mata terpejam.     

Kini sang pewaris menekuk kakinya bertumpu pada kedua lutut, dia menyelaraskan tinggi tubuhnya dengan meja yang menumpu kepala istrinya . Hendra ikut memiringkan kepalanya di tepian meja itu .     

Menikmati nafas yang terhembus sebagai tanda kehidupan perempuan memporak-porandakan logikanya.     

_Kau tidak secantik perempuan-perempuan yang mendekatiku_     

_Tania jauh lebih cantik darimu, tapi Aku malah memilihmu daripada dia_     

_Aku tidak mengerti apa yang membuatku begitu tertarik padamu_     

_Apa mungkin karena kau adalah istriku?_     

_Ah' Tentu saja tidak, karena aku sudah jauh-jauh hari terbelenggu pada mu_     

_Atau karena kau anak baik? Entahlah aku bahkan tidak tahu kau itu anak yang baik_     

_Atau karena kau anak yang simpel dan hangat?_     

_Bisa jadi, karena aku tidak memiliki kemampuan itu_     

Hendra menyentuh wajahnya dan terlihat menyingkirkan beberapa helai rambut yang berserakan.     

Tiba-tiba mata itu terbuka. Mengerjapkan mata sesaat mencari-cari kesadarannya.     

"Hendra Apa yang kau lakukan".     

Aruna terbangun dan sigap merapikan dirinya.     

"Aku sedang bahagia, aku bisa melihat mu tertidur tanpa rasa takut". Penjelasannya sedikit membingungkan, dia memang laki-laki yang membingungkan.     

"Kau takut melihat ku tidur?".     

_Apa itu sebabnya kau aneh?_     

Hendra membangunkan lututnya, mengabaikan pertanyaan Aruna.     

"Ayo kita sudah ditunggu untuk makan".     

Dia meninggalkan Aruna begitu saja menyusuri tangga menuju ruang makan keluarga Lesmana.     

.     

.     

Suasana makan cukup hangat, lebih hangat lagi ketika Bunda terus saja memuji Hendra karena membantunya dan laki-laki itu benar-benar memerah.     

Tidak banyak orang yang tahu bahwa detik Ini pertama kalinya lelaki bermata biru merasakan begitu nikmatnya makan bersama keluarga. Mereka saling bertukar candaan, ringan, riang kadang sedikit berisik.     

Berisik karena Aruna berapa kali dimarahi oleh bundanya. Anak itu tidak peka untuk ngambilkan makanan suaminya. Malah Hendra yang sering tertangkap membantunya.     

"Bun.. kenapa aku harus mengambilkan makanan untuknya, dia sudah dewasa, dia bisa mengambilnya sendiri?!. Tangannya lebih panjang dari ku". Gadis itu protes setelah diomeli bundanya.     

"Hadeh, Apa kau setiap hari seperti ini di rumah mertua mu??". Suara Bunda semakin berisik.     

"Ya jelas dong, memangnya aku harus bagaimana?".     

"Ya Tuhan.. memalukan sekali!!".     

"Tak masalah Bun, kita memang jarang makan bersama. Terakhir kali disiapkan makan malam, Aku malah datang terlambat. Jadi Aruna sudah berusaha sebaik mungkin untuk ku". Hendra meredam suara berisik yang mengalir tanpa ujung.     

Aditya melirik CEO DM Grup, Dia hampir tidak yakin laki-laki depannya adalah orang yang sama, yang menjabat sebagai bos di tempat kerjanya.     

Bagaimana bisa, tiba-tiba laki-laki itu seolah menjelma menjadi orang yang berbeda.     

"Ada apa sayang". Aliana berbisik.     

"Hehe.. enggak.. aku merasa ada yang unik saja".     

"Apa yang unik?".     

"Seseorang yang bertolak belakang secara tiba-tiba".     

"Maksudmu suami adik ku?"     

"Ya tepat!. kau tahu kan dia seperti apa sebelumnya?!".     

"Aku juga merasa orang itu...".     

"Kalian berdua?! kapan kalian akan menikah?".     

Bisikan seru sepasang kekasih terhenti seketika, ketika ayah keluarga ini tiba-tiba menodong pertanyaan.     

"Aku harus lulus kuliah S2 dulu ayah, itu target ku jangan tanya lagi! ".     

"Kau lihat adik mu, dia baru menginjak tahun kedua strata 1, tapi dia baik-baik saja". Ayah Lesmana mendesak.     

Aditya menelan ludahnya beberapa kali.     

"Saya ikut maunya Aliana saja Ayah". Dan perdebatan anak dengan ayah terjadi begitu saja, tak terelakkan. Ditengah kecanggungan calon menantu keluarga, Aditya.     

Hendra menangkapnya sebagai hal baru yang menyenangkan. Keluarganya tidak memiliki bahan untuk bicara sebanyak ini.     

"Bisakah kalian diam!! apa tidak malu sama menantu mu, ayah hentikan!". Bunda mengingatkan, ayah Lesmana berhenti seketika.     

Sebenarnya masih ada seseorang yang tidak berkenan bergabung dalam makan malam keluarga Lesmana. Hendra tahu hal itu di sembunyikan darinya. Namun, dia cukup paham mengapa Ananta muak untuk sekedar satu meja dengan dirinya dalam jamuan makan bersama.     

Seorang kakak laki-laki dan anak laki-laki satu-satunya, selalu memiliki rasa tanggung jawab yang berbeda. Dia merasa telah kalah melindungi adiknya.     

***     

"Mengapa kamu harus tidur di bawah? ". Hendra keberatan melihat istrinya menggelar alas tidur di bawah shabby chic.     

"Karena kamu tidak akan bisa berbagi tempat sempit".     

"Jujur saja kamu atau aku yang tidak bisa?!".     

"Baiklah aku! aku..".     

"Tapi aku harus memegang denyut nadi mu".     

"Tadi kau bilang, merasa senang.. tidak takut lagi melihat ku tertidur".     

"Kejadian semacam itu, belum tentu bisa berlangsung setiap saat".     

"Tenang saja.. aku akan menaikkan tangan ku, dan kau bisa memegangnya".     

Adegan berikutnya adalah seorang perempuan tertidur tepat di bawah ranjang yang terisi laki-laki, tertangkap tidak matching. Pemandangan cukup aneh, ketika tangan perempuan di naik ke atas kemudian ditangkap sang laki-laki. Memeganginya, menatapnya dari atas ranjang, terlihat lebih nyaman.     

"Hendra lama-lama tanganku kesemutan juga".     

"Sudah kubilang kan.. begini kelihatan aneh.. Baiklah kamu yang di atas, aku yang di bawah". Hendra memberikan tawaran yang lebih masuk akal, secara dirinya laki-laki.     

"Tapi.. Apa tidur di lantai tidak bikin kita sakit??". Seperti biasa dia terlalu banyak berpikir.     

"Kau tidak akan mati dengan tidur di lantai!!".     

Kini berganti, pemandangan berikutnya adalah seorang laki-laki menangkap tangan perempuan, sengaja rentangkannya untuk pria yang terbaring tepat di lantai, di bawah ranjangnya.     

"Sebentar!! Kenapa tadi bisa melihat ku tertidur tanpa harus seaneh ini".     

"Sudah aku katakan, tidak selamanya aku bisa seperti itu.. Apalagi tadi nafas mu menerpa wajah ku, jadi aku bisa melihat bahwa kau akan baik-baik saja".     

"Mengapa kau selalu mencari nafas dan nadi ku??. Apa kamu punya sesuatu semacam...".     

"Lain kali akan ku ceritakan, sekarang belum saatnya". Berikutnya Sang perempuan tertidur, sedangkan si pria sama sekali tidak bisa memejamkan mata. Dia kesulitan dengan lantai, sang pewaris sedang dirundung rasa ngeri. Mungkin saja ada makhluk-makhluk kecil yang bisa menjangkaunya.     

Setelah 2 jam berjuang memejamkan mata. Pria itu memutuskan untuk naik ke ranjang Aruna, dan ikut serta terbenam di tempat yang sempit versi dirinya.     

Sangat berhati-hati supaya tubuh mungil tidak menyadarinya. Dia mengendus berapa kali. Ada bau yang terlalu harum dan cenderung berbahaya untuk laki-laki normal dengan naluri biologisnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.