Ciuman Pertama Aruna

Posesif



Posesif

0"Hehe". Tawa Aruna mengiringi percakapan berikutnya. Tidak menyadari ada seseorang yang mendekat di antara ketiganya.     
0

"Tapi dia sudah menikah". Suara itu mengejutkan beberapa orang.     

"Boleh saya ikut nimbrung disini".  Hendra tiba-tiba menyela dan duduk di dekat Aruna.     

"Ya.. sebuah pernikahan yang tidak disengaja". Ungkapan Ananta menyulut mata biru. Membuat mata itu tak berhenti menatapnya.     

"Benarkan? Harusnya adikku yang lebih dewasa yang menikah, tapi sekecil ini terlalu baik untuk menggantikannya. Dan lebih bodoh lagi ayahku tak bisa menghindari pernikahan aneh ini". Anantha ikut tersulut oleh tatapan tidak menyenangkan Mahendra.     

"Kakak..". Aruna mengelus lutut kakaknya, berharap Ananta mengurangi ungkapan tajam yang diluncurkan tanpa henti kepada Hendra.     

Gibran menangkap situasi tidak menyenangkan ini dalam tenang. Sepertinya dia sudah tahu kondisi sesungguhnya.     

"Sepertinya aku dan Hendra harus.. ee..".     

Si bungsu bingung dan canggung, Apa yang sebaiknya dia perbuat. Suami dan kakaknya mulai menyemburkan hawa panas.     

"Pergilah kecil.. aku juga sudah muak ditatap tuan muda".     

Aruna tak tahu harus bicara apa dan harus bagaimana. Untung kakaknya berkenan mengalah.     

"Lain kali semoga kita bisa melanjutkan obrolan ini, saya benar-benar tertarik. Sangat berharap kita bisa bekerjasama". Salam penutup Gibran dibalut dengan senyumannya yang tidak asing.     

"Terima kasih". Aruna membalas senyum itu seiring tangannya meraih pergelangan tangan Hendra, berharap Hendra menurutinya untuk segera menjauh.     

.     

.     

"Aku merasa dia tidak asing sepertinya aku pernah melihatnya". Gibran seolah mencari-cari ingatannya.     

"Tentu saja siapa yang tidak tahu dia". Ananta mempertegas ungkapan Gibran.     

"Memangnya siapa suami adik mu?".     

"Dia pewaris DM group".     

"Tempat sekali, sesuai harapanku. Oh maksudnya sesuai pikiranku".     

.     

.     

"Selalu saja begini.. bisakah kau menghilangkan alarm kemarahan mu".     

"Alarm kemarahan??".     

"Ya Hendra! kau harus menguranginya. emosimu itu berubah-rubah setiap saat. Bisa tiba-tiba berdering dan meledak hanya karena disentuh".     

"Aku hanya berperilaku seperti suami sewajarnya. Bagaimana kau bisa bicara dengan laki-laki lain tanpa memberitahuku".     

"Dia hanya teman kakakku Hendra, kurangi posesif mu itu!".     

"Apa?? kau bilang aku posesif??".     

"Mengapa semua orang berkata begitu pada ku?". Hendra tidak paham, namun merasa dirinya dalam posisi benar.     

"Karena kau memang seperti itu".     

"Apa makna dari posesif?, Aku bahkan tidak mengerti maksudnya, tapi aku selalu dituduh posesif?". Dia benar-benar tidak mengerti.     

"Cari aja sendiri, kau itu memang manusia super ribet".     

Ungkapan sederhana Aruna sungguh dia jalankan. Dia mencari maknanya.     

[Posesif adalah suatu keadaan di mana seseorang merasa nggak aman dengan hubungan yang dia jalani. Sebab, dia merasa nggak percaya diri dan takut dengan kehadiran seseorang yang lebih baik darinya, yang akan merebut pasangannya]. (https: kelascinta. Com)     

_Ah, ini benar-benar diri ku. Aku tidak bisa mengelak lagi_     

_Bagaimana lagi, Aruna harta ku satu-satunya, impian baru dalam hidup ku_     

Benak seorang manusia yang tak diizinkan memiliki mimpi. Selalu diburu rasa takut kehilangan, padahal dia pun belum memiliki Aruna seutuhnya.     

[Jangan Salah Paham, Ini 7 Beda Posesif dan Protektif, Bro!]. (Artikel lain yang menarik hati Hendra)     

1. Protektif bersifat melindungi, posesif hanya peduli tentang kepemilikan     

2. Protektif tidak sampai melarang, posesif membatasi dengan ketat     

3. Protektif memantau tanpa ikut campur, posesif terlibat terlalu jauh     

4. Protektif mempercayai, posesif mencurigai     

5. Protektif akan biasa saja saat tahu kamu sedang menjalankan aktivitas, posesif akan memberikanmu banyak pertanyaan     

6. Protektif memberikan kesempatan, posesif menahan terus-menerus     

7. Protektif tidak akan melarang pertemanan dengan lawan jenis, posesif dengan keras melarangnya.     

_Oh' aku harus belajar menjadi protektif bukan posesif. Tunggu! Mengapa semua penjelasan mengarahkan aku di posisi posesif?. Mungkin artikel ini yang salah kaprah. Bukankah sangat penting Dia tahu Dia adalah milikku, mengapa artikel itu bilang: tidak boleh hanya peduli tentang kepemilikan??. Dan tidak melarang pertemanan lawan jenis?? Wah itu sangat tidak masuk akal. Yang ini aku tak bisa lakukan?!_     

Hendra tidak setuju dirinya posesif, tapi penjelasan protektif 100% tidak dia sukai.     

.     

.     

"Hendra kau mau main game?, jangan main handphone terus!".     

Aruna melempar stik game kepadanya. Dia mulai menyalakan Gran Turismo 4 (GT4) game mobil balap keahliannya.     

Pria itu mengambil stik yang terjatuh di dekatnya sembari mengamati hati-hati.     

"Aku sama sekali belum pernah bermain menggunakan benda ini".     

"Apa kau alien sungguhan?? stick game aja nggak tahu??".     

"Aku tahu, bahkan perusahaan Ku pernah memproduksinya. Tapi aku belum pernah memainkannya".     

"Sungguh kau tidak pernah memainkannya? masa kecilmu kamu isi dengan apa Hendra?? Kalau enggak masa kecil, masa remaja mu?! apa yang kau lakukan??".     

"Aku berlatih bela diri, segala jenis olahraga, membaca buku, mempelajari alat musik tertentu dan dikirim ke perusahaan kakekku secara bergantian. Oh' aku juga mengikuti beberapa private lain seperti manajemen kepemimpinan semacam leadership, public speaking, terlalu banyak.. tak bisa ku hitung". Pria ini mengingat mengingat masa kecil dan masa remajanya.     

"Membosankan!". Aruna jengkel karena dia keterlaluan berbeda.     

"Tapi aku bisa mempelajarinya, aku akan mencobanya".     

Hendra kembali memperhatikan stik itu : "aku boleh mencobanya sekali?".     

"Oke! terserah".     

Dan pria itu benar-benar mencobanya, beberapa gerakan dari tanda di stik game dia pencet. Maju mundur, meliuk-liuk beberapa kali, uji coba tikungan tajam dan ketika ada gundukan dia gunakan mobil di dalam game itu untuk melompat lalu mengulanginya sebanyak dua kali.     

"Baiklah aku sudah siap!". Hanya butuh waktu sekitar 5 menit pria ini tiba-tiba merasa dirinya setelah menguasai banyak hal.     

"Coba kalahkan aku kalau kau bisa".     

"Apa yang aku dapat kalau aku bisa mengalahkan mu".     

"Menang aja belum tentu, minta imbalan pula!!".     

"Akan lebih menarik jika kita bertaruh. Apalagi taruhannya sebuah ciuman, wah sangat nikmat".     

"Dasar mesum!! hanya itu yang ada di otakmu?".     

"Sudah ku sampaikan semalam.. bahwa mendapat ciuman setiap saat adalah impianku".     

"Gila.. yang lain!!". Aruna memprotesnya, sebenarnya kedua pasang suami istri ini sudah mulai bersaing di lintasan. Sambil melempar obrolan kosong mereka.     

Dan Aruna dibuat tercengang, CEO gila memang memiliki kemampuan belajar yang cepat. Aruna merasa kemampuannya balap mobil sudah yang paling handal kecuali dia bersaing dengan Damar.     

Dan Hendra hanya mencoba sekali saja, tidak lebih dari 5 menit, sudah mahir menyaingi dirinya. Bersama wajah serius itu dia bahkan sudah meninggalkan mobil Aruna.     

"Ayolah.. Apa yang akan kau berikan! sepertinya aku juaranya".     

Gadis ini tidak terima lalu menutupi pandangan Hendra, dia berdiri di depan Hendra yang duduk nyaman di sofa.     

"Apa yang kau lakukan?? minggir..!! minggir..! kau bisa membuatku kalah".     

Dan mobil mata biru benar-benar tertinggal : "minggir!"     

Dia mendorong tubuh Aruna agar segera menyingkir.     

Gadis ini malah senyam-senyum menutupi setiap usahanya mencari celah menatap layar TV LCD.     

Karena cucu Wiryo tahu dia akan kalah, disebab kecurangan putri Lesmana.     

Hendra merasa sangat gemes.     

Meraih tubuh mungil di depannya. Dan menjatuhkannya di sofa.     

Dia menggelitik perut Aruna.     

"Hahaha.. Hendra jangan lakukan itu aku geli..".     

"Au..haha geli tahu..!"     

"Akan ku serang kau dengan 100 ciuman, karena kau berani mencurangi CEO DM Grup".     

"Haha..". Putri Lesmana tertawa antara rasa senang akhirnya berhasil menjahili Hendra, dengan rasa geli karena CEO gila menggelitiknya seiring usahanya mencari wajah Aruna. Mata biru berharap mendaratkan bibir di pipi gadis perusak logika.     

"Hendra minggir.. menjauh kau...".     

Gadis ini menyembunyikan wajahnya di balik bantal kursi sembari mendorong muka Hendra beberapa kali.     

Namun sang pria tidak mau kalah, meraih bantal itu dan kembali menyerang Aruna.     

Gadis itu menutup mukanya dengan kedua tangan.     

"Kalau kau tidak buka tanganmu, aku akan menggelitik mu terus".     

"Ampuun.. haha.. Hen.. hentikan.. hendra..!!". Aruna kegelian dan menyerah. Belum sampai terbuka itu tangan mungil. Pria ini sudah menyerangnya.     

"Muach.. muach muach muach..". Dia menciumi pipi Aruna. Dititik yang sama berulang kali.     

Suara canda tawa pengantin baru ini, sungguh mendebarkan pendengarannya. Menyeruak keseluruhan ruang tengah lantai 1, rumah Ayah Lesmana.     

Menghantarkan pesan lega untuk sang ayah dan bunda, sang gadis yang menjadi pengantin pengganti pewaris tunggal DM Grup.     

Sayang suara nakal itu mengganggu seorang kakak. Anantha datang dengan gusar : "Bisakah kalian pindah ke kamar, aku sedang menerima tamu!".     

Wajah Anantha tertangkap ngeri. Bagaimana tidak, dia dapati adik kecilnya dibawah laki-laki yang mendongak kepadanya karena baru saja mengendus si bungsu.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.