Ciuman Pertama Aruna

Visual Spasial



Visual Spasial

0"Leona, bawa Aruna kembali ke mobil".      
0

"Hen.. Hendra..". Gadis itu merengek suaranya lebih menggelisahkan.     

Dia ditarik secara paksa oleh Leona, tapi wajahnya masih menatap mata biru dengan lengkat. Seolah tidak berkenan dibawa pergi oleh perempuan yang menariknya.      

Hendra sempat memejamkan mata. Sebuah makna bahwa dirinya sedang diterpa kegelisahan. Kali ini dia harus mengabaikan permohonan Aruna.      

Alat yang terpasang di telingan menyebutkan ada kecurigaan dari tim Raka dan praditya di luar sana.     

Beberapa drone yang diterbangkan praditya melintasi langit-langit lokasi pembangunan menangkap tiga titik mencurigakan.      

Gedung-gedung yang mulai dikosongkan sebagai langkah awal project pembangunan dream city. Tertangkap terdapat seseorang di punggung gedung tersebut. Ada tiga titik dengan kejanggalan yang sama.      

Mengapa apa orang tersebut sendirian di puncak gedung yang kosong. Raka mengerahkan tim nya untuk menyergap mereka. Sebelum CEO DM grup Sampai di lokasi tersebut.      

Sepanjang perjalanan Riswan tak berhenti bicara, iya menceritakan mimpi-mimpinya termasuk mengapa dirinya menolak library buatan arsitek DM contraction.      

"Musashino Art University Museum and Library, Jepang". Pekikan Riswan menggambarkan dirinya sedang begitu bersemangat.     

"Jadi kau ingin membuat museum dan library secara bersamaan seperti musashino?". Hendra mengimbangi ungkapan bersemangat dari walikota.     

"Tidak! Aku tidak sampai berpikir ke arah situ, malah sebaliknya jika anda pernah ke musashino kita tahu Sekilas bangunan perpustakaan ini hanya perpaduan kayu dan kaca saja. Tetapi jika Anda melihat dengan teliti semua kayu yang berada dalam kaca tersebut ternyata merupakan rak buku. Arsitek Sou Fujimoto menggunakan rak buku dalam setiap rangka bangunan, termasuk untuk tangga dan dinding. Menurutku Sau arsitek cerdas". Mata Walikota berbinar.      

"Ah, karena kau adalah arsitek maka kau mengerti hal-hal sedetail itu. Sejujurnya aku tidak begitu memahami".      

"Memang bukan itu poin utamanya, karena masyarakat kita punya minat baca yang rendah maka kita perlu membuat library yang dikemas santai seperti cafe. Namun di setiap sudut ada buku-buku terselip, sehingga menarik perhatian mereka, dan mereka merasa terpanggil untuk nikmati". Suara Riswan mendesah, dalam dan begitu menghayati ungkapannya.     

"Atau sebaiknya kamu sendiri yang menggambarnya". Hendra memberikan tawaran.      

"sayangnya aku tidak punya waktu untuk menggambar sekarang".      

"bagaimana jika kamu menerjemahkan keinginanmu pada arsitek kami, aku bisa menjadwalkan mereka untuk mendatangimu atau kamu datang ke pusat DM contraction".      

"wah ide cemerlang.. aku selalu suka cara CEO satu ini menyelesaikan masalah, anda  bisa menangkap dan mencari solusi dengan cepat, aku bahkan belum terpikiran membuat permintaan semacam itu".     

Bisikan lirih dari alat di telinganya kembali terdengar. Menyuarakan sebuah informasi : "satu di antara mereka ternyata sekedar orang iseng, dan 2 lainnya unit keamanan dari walikota. Ternyata Riswan cukup jeli".      

Informasi yang melegakan.     

Para wartawan juga mulai menyingkir karena mendapati sang CEO tak berkenan bicara banyak kecuali hal-hal yang berkaitan dengan meeting nya bersama walikota dan DPRD.      

Para wartawan itu terbelenggu karena sebagian besar DPR termasuk Riswan berharap merekalah yang dijadikan narasumber, dan Hendra mundur ke belakang. Tersenyum, dan mengarahkan kembali ke topik pembangunan dream city ketika ditanya tentang pernikahannya.     

"apa aku bisa membawa Aruna berjalan bersamaku?". mata biru menekan alat di telinganya mengajukan permintaan kepada orang-orang yang sedang bekerja dalam ruang pusat teknologi informasi.      

"aku rasa saat ini cukup aman, Anda boleh membawanya keluar".  praditya memberi kabar yang menggembirakan.      

.     

.     

"hentikan cemberut mu.. kau sudah ikut aku sekarang.. coba perhatikan itu!, tempat ini akan berubah menjadi taman bermain". Hendra menyelesaikan peninjauan lokasi bersama Riswan. Barulah dia mendatangi Aruna yang sedang sendirian. Dia sudah diizinkan keluar dari mobil tapi wajahnya masih saja suram.      

"lalu bagaimana dengan orang-orang yang berada dipasar ini. Aku tahu tempat ini dulunya adalah pasar tapi sekarang sudah rata. ke mana mereka?". Rasa penasaran mulai mengalihkan kemarahan Putri Lesmana.     

"tentu saja mereka sudah dipindah di tempat yang lebih layak, dulu tempatnya terlalu kumuh. Kau tau masjid itu..". Hendra mengalihkan pandangannya ke arah sebuah menara masjid.      

"Ya..!". Jawab gadis ini singkat.     

"ada pasar modern baru di dekat sana, mungkin sekarang belum begitu ramai tapi nanti menara yang akan kau lihat bukan lagi hanya sebuah kubah masjid. Akan ada kelima menara dari masing-masing agama yang dianut di negara ini. berjajar di sana saling berdampingan dan saling mengukuhkan kebhinnekaan kita".      

"Setelah mereka beribadah, mereka bisa menikmati kuliner buah-buahan, sayuran dan pernak pernik murah dari pasar lokal yang bertransformasi menjadi pasar modern bersih rapi dengan mengembangkan 17 program SDGs secara berkesinambungan utuh dan penuh".      

Mata gadis ini semakin berbinar mendengar penjelasan Hendra.     

"responsible consumption and produce, kau tahu ini sdgs nomor berapa?".      

"12". Jawab Aruna bersemangat.     

"Konsumsi dan Produksi Bertanggung Jawab". Tambah gadis ini. Hendra tersenyum sumringah, seseorang dengan kecerdasan visual spasial tapi memiliki ketertarikan dengan dunia yang berbau sosial dan Filantropi merupakan dua hal yang sulit dibayangkan.     

"itu adalah salah satu contohnya, kami akan membangun pasar tersebut beriringan dengan sebuah pusat daur ulang yang letaknya tepat di dekat pasar. sayuran busuk Dan sampah sampah plastik akan kita masukkan dalam wadah berbeda dan didaur ulang secara modern di pusat daur ulang".      

Mata berbinar itu kini menatap Hendra yang sedang memberinya penjelasan. Dan pikirannya mulai membuat ruang-ruang imajinasi spasial tentang pusat daur ulang, menara-menara dan isinya termasuk susunan ornamen yang akan menghiasi tempat-tempat yang digambarkan Hendra.      

"Hendra Kalau boleh kasih masukan, di depan setiap menara memiliki pintu gerbang yang sama, dan tumbuhan yang menghiasi mereka juga sama, tumbuhannya harus rindang sehingga ketika orang melewati tempat tersebut mereka tidak akan merasa panas, mereka akan menghirup oksigen lebih banyak".      

"Mengapa pintu gerbang nya harus sama".      

"Entahlah.. dalam imajinasiku sebuah pintu gerbang yang sama adalah langkah awal bahwa kita meyakini kita berbeda, tapi berasal dari tempat yang sama, karena bumi yang kita pijak sama. hanya saja kita punya keyakinan, suku, budaya, adat, bahasa yang berbeda-beda". Aruna menambahkan.     

"Masukan yang cerdas". Hendra memberi pujian yang tulus dari dalam hatinya.      

"Kau yang hebat".      

"tumben menguji ku".      

"kali ini aku sungguhan.. tapi tak boleh besar kepala".      

Hendra tersenyum lesungnya kembali menggores pipi : "Mengapa kau tiba-tiba menyebutku hebat".      

"Kau tak perlu memberikan charity kepada banyak orang, tak perlu susah susah menyediakan waktu menjadi relawan. Tapi pekerjaanmu bisa mempengaruhi banyak individu secara masif menuju perubahan yang lebih baik entah itu ekonomi, sosial budaya bahkan habit pribadi mereka".      

"wow kamu bisa membacanya sejauh itu".      

"Tentu saja aku mempelajari banyak hal tentang organisasi sosial kerelawanan termasuk filantropi".      

"Kau tahu mengapa aku yang masih berusia 18 tahun berani-beraninya dengan modal nol.. membangun startup".      

"Bukankah itu sangat naif dan nekat.. hahaha.. berat dan banyak kebodohan yang aku lalui, karena aku tidak punya tutor seperti teman-teman yang lain, aku menjalankannya dengan otodidak dibantu oleh teman-temanku yang begitu setia. yach 2 tahun yang luar biasa. Semua berawal karena aku ingin membuka lapangan pekerjaan untuk ibu-ibu tempatku menjadi relawan, sesederhana itu dulu impianku".      

"Dan impianku selanjutnya berharap bisa menjadi pebisnis.. Yach..  sepertimu. Yang bisa berbuat banyak sampai akar rumput".      

Mahendra mendengarkan dengan saksama penjelasan Aruna, anak ini makin terlihat spesial.     

"kau tahu makna yang aku sampaikan waktu kita menatap langit-langit tempat tidurmu, tentang Mengapa kau tidak memanfaatkan helikopter itu untuk membentuk impian yang lebih besar lagi".      

"Kau bisa memanfaatkan keadaan mu yang sekarang, untuk membangun mimpi yang lebih besar lagi".      

Gadis ini terdiam.      

Menatap kosong hamparan langit di depannya. Dan sang pria mengusap punggung gadis itu.      

"takdir membawamu ke tempat yang berbeda, sekarang tinggal kamu memilih untuk menjadikannya pijakan atau kembali ke tempat yang kau anggap nyaman. Semua tergantung padamu.. my honey". Bisiknya sembari menghisap rambut harum Aruna.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.