Ciuman Pertama Aruna

Mungkin Nyamuk



Mungkin Nyamuk

0" Hendra..!? ". Nyatanya Gadis itu sudah berlari memeluk punggungnya yang belum usai menutup pintu kembali.     
0

"kenapa belum tidur??". Pria itu berbalik dan mengelus rambut istrinya.     

"aku sudah bilang kan. aku akan menunggumu sampai kau pulang".     

"Bukan begini cara khawatir yang benar, kau akan membuat ku tambah terbebani".      

"Maaf.. tapi aku benar-benar tak bisa tidur, aku takut kamu kenapa-napa?".      

"Bukan aku yang terkena tembak tapi Riswan. Jadi kenapa kau sangat khawatir, perasaanmu itu salah tempat".      

"Tidak.. aku tahu.. kau menyuruhku segera pergi, bisa jadi Sebenarnya kamu yang harusnya ter.. em.. terluka". Perempuan ini masih belum berkenan melepas pelukannya. Bahkan kini pelukannya berpindah dari arah depan.      

Sang pria mengimbangi pelukan hangat dengan mengusap-usap rambut Putri Lesmana dan menyesapnya beberapa kali.      

"Aku mandi dulu ya..".     

"Kau sudah makan?".      

"istirahatlah ini sudah dini hari dan kamu belum tidur!".      

"Bukan itu pertanyaannya. Kau nggak mau menjawab, apa itu artinya kamu beneran belum makan, benar kan?". Gadis mungil Ini tak bertanya lagi, dia membuka pintu kamar dan berlari ke pentry keluarga.     

Ketika mata biru keluar dari kamar mandi. Beberapa hidangan sudah disiapkan di dekat sofa. istrinya duduk manis disana.      

"Sebenarnya aku sedang tak berselera, berharap langsung istirahat". Tapi tarikan tangan istrinya tak mampu ditolak. Hendra terduduk pasrah.     

Aruna memasang wajah hangatnya menyerahkan sendok ke tangan Hendra. Sang pria tahu gadis ini sedang berusaha menghiburnya. Sangat manis untuk dia yang terbiasa sendirian. Ketika dulu datang ancaman dan diselesaikan sendiri. Malamnya akan berakhir dengan terbaring dan menutup mata sendirian.     

Kali ini suasananya jadi beda, ada yang tersenyum padanya dan memaksanya makan.      

Orang yang hampir kehilangan nyawa. malah tersudut berada di posisi dipaksa makan. seperti sedang diberikan obat paling mujarab.     

.      

"Apa yang sedang kamu pikirkan. Mengapa kamu terus memandangi ku. Lihatlah aku baik-baik saja.. jangan terlalu banyak berpikir. Sekarang tutup matamu! Sudah waktunya istirahat".      

_seperti apa kehidupanmu, sekarang siapa yang misterius?_ ruang pikir Aruna belum mau berhenti.     

"tak!". Kening Aruna mendapat sentilan dari jari telunjuk mata biru.     

"Au.. sakit..". Keluhan Aruna terdengar manja.      

"Otak mu lari ke mana saja.. di suruh tidur malah berfikir".      

Mahendra memeluk aruna dari samping dan mencari nadinya.      

"Kau mau tidur di lenganku?".      

"setahu ku.. Tiap aku terbangun letakku selalu di lengan?".      

"Ya itu tempat favorit Ku memelukmu tiap malam.. kau mau memberiku gratisan hari ini.. jadi aku tak perlu menunggumu tidur dan mengangkat diam-diam".      

Gadis ini masih saja berpikir.      

Tapi akhirnya luluh juga.     

Menempatkan dirinya di lengan Hendra dan menyentuh dada pria itu dengan tangannya yang mungil, ragu-ragu.     

Hendra mencium ubun-ubun perusak logika beberapa kali, dia terlalu bahagia.      

_aku ingin hidup lebih panjang lagi, Mungkin dia akan menunggu ku tiap malam_     

Hendra melirik gadisnya, matanya sudah terpejam, Cepat sekali. Pasti dia kelelahan menunggu dari tadi. Sangat cantik.. begitulah yang tertangkap mata biru. Gadis ini mungil dan meringkuk di samping tubuhnya.      

_Mimpi apa kau Mahendra.. bisa berada di fase ini_     

Mata biru mulai memiringkan tubuhnya, membuka wajah aruna yang tertutup beberapa helai rambut tipis. menyingkap nya dan mendekatinya. Harum, terpejam dan bau nafas kehidupan.      

Pria ini tiba-tiba merindukan sesuatu, ya bibir itu. Semalam dia menikmatinya dalam sebuah pertengkaran. Mungkin hari ini akan berbeda.      

Logikanya perlahan rusak ketika bibir itu penampakan Rona merah. Sebuah daya tarik paling memikat. Tak terasa dia sudah memberi gadisnya sentuhan lembut perlahan, supaya tak terbangun. Lagi dan Lagi. Mencuri bibir Aruna adalah kegiatan paling gila yang disukai tiap saat.      

"love you.. love you Sayang..".      

***     

"Hahaha.. jangan khawatir Mas tanganku hanya butuh seminggu untuk bisa digunakan kembali, aku bergembira dengan tembakan ini. artinya para DPR itu akan terpojok dan tak lagi mengusut dream city". Riswan menatap tangannya sembari tersenyum, sungguh mengerikan. pria ini terbuai dengan mimpinya.      

"kau tak ingin tahu siapa yang menembak mu?". Ekspresi Hendra sedikit ngeri melihat walikota begitu menikmati apa yang dia dapatkan sekarang.      

"aku pernah hidup dan bekerja di bawah naungan DM Construction, aku mengambil banyak bagian dalam renovasi lantai bawah tanah kalian. Aku sangat tahu alasan tetua Wiryo membangunnya. Jadi tak perlu penjelasan lagi". Riswan menepuk lengan Hendra, dia memberi senyuman yang aneh, Sekali lagi. Untuk seorang dengan luka tembakan salah sasaran.      

"Jangan menatapku begitu". Riswan kembali bersuara.      

"kau mirip seorang yang mengidap OCD".      

"Anda salah aku tidak separah itu.. tapi aku memang terobsesi menjadikan kota ini sebagai tempat impian semua orang, rujukan untuk semua pimpinan daerah. Base Mark mereka dalam membangun kota.. Jadi wajar kan jika aku punya ambisi yang begitu besar".      

"terserah aku tidak peduli".      

"kau tahu popularitas ku makin melonjak tajam, semua orang juga tertarik dan membahas dream city. Lebih hebat lagi mereka mempelajari model dan sistem pembangunan yang kita rancang, serta penasaran menunggu hasil karya kita".     

"Haa... Itu sangat luar biasa kan?! jalan kita akan mulus. Ya.. walaupun harus ditembak tidak masalah?". Omongan Riswan masih tentang keberuntungan dari tembakan salah sasaran yang seolah menjelma sebagai hadiah terhebat.     

Hendra tidak habis pikir dengan sudut pandang orang didepannya.      

"Jangan memandangku aneh, kau juga mendapat keberuntungan kan?! Ketika orang itu ditemukan.. kau akan tahu siapa kelompok misterius yang selalu mengancam pewaris Djayadiningrat?". Suara Riswan lirih mendesahkan ungkapan tidak berkenan di hujam     

dengan mata tajam berwarna biru.      

"Dia sudah mati". (Hendra)     

"tapi para intelijen negara tak akan diam, mereka akan terus memburunya.. mencari tahu siapa dalangnya. Tim mu tidak perlu bekerja berat. Kata-kata ku tidak salah. Iya kan?!". Setiap ungkapan Riswan membuat mata Hendra terbelalak. Siapa orang ini? Jika dia pegawai biasa di DM cousntraction tidak mungkin dia akan tahu sebanyak ini. tentang sejarah keluarganya. tentang lantai D. Dan semua hal yang berkaitan dengan djayadiningrat.     

"siapa kamu sebenarnya?". Tangan itu menyerap mengangkat kerah baju walikota.      

***     

"Nona apa yang anda lakukan sendiri disini?". Laki-laki dengan kaos hitam dan celana jeans mendekati Aruna. Gadis ini sedang berjalan santai menikmati indahnya Danau milik keluarga Djayadiningrat. Sedang menghibur dirinya karena tak diperkenankan ikut Hendra bekerja.     

Cukup lama mereka berdebat pagi tadi. Tentang Hendra yang melanggar janjinya dan Aruna yang perlu tahu bahwa dia harus tetap aman.      

Termasuk perdebatan di kamar mandi, ketika gadis ini menatap cermin. Dia tak habis pikir dirinya yang sedang menikmati menggosok gigi, Dengan wajah dan rambut acak-acakan termasuk mata yang malas terbuka.      

Terpaksa memicing, mengusap-ngusap cermin.     

"Hendra.. Kau gila.. kau apa kan leherku!!".      

"Dok.. dok.. dok..!!".      

"Hendra.. buka pintunya.. ku bunuh kau.. buka SEKARANG!!".      

"Aku sedang BAB. Please jangan ganggu!".      

"sialan.. kau berani mencuri leherku".      

Hehe ada tawa menyeringai minta dihajar. Dibalik pintu kedua kamar mandi mereka. Ya.. sang pelaku sudah berupaya agar tidak membekas. Tapi apa daya kalau sudah mencium harum leher Aruna semua hal menjadi kokain.      

"Mungkin itu bekas nyamuk..".      

"mana ada nyamuk sebesar ini bekasnya.. Yang benar saja kau.. Kau pikir aku bodoh!".      

"Mungkin Tomket yang terjatuh di leher mu.. lalu melukai mu". Mata biru menghayal.      

"Ya.. Tomket nya ku yakin punya mata biru". Suara Aruna terdengar penuh kejengkelan.      

"haha". Tawa Hendra nyaring.      

Karena sudah cukup lama dia pikir Gadis itu telah pergi. Tak taunya dia masih berdiri didepan pintu kedua dengan tangan terlipat penuh ancaman.      

Tinggi badannya tak sampai sebahu. Dan tubuhnya sudah bisa dipeluk dengan satu tangan, tapi berani memberikan ancaman pada laki-laki berpostur England.      

"Coba aku lihat mana bekasnya..".      

"plak!". Menampar kasar tangan Hendra yang mendekat.     

"minta maaf sekarang juga!"     

"Kau kan istriku, istri sah berdasarkan hukum undang-undang republik Indonesia. Dan KUHP yang konyol kemarin belum disahkan. Artinya sah sah saja..  aku menyesap leher istriku". Dia sedang cocoklogi, ungkapan absurdnya mulai disusun.      

"tapi kamu melanggar aturan kita, kamu hanya diperkenankan mencium bibirku berdasarkan poin 21, selebihnya tidak boleh. Aku bisa menuntutmu. Karena ada materai di atasnya". Aruna tidak mau kalah.      

"Oh jadi aku boleh nya hanya mencium ya.. mencium bibir ya.. sepertinya aku lupa, kalau begitu supaya aku tak lupa, sebaiknya ku cicipi rasa bibir mu lagi". Hendra menangkap gadis yang mengancamnya. Bukannya ancaman itu mengerikan malah yang sedang memberi ancaman merasa ngeri sendiri.     

"agrh.. lepas..". gadis ini terlepas karena menggigit kasar tangan Hendra, berlari keluar kamar mandi dan menutup pintu dari luar. Memberikan tekanan pada pintu supaya terjaga dari dorongan mata biru.     

Dia lupa bahwa itu mustahil, tenaganya tidak akan cukup melawan mata biru. Pintu pun terdorong dan dia berlari.      

"Argh.. Hendra mau apa? pergi.. Pergi sana.. PERGI!".      

"ingat jangan berlari keluar kamar, atau kita akan membawa banyak kerusuhan". Mata biru memberikan Peringatan pada gadis yang memegang pintu ukir.      

Gadis itu kemudian berlari ke arah lain, mudah saja cucu Wiryo menangkapnya.      

"Argh.. lepaskan aku..". Aruna bergerak-gerak ketika tubuhnya tertangkap dari belakang dan berakhir di pangkuan Hendra, pria ini membawanya terduduk pada tepian ranjang.     

"akan ku lepas kalau aku diizinkan mencicipi. Aku membutuhkannya sebagai sarapan pagi". Dia masih memegangi perut Aruna dengan kuat-kuat. Padahal Gadis itu terus saja bergerak berupaya terlepas.      

"Dasar pria mesum! Kamu mengerikan!!". Umpat Aruna. Hendra tak peduli.      

"Harusnya aku yang marah! kenapa jadi kau yang menangkap ku!". (Aruna)     

"Ini aturan alamiah alam terbuka.. Pemangsa selalu lebih kuat dari si mangsa..".      

"Jadi kau predator?".      

"Ya! aku anggap aku singa dan kamu kelinci kecil?!".      

"Analogi macam apa itu?!".      

"Ini analogi yang masuk akal?! Jadi tidak ada kelinci kecil yang berani mengancam singa?! Mengerti sekarang mengapa kamu yang tertangkap?! Hehe".      

Dan si kelinci kecil masih saja bergerak gerak minta di lepas.     

.     

"Ah.. capek.. ternyata..". CEO gila setia memegangnya. Membiarkan gadisnya capek sendiri karena melawan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.