Ciuman Pertama Aruna

Bait Pertama



Bait Pertama

0"Ah.. capek.. ternyata..". CEO gila setia memegangnya. Membiarkan gadisnya capek sendiri karena melawan.     
0

"Makanya jadi istri yang nurut, jangan melawan suaminya. Hehe". Hendra tersenyum dan mulai mencium pundak istrinya.     

"Hendra aku belum mandi". Aruna menolak. Dia masih dipangkuan suaminya.     

"Walau kamu belum mandi 3 hari aku tetap mau.. asal itu kamu".     

"Lebay..".     

"Mau coba..".     

"Nggak.. aku nggak sanggup dengan bau badan ku sendiri". Gadis ini masih mencoba menghindar ketika Hendra mulai mencuri pipinya.     

"Bagaimana cara ku bisa lepas.. selain ciuman di bibir.. aku sedang tidak ingin.. apa aku boleh mengatakan keinginan ku". Entah apa yang terjadi, perlahan putri Lesmana mulai menyuarakan isi hatinya. Selama dirinya mengenal mata biru jarang bahkan belum pernah ungkapan permintaan atau isi hatinya dia perdengarkan kepada Mahendra.     

Kecuali sebuah upaya untuk menyangkal, protes, marah dan yang paling menyakitkan adalah penolakan. Mereka berdua jarang berbicara dari hati ke hati. Komunikasi dua pasangan ini di dominasi keegoisan dari si pria karena kepribadiaannya cenderung memanfaatkan otak, Logic Math, Sain dan segala hal yang dia pelajari dari buku-bukunya. Hendra secara personal kesulitan berkomunikasi karena dirinya tidak punya banyak kesempatan bersosial seperti kebanyakan orang.     

Sedangkan si perempuan adalah gadis yang pandai menyembunyikan isi hatinya pada ruang spasial yang terkunci rapat. Tidak banyak yang bisa memahaminya, dia meleburnya sendiri, yang tersuguh untuk orang lain adalah senyum cerah ceria, termasuk sikapnya yang hangat kepada semua orang.     

"Tentu saja.. kamu boleh menyampaikan keinginan apa pun. Kecuali, keinginan mu menolak ku".     

"Tak akan ku biarkan kau mengatakan itu". Hendra masih berusaha mengambil pipinya.     

"Kenapa?".      

"Yach.. Karena aku menyuakai mu..".     

"Menyukai tidak harus memiliki, bisa jadi Kamu menginginkan sebuah barang tapi tidak harus membelinya kan?!".     

"Itu untuk orang lain, tapi bukan untuk pewaris Djoyodiningrat, semua yang aku inginkan akan jadi milik ku".     

"Sombong ya..".     

"haha.. kau mau bukti betapa ampuhnya pewaris djoyodiningrat mendapatkan keinginannya".     

Aruna hanya mengernyitkan keningnya, dia merasa tidak memahami ucapan Mahendra.     

"Hehe.. akan aku lepas kamu, kalau kau memberiku kecupan sayang di pipi?". Tawaran Hendra di iringi senyuman. Dia sedang menguji coba seberapa mungkinkah dirinya bisa mendapatkan keinginannya dari Aruna.     

"harus ya..". Aruna terlihat keberatan.     

"Tenaga mu tidak akan cukup untuk melawan ku.. coba saja..". Mata biru makin kuat memaganginya.     

"Baik.. baik.. renggangkan tangan mu".     

"Aaah.. nanti kau melarikan diri!".     

"kalau pun aku lari.. ku yakin kau pasti bisa menangkap ku kembali".     

Dan gerakan berikutnya adalah tangan mungil yang menyentuh pipi mata biru. Mata mereka saling beradu satu sama lain. Gadis ini menggunakan kedua tangannya memegangi pipi Hendra.     

Hendra sempat mengecup tanganya.     

Tapi hal berikutnya yang di dapati mata biru adalah wajah yang menunduk. Lalu sebuah kecupan cepat terpaksa meluncur di pipi kanan sang lelaki.     

_Kenapa? Kenapa masih begini?_     

"aku bilang pipi, jadi aku harus mendapatkan keduanya.. bukan salah satu". Mata biru meminta lagi, penasaran dengan ekspresinya. Termasuk penasaran dengan Jiwa yang tersembunyi di balik wajah enggan.     

"muah". Lebih lambat dan lebih tenang. Bukan keterpaksaan seperti yang pertama. Namun matanya masih saja melihat kebawah. tak ingin tertangkap Mahendra.     

"Lihat keinginan ku terpenuhi kan..?". si pria memecahkan kebekuan.     

_Tapi kau masih dalam keadaan terpaksa, tak apa.. kita perlahan saja_     

"Aku boleh pergi?".     

Sang pria akhirnya merelakan. Dan gadis itu berlari cepat bersembunyi di kamar mandi.     

***     

*Aruna aku baik-baik saja.     

*Jangan khawatirkan aku, kini aku lebih baik     

*Bahkan aku sudah bisa menulis novel.     

*Kau tahu judulnya apa? 'Tempat Kembali'     

*Tempat dimana sang perempuan pujaan akan kembali kerumah lamanya.     

*kau harus membacanya, kisahnya sangat indah.     

*Aku minta maaf.. perjumpaan terakhir kita terlalu menyakitkan.. (Damar mabuk dan meronta-ronta merusak acara bridal shower)     

*Seburuk itu pun aku akan tetap ditempat yang sama.     

*Oh iya.. jika kau mendengarkan lagu baru ku.. dengarkan itu dengan seksama. Aku punya banyak pesan untuk mu.     

*Setelahnya aku akan menyanyikan lagu Rona Kemerahan.     

*Dan ketika bait pertama habis.. beranjaklah dari tempat mu.     

*Ikuti seseorang yang memberi mu tilisan ku.     

*Kita bertemu disana.     

.     

.     

_Damar.._     

_Apa aku masih bisa menemui mu_     

_Apa aku masih bisa kembali_     

_Dia juga menginginkan ku_     

_lalu siapa yang harus aku dengar_     

_Bukankah Damar harus pergi_     

_Tapi kenapa aku juga ingin menemuinya_     

***     

"Nona apa yang anda lakukan sendiri disini?". Laki-laki dengan kaos hitam dan celana jeans mendekati Aruna. Gadis ini sedang berjalan santai menikmati indahnya Danau milik keluarga djayadiningrat. Sedang menghibur dirinya karena tak diperkenankan ikut Hendra bekerja.     

Aruna hanya membalas pemuda itu dengan senyuman.     

"Ajudan? Atau apa?". Baju yang dikenakan style baru para pengawal Hendra. tapi lucunya ajudan baru ini mengenakan snikres branded. Berapa ya? gaji para ajudan Djoyodiningrat.     

"Hehe iya.. saya orang baru.. baru lolos recruitment".  Balasnya, dia juga punya lesung pipi.     

"Apa anda yang bernama nona Aruna?".     

"Kamu sangat baru ya?? sampai baru tahu nama ku".     

"Yach aku masih satu bulan training.. sebelumnya tidak di rumah induk.. aku hanya melihat anda dari foto dan cerita para pengawal lainnya". Balasan orang ini terhadap pertanyaan Aruan tampak santai, tidak mirip seperti para pengawal yang lainnya, yang cenderung kaku memilih menjaga jarak. Bahkan mencoba mundur beberapa langkah jika Aruna mendekat. Kabarnya memang ada aturan semacam itu, bahwa jarak para ajudan dan nona muda istri pewaris Djoyodiningrat paling dekat adalah 5 sampai 3 langkah kecuali jika terpaksa.     

Ketika Aruna menuruni tangga mereka akan membuat 2 jarak anak tangga baik di depan termasuk di belakang nona muda ini.     

Namun Ajudan yang baru dia temui malah berdiri mengiringi Aruna menatap Danau. Dia sedikit berbeda.     

"Boleh tahu.. aku dikenal seperti apa di mata para pengawal mas Hendra. Pasti buruk sekali ya..". Aruna tahu dia pernah ditangkap dengan pria lain.     

"Tidak juga.. mereka bilang anda lucu dan sangat penting".     

"Lucu?".     

"Yach.. anda suka membelikan makanan ringan pada para pengawal dan memamerkannya pada tuan muda karena dia tidak bisa makan sembarangan".     

"Haha.. begitu ya.. ada lagi?!".     

"Dulu anda terlihat penuh senyum dan riang, sekarang lebih banyak tenang dan diam". Tambahnya.     

Ajudan yang tampaknya berumur tak jauh dari Aruna, berani mencuri lihat wajahnya.     

"Benar kata mereka anda tidak begitu cantik.. tapi menarik".     

"Wah.. kau terang terangan mengomentari ku".     

"Tak boleh marah.. aku bilang anda menarik lo..".     

"Siapa nama mu?".     

"Juan.. panggil saja begitu.. aku baru selesai kuliah, jurusan manajeman bisnis".     

"Kenapa jadi ajudan? Kenapa bukan yang lain?".     

"karena aku atlit bela diri.. satu lagi.. bayarannya besar.. hehe".     

"Usia?".     

"dua puluh tiga tahun. Tiga tahun diatas anda".     

"Kamu tahu umur ku?".      

"Kita mempelajarinya". Dia mengangguk bersemangat.      

"Anda punya starup ya.. em.. kami juga diminta mempelajari aktivitas anda jadi aku tahu..". Pria ini menambahkan penjelasan.       

"Iya.. Harusnya kau membangun bisnis.. itu lebih cocok untuk mu".     

"Aku tidak mendapatkan ijin.. aku diminta jadi ajudan".     

"Wah ada keluarga semacam itu?".     

"Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini.. termasuk kasus diri ku hehe..". Pria ini menyunggingkan gummy smile.     

"Boleh aku jadi ajudan mu?". Dia minta terang-terangan termasuk berani memanggil Aruna dengan kata 'mu' bukan lagi 'anda', Aruna saja tidak punya keinginan dan tidak tahu apakah memerlukan Ajudan.     

"Em.. sepertinya aku tidak membutuhkan ajudan. Dan bisanya aku tinggal menerima apa yang disiapkan mas Hendra".     

"Ah' sepertinya anda tidak tahu bahwa minggu ini ada pemilihan ajudan untuk diri anda".     

"Benarkah?".     

"Tentu saja.. tidak ada anggota keluarga ini yang tidak memilikinya".     

"Apa aku di ijinkan memilih?". Aruna bertanya.     

"Mereka bilang tuan muda selalu kesulitan menolak permintaan anda. Mintalah saja pada dia?!".     

Aruna hanya mengernyitkan keningnya. Dan pemilik gummy smile menunjukan senyum khasnya sekali lagi.       

"Aku sudah mengikuti audisinya, aku pastikan aku masuk 10 besar. Setelah pesta pernikahan kabarnya para ajudan akan menemui tuan Hendra, dia akan menentukan pilihan terakhir. Anda ikutlah bersamanya dan pilih aku". Juan sangat percaya diri. Aruna memandangnya aneh.     

"Kenapa aku harus memilih mu".     

"Karena aku tahu cara keluar dari tempat ini, minimal aku bisa membawa anda jalan-jalan sebagai gadis biasa yang bebas seperti dulu".     

"Apa?? Be.. Benarkah..??". Mata coklat membulat. Terlihat  antusias.      

_________________     

Karakter Aruna adalah karakter seseorang yang saya temui dalam kehidupan nyata. Dulu saya punya sahabat kecil yang sangat ceria, hangat dan penuh canda tawa.      

Tapi semakin dekat, dia tidak terlihat sama dengan apa yang dilihat orang lain. Dia memiliki kemampuan bersosialisasi dengan baik sejalan dengan kemampuan mengatur emosinya. Jadi tidak ada yang tahu dia ditimpa masalah, sedih, marah atau sedang kecewa.      

Ketika menginjak dewasa, aku temui jenis orang semacam ini banyak sekali. Mereka bisa melucu dan bikin heboh saking riangnya. Padahal di balik itu semua mereka punya masalah pelik luar biasa.     

Mereka nggak cantik atau tampan secara visual tapi mampu mencuri perhatian dan hati banyak orang.     

Sampai saya tertegun. Dan saya akui saya tertarik dengan kemampuan seseorang dalam menata emosi pribadinya semacam ini.     

Because Author adalah tipe Moody banget. Lagi marah ya resek. Lagi sedih mukanya kayak bebek. Apa lagi pas kejar deadline wajahnya minta dihajar tetangga sebelah. KWKWKWKW     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.