Ciuman Pertama Aruna

Perempuan Perusak Logika



Perempuan Perusak Logika

0BLUE OCEANS     
0

Biru..     

Dia hadir dalam hidup ku     

Membawa jalan paling tak menentu     

Menyapa dengan cara tidak biasa     

Mendekat dan mendesak     

Mengharapkan ku tunduk pada mu     

Semua yang tersembunyi di ruang spasial ku     

Biarkan jadi milik ku     

Kau boleh berlarian disana     

Pada start yang kau tentukan     

Namun ku tak yakin     

Ada finis yang ku inginkan     

.     

.     

Aruna masih tertegun, mengamati gaun yang harus dia kenakan. Dia pernah bilang kepada desainernya beberapa bulan yang lalu, Dedebudhiardjo.     

Bahwa dia tidak suka pada pita-pita, mutiara atau bunga yang terlalu berlebihan. Kini yang dia dapati adalah kristal Swarovski berhamburan begitu banyak di seluruh gaunnya.     

Aruna juga mengatakan dia tidak suka dengan gaun yang berat, namun dia lupa memberitahu kalau dia tidak suka gaun yang terlalu mengembang.     

Yang ada di hadapannya sekarang adalah gaun berwarna biru laut ringan namun mampu mengembang 360 derajat. Mengembang demikian lebar luar biasa namun tetap ringan.     

Indah? iya..!     

Sangat indah, sayang bukan sesuatu yang diharapkan Aruna. Gadis ini konsisten dengan keinginannya simple, sederhana dan yang paling utama anti ribet.     

Padahal gaunnya begitu mencuri perhatian banyak orang, terutama kristal-kristal yang menempel membentuk pola gelombang tidak terhitung jumlahnya. Gemerlap, menyala memukau setiap mata untuk mencuri lihat. Sekali lagi tidak menarik hati gadis bertubuh mungil, Aruna.     

Dia mendekatinya, menyentuhnya sayang masih enggan memakainya. Dia tahu dirinya akan kesulitan berjalan.     

Sejujurnya bukan hanya gaun yang memukau mata tiap orang. Cincin, anting, berlian untuk leher termasuk sepasang sepatu yang rencananya akan digunakan Aruna, all terlalu di luar prediksi.     

Gemerlap, indah, namun anggun mempesona. Aruna siap menjadi ratu yang menguasai pesta 'Samudra Biru'. Sebuah konsep yang di usung Wedding Organizer karena mereka terinspirasi oleh design undangan yang di buat sang pengantin perempuan.     

Kini para Bridesmaids pesta pernikahannya perlahan mendekati gadis beruntung itu, mereka dirundung penasaran dan mencoba mencuri lihat apa yang ditatap Aruna. Benak mereka serta merta menyusun ungkapan satu kata 'wow'.     

"Aruna.. Kenapa belum siap-siap kita sudah cantik nih.. apa perlu kita bantu?". Lili membangunkan lamunan si pengantin. Disusul Laras dan Dea turut serta menghampirinya.     

"Wah kalian cantik cantik ya..". calon ratu ini malah tertarik dengan ganun biru langit cerah ringan dan tak mengembang yang dikenakan ketiga sahabatnya.     

Kecantikan mereka semakin sempurna menurut Aruna karena hiasan rambut mereka (kecuali Dea di hijabnya) diselipi bunga Baby Breath. Bunga yang dulu menghiasi akad nikahnya, bunga yang kabarnya adalah favorit Mahendra, Lelaki bermata biru sang penguasa Blue Oceans.     

"Kenapa aku tak mengenakan baju seperti kalian saja?!". Keluh gadis ini.     

"Haduuh.. si payah kambuh". Lili mulai muak sendiri. Dia ngiler dengan apa yang di dapat Aruna, sayang sahabatnya terlalu payah memahami sesuatu yang luar bisa atas apa yang disebut keberuntungan.     

"Kita pergi dulu dech! Dari pada dengerin keluhan mu yang norak itu mending cari cup cake". Lili menambahkan ungkapan males mendengar keluhan Aruna.     

"aku juga ikut..!". Laras mengikuti punggung Lili.     

"Kak tahu nggak, tadi aku liat kak Agus bawa makanan senampan. Wuih.. kayaknya enak banget dech..!". Suara laras mengiringi kepergian mereka.     

Kini tinggal Dea saja yang menemani Aruna. Gadis itu mencoba menyentuh punggung sahabatnya, sebuah cara memberikan dukungan.     

"Apa kau sangat enggan memakainya..?". Bisik Dea pada telingan Aruna.     

"Entahlah aku hanya sedang gugup saja mungkin?!". Balas gadis itu menunduk.     

"Gugup? Bukankah kau sudah menikah dengannya lebih dari seminggu?! Mengapa baru gugup sekarang". Dea sulit memahami temannya.     

Perlahan tangan Aruna mulai berkenan menyentuh gaunnya.     

"Karena mulai hari ini semua orang akan tahu siapa aku dan status ku".     

_Sejalan dengan pesta hari ini, dua tahun lagi mereka semua juga akan tahu aku seorang janda.. janda dari keluarga Djoyodiningrat_     

Aruna menanggalkan bajunya. Di bantu Dea, gadis ini mulai mengenakan Gaunnya. Sedikit berhati-hati agar wajahnya yang telah bermake up tidak tersentuh gaun.     

Lumayan kesusahan untuk mengenakan gaun, dua sahabat karib ini bekerja sama. Tadi Aruna sudah mengusir orang yang seharusnya bertugas membantunya mengenakan gaun istimewa ini. Baru sekarang dia menyesal.     

"De.. bantu aku pasangkan kalungnya dong".     

Sejalan berikutnya dengan mata terbelalak, Dea berhati hati mengalungkan berlian dileher Aruna.     

"Kau sangat beruntung Aruna.. Sepertinya pak Hendra sangat mencintai mu". Dea mengingat kado ulang tahun dan apa yang dilihat hari ini, begitu luar biasa.     

"Ah' Dea sok tahu dech hehe". Hati gadis ini makin nanar.     

"Hai nona". Tiba-tiba seorang laki-laki muda mendatanginya, dia ajudan yang sedang mengemban tantangan dari sang ratu Blue Oceans.     

"Dea, apa kau tidak ingin mengambil makanan?". Sebuah sentilan halus untuk meminta dengan sopan agar Dea keluar. Dea sangat paham, sahabat itu berjalan perlahan sempat menoleh lagi karena merasa sedikit khawatir dan bercampur penasaran.     

_dilihat dari pakaiannya dia para pengawal suami Aruna, Ah' buat apa aku harus khawatir_ batin gadis itu melenggang pergi.     

Juan langsung menutup rapat salah satu ruang VVIP pintu menjulang tinggi lantai 4 Djaya Rizt Hotel. Sebuah ruangan bernuansa classic mansion.     

"Anda ingin saya membantu anda menemui siapa?". Pemuda ini mulai mendekati istri tuannya.     

_Oh' dia cantik sekali_     

"Tundukkan mata mu!". Gertak Aruna, pemuda itu tertangkap mengamatinya tidak berkedip.     

"Maaf, hari ini anda terlalu cantik". Canda Juan menyuguhkan gummy smile. Dia cukup takjub dengan istri Tuan Muda yang telah terpoles make up, biasanya gadis ini berkeliaran sendirian di rumah induk tanpa riasan. Bahkan baju yang digunakan seadanya. Rambut di kuncir sekenanya. Sesantai itu dia masih manis karena selalu tersenyum jika berpapasan dengan siapa saja. Bahkan terkesan lebih ramah dari pada para pelayan yang harusnya ramah kepadanya.     

"Kau kenal dia?". Aruna tangkas meraih handphonenya menggerakkan jari telunjuk kemudian menunjukan foto seseorang.     

_Apa? laki-laki?_     

Mata Juan menatap Aruna penasaran, gadis lugu ini ternyata ingin menemuai seorang pemuda. Dia tidak asing? Tapi siapa ya? Juan lama diluar negri tidak tahu kalau ternyata pria ini adalah artis pendatang baru.     

Sang nona muda ini memberi tahukan bahwa akan ada yang menyerahkan padanya sebuah tulisan dan dia harus menikuti seseorang yang memberinya pesan rahasia itu.     

Tepat setelah solois dihandphone Aruna menyanyikan lagu kedua bait pertama.     

"Anda perlu tahu nomor handphone ku nona".     

Kalimat ini mengawali keduanya bertukar nomor hp.     

.     

Ketika sang ajudan mulai melangkah pergi meninggalkan nona nya.     

"Juan..". Suara manis itu memanggil pemalik gummy smile.     

"Iya nona". Jawab Juan.     

"Jika nanti ada kejadian yang tak kita harapkan, tolong pastikan Damar selamat"     

"Jangan sampai dia tertangkap". Wajah pengantin perempuan ini terlihat khawatir. Juan makin penasaran siapa pemuda itu.     

"Namanya Damar?".     

"Iya". Balas sang nona lirih.     

"Anda bisa mengandalkan ku, jangan khawatir". Dan Ajudan itu menghilang dibalik pintu.     

.     

.     

"Dik.. sudah saatnya keluar". Kak Aliana menyapa Aruna. kakak pengantin perempuan ini tidak kalah cantik mengenakan baju senada dengan bundanya, ayahnya dan berikutnya..     

_Oh.. ya tuhan kak Anantha berkenan hadir_ Raut muka gadis ini terlihat sumringah luar biasa. Memandangi wajah wajah orang yang dia sayangi sedang tersenyum mengagumi dirinya.     

Hal pertama yang dia lakukan adalah meraih jemari ayahnya. Kemudian ke tiga sahabatnya mengiringi di belakang. Sang pengantin sempat menoleh kebelakang mengamati sekali lagi Kakak kakaknya dan bunda tercinta. Menghirup nafas penuh di dada lalu perlahan dihembuskan. Sebuah upaya menemukan kekuatan akan kenyataan yang terhampar di bawah sana.     

Dia, Aruna..     

Mulai menuruni satu persatu anak tangga. Dan disana diujung anak tangga ada lelaki yang memandanginya.     

Tak berkenan membiarkan kelopak matanya sekedar tertutup sekejab. Dadanya seakan berhenti berdetak. Istrinya cantik luar biasa.     

Perempuan Perusak Logika     

Melumpuhkan semua gerak neuron penganalisis tiap nuansa.     

Gelombang longitudinal pertama yang menyuarakan ajaran kehidupan.     

Getaran pertama yang mengguncang sesuatu didalam dada.     

Sulit dipahami..     

Namun mampu merusak kerja segala pola-pola susunan logika.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.