Ciuman Pertama Aruna

Berlarilah



Berlarilah

0*Baik nona.. I will work above your expectations!       
0

Pesan rahasia mengakhiri lagu Rona Kemerahan.     

.     

.     

Tidak sesuai dengan rencana awal, harusnya Damar menyanyikan lagu barunya terlebih dahulu. Baru disusul oleh Rona Kemerahan.      

Dia telah mengamati gadisnya dari tadi dan di akhir keputusannya melangkah ke atas stage. Pria ini mengubah strategi, pemilik kode Rona Kemerahan harus mendengar dulu panggilannya. Supaya gadis itu sadar akan keberadaannya, karena sedari tadi sang Rona Kemerahan dikuasai oleh pesaing yang tak layak disebut. Dia di kendalikan erat dalam setiap gerak geriknya, tak diperkenankan terlalaikan sedikitpun.     

Damar kini menyanyikan lagu barunya, sebuah pesan tentang kembali ke tempat ternyaman. Pria itu mendekati piano yang tersedia untuk nya, kini dia telah menguasai alat music baru untuk menyuguhkan persembahan terindah.     

"Saya akan menyanyikan lagu baru, secara khusus saya tunjukan kepada dia atau kamu yang perlu tahu jalan kembali ke tempat ternyaman". Ucapan pemuda Padang disambut gemuruh tepuk tangan.      

Para pebisnis yang tidak begitu peduli dengan lantunan music pun turut penasaran disebabkan gemuruh tepuk tangan yang terdengar secara  berangsur angsur. Apalagi mereka para pemburu konten sosial media.     

Yang merindu kehadiran Danu Umar.     

~~~     

~Tetaplah berdiri.. Tegarkan dirimu..     

~Semua orang bisa salah langkah lalu menyesal     

~Tapi ingatlah tiada kesalahan abadi     

~Selalu ada orang yang mendukungmu dalam diam     

~Bahkan dia tak minta balasan     

~Jangan berhenti     

~ingatlah wajah-wajah para pendukung sejati     

~Masih disini setia dibelakangmu      

~Mengharapkan sinarmu kembali     

 ~Seperti masa kita percaya pada mimpi     

reff:     

~Teruslah berlari kejar mimpimu     

~Ada cahaya di depan     

~Dan Jangan menoleh lagi     

~Karena tak ada yang ingin kau menyerah     

~Kecuali kau lelah, berjalan lah perlahan     

~Beri tahu aku     

~Sebab aku masih ditempat yang sama     

~Menunggu mu pergi     

(Back to reff)     

~Berlarilah kepadaku kapanpun kau mau     

~Aku akan selalu ditempat yang sama.     

~Menunggu mu pergi dari dia     

.     

.     

"Ah".     

Desah Aruna ketika seseorang tanpa sengaja menumpahkan minum di tanganya. Namun tak seberapa, tak sampai mengenai gaunnya.     

"Hendra aku ke kamar mandir dulu ya.. Mungkin aku akan sekalian istrirahat". Gadis ini menjauh, Hendra mengikutinya di belakang dia perlu memastikan Aruna aman. Dan entah mengapa dia tak akan rela jika gadisnya menghilang dari pandangan.     

Di sisi lain sang Rona Kemerahan merasa aneh, mengapa air itu seolah ditumpahkan dengan sengaja oleh pelaku. Aruna berhenti sejenak mengingat wajah tidak asing.     

_Oh.. iya.. pria tadi Pandu_     

Perhentiannya memacu pria yang mengendap-endap di belakang turut terhenti dan tersentak ketika gadis itu berbalik sambil berlari.     

Deg'     

Aruna menemukan Hendra membuntuti dirinya. Gaun biru diturunkan kembali, tinggal dada yang berdetak ketakutan. Terperajat dengan kehadiran pemangasa yang siap menghadang.     

"Sayang.. kau lelahkan? Aku tahu tempat istirahat yang tepat untuk mu.. Ayo ikut aku!". Suaranya dingin menyergap di iringi tangan bergetar mencengkeram lengan Aruna.      

Sang penguasa berjalan tanpa memperhatikan ritmenya. Ratu itu kini tertangkap layaknya tawanan yang hendak dimasukan ke dalam ruang hukuman. Mereka berhenti pada pintu menjulang tinggi, classic mansion.     

Dan pintu terdorong sempurna, membuka lebar mengukuhkan kemarahan karena bunyinya memekikkan telinga.     

Sebuah gerakan memutar setengah lingkaran terhempas dari tangan mata biru. Aruna hampir tersungkur bersama hempasanya. Namun pemangsa itu masih baik hati, mecoba membantunya seimbang kembali.     

Ada gestur tatapan nanar sebelum suaranya menyapa, memberi petuah kepada mangsa: "Beristirahatlah disini hingga aku membuka pintu untuk mu". Dan benar dugaan Aruna, lelaki bermata biru terdengar memutar kendalinya. Mengunci dirinya diruangan tak berpenghuni.     

Entah ini ruang apa? Dia bahkan tak berkenan memikirkannya. Sang Rona Kemerahan membiru pucat, tersungkur dan terduduk dilantai. Dibiarkan gaunnya jatuh menyapu dan mengembang membuat lingkaran 360 derajat mengelilingi dirinya.      

Dia hanya bisa pasrah.     

Untung masih ada jendela luas yang bisa menghibur laranya, menatap burung-burung terbang demikian bebas. Sembari menyadari kepiluan, gadis ini berharap bisa terbang seperti burung yang berkeliaran di luar jendela.     

***     

"Hai Bro.. biar aku yang mengamankan pemuda itu". Bisikan antar ajudan, memacu kerutan kening ajudan lainnya.     

"Why?".     

Juan tersenyum mendengarkan kata tanya rekan kerjanya.     

"Karena tugas anda mengawal tuan muda.. ya kan?".     

"dan tugas ku membereskan dia". Imbuh Juan meyakinkan.     

"It's Okey". rekan kerjanya melenggang pergi dan kini pemilik Gummy Slime menunggu artis pendatang baru memilih dirinya atau ajudan di ujung sana yang turut mengawasi siap menangkap.     

Damar hanya tersenyum, dia sudah menduga akan seperti ini. Dirinya terlampai hafal bagaimana kelakuan suami Aruna.     

Pemuda ini telah menyiapkan caranya. Berdiri lambat dari kursi piano, selambat tatapannya mencari gadis pujaan yang sudah menghilang dari tempat dia tadi berdiri. Tapi suaminya juga tak disana.     

_Jika bukan hari ini aku tidak tahu lagi bagaimana cara ku menemui mu_ keluh Damar dalam hati sembari menuruni tangga menuju para penggemar.     

"Shits!!". Juan mengumpat, demikian juga ajudan yang turut kesal di ujung sana.     

Damar sangat sengaja, membaurkan dirinya berlama-lama dengan kumpulan manusia mengagumkan konten sosial media.      

Entah bagaimana ceritanya dengan sangat percaya diri salah satu ajudan tuan muda penguntit tak tahu malu menarik lengannya.     

"Akan ku katakan pada para penggemar ku, kau berusaha menangkap ku". Ancaman Damar hanya berbuah senyuman laki-laki berseragam.      

Damar sempat syok melihatnya, dia yakin ancaman dari mulutnya cukup ampuh untuk membuat gentar para pesuruh suami Aruna.     

"Cukup memalukan jika pesta ini rusak karena isu tentang pengantin pria yang menangkap artis penghibur tamu undangannya". Gertak Damar sekali lagi.     

"Kau salah Damar!". ucap Juan     

_Wah.. dia tahu nama ku_     

"Perhatikan ini! Dan putuskan mau mengikuti ku atau tidak!". Juan menunjukan pesan nonanya. Dan berjalan meninggalkan pemuda Padang.     

Tanpa komando Damar membuntuti Juan. Sempat dia melihat wajah Agus tertegun disana, tapi dia belum bisa menyapanya. Ini bukan saat yang tepat untuk membuang waktu.      

Ketika suasana lebih lenggang. Keduanya pemuda ini mulai menyuarakan maksudnya.     

"Dimana kau janjian dengan nona?". Tanya Juan.     

"Nona?". Damar masih belum terbiasa dengan panggilan baru Aruna yang tiba-tiba terlalu berbeda.     

"Ya!  nona Aruna?!, dia bilang akan ada yang mengirim pesan untuknya dan aku harus membantu mu bertemu di tempat itu".     

"Oh'..". Damar baru menyadari.     

"Teman ku tidak berhasil  membawanya..". Wajah pemuda ini tampak pasrah.     

"Baiklah tunggu sebentar".     

Ajudan Juan mulai membuat panggilan kepada pemberi misi.     

"Nona kau dimana?".     

"Juan.. buat Damar aman, itu saja sudah cukup". Suaranya ringkih tak berdaya.     

"Damar ada bersama ku, anda dimana?".      

"Aku tidak mungkin ditemui Juan.. sampaikan maafku padanya".      

"Bukankah anda ingin bertemu dengannya?".     

"Itu mustahil.. aku di terkunci disini".     

"Dimana? Itu tidak masalah untuk ku!".     

"Sudahlah! sepertinya mustahil".     

"I will work above your expectations".     

Dan gadis ini dengan nada tanpa harap menunjukan dimana dirinya berada.      

.     

.     

Ketika pintu perlahan mulai bersuara.     

Lemah, lambat, tak segera terbuka.     

Aruna malas berpaling menengoknya. Dia sudah tahu siapa yang akan menyapa dalam kalimat maaf, jika dirinya beruntung. Bisa jadi kalimat tanpa sesal, itu pun masih kategori beruntung.     

Yang paling buruk tanpa kata, sekedar mata tajam menusuknya dengan murka. Tak mungkin sampai umpatan kasar karena Hendra sudah banyak berubah.     

Walau tadi sempat menunjukkan cara lamanya, ketika membawa Aruna menuju ruang tertutup ini.     

"Cekriek…". Suara lambat gerakan pada segel pintu berubah sapaan daun pintu. Yang di belakang dia tahu sudah terbuka. Aruna masih dalam keengganannya, memutuskan tetap menatap burung burung pelipur lara.      

"Aruna..".      

Suara yang menyapanya...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.