Ciuman Pertama Aruna

Kembalikan Nyawaku



Kembalikan Nyawaku

0Ternyata gerakan begitu melambat, tak segera terbuka adalah cara seorang ajudan membobol pintu terkunci. Dan Juan berhasil memenuhi misinya. Mempertemukan seorang pujangga dengan gadis yang menjadi visualisasi karyanya.     
0

"Aruna..".      

Suara yang menyapanya terdengar tak sama.      

Ini bukan suara Mahendra, tapi benarkah orang lain bisa menemuinya di tempat ini.     

Sang pujangga berjalan melingkari gaun mengembang. Berharap dirinya tertangkap oleh mata gadis pujaan.      

Sejalan dengan dirinya yang mulai terlihat. Sang rona kemerahan perlahan bangkit dari lantai tempatnya tersungkur dalam keheningan.      

"Oh.. Damar..".      

Perempuan ini mengerjapkan matanya berulang kali, terkejut. Menutup mulutnya dengan kedua jemari tangan tidak percaya dengan apa yang dia lihat.     

"kau tidak merindukanku?".      

Gadis yang baru saja menemukan keseimbangan nya, kini berdiri lebih tegak. Bergetar dan mulai tak kuasa ingin menitikan air mata.      

"jangan menangis.. kamu pasti nggak bisa memperbaiki make up-nya". Damar masih orang yang sama, pria yang hobi bicara to the point dan santai.      

Mereka terdiam membeku, saling memandang satu sama lain. Di sisi lain ajudan Juan menjaga mereka dengan pengamatan instance pada tepian daun pintu.     

"apa kau baik-baik saja? Kenapa dirimu kurus sekali? Kamu makan dengan benar?". Aruna tidak bisa lagi menahan air matanya, dulu pria ini selalu mendapatkan peringatan dari mulutnya yang cenderung cerewet. Ungkapan jengkel terlempar tiap saat karena dia sering mengabaikan banyak hal : "cepat makan! Jangan main game mulu!!". "Damar mandi sana, pemalas!". "kau harus masuk kuliah hari ini! kalau mau bajumu ku cuci!". "Ya tuhan.. rambut mu acak-acakan.. kemari!!".      

"tak usah khawatirkan aku..". mata di hadapannya ikut memerah. Mereka tidak punya hubungan spesial, semacam ikatan yang jelas. Sayang, keduanya terlanjur terbelenggu dalam ritme rutinitas saling melengkapi satu sama lain. Belenggu apa yang paling hebat selain habits itu sendiri.      

Seiring dengan langkah perlahan mendekat. Pria depannya bergerak lebih cepat, menangkap tubuh berbalut gaun mengembang, memeluknya erat-erat.      

Tangis gadis ini pecah, ada bau yang memilukan yang bisa dia cium dari hem pria jangkung.      

"Kau merokok sekarang?!". Suaranya lirih hampir tidak terdengar.      

"sedikit".      

"Bukankah kau membenci ibumu karena itu, Kenapa kau lakukan". Suara gadis ini bercampur antara isak tangis dan ucapan yang bergetar terbata-bata.      

"Mengapa kita tidak membahas hal lain, seperti menyukuri pertemuan kita hari ini". Damar mulai memandangi gadis yang berani mencuri 6 nyawa nya sekaligus.     

"apakah sekarang kau juga minum alkohol?!".     

"apa itu semua karena ku, salahku?!".     

"tidak! Aku tidak separah itu Aruna. Kau tak perlu mengkhawatirkan ku berlebih, lihatlah dirimu sendiri kalau lupa cara tersenyum padaku. Aku ke sini untuk melihat senyummu bukan tangisan mu". Pemuda Padang mulai menghapus air mata gadis di hadapannya.      

"lihat! make up-nya luntur, aku yakin kau masih payah menggunakan benda-benda itu.. jadi jangan menangis, atau kau akan jadi nenek Lampir".      

"hehe". Tawa Damar mengajarkan Aruna tertawa. Pemuda ini selalu punya cara membuat gadisnya menemukan titik riang.      

"Ih.. sekacau ini masih berani menggoda ku".      

"Hehe". Dan si gadis tanpa status mengikuti tawa pria dihadapannya.      

"Rambut mu panjang lagi ya..". Aruna perlahan menyentuh rambut Damar kini terkuncir Harajuku.      

"Wau.. kau berkenan menyentuh rambut ku. Tanpa maki-maki lebih dulu. Apa aku boleh melompat sekarang!! Haha".     

Ungkapan Damar mengusung senyuman ratu yang terpenjara.      

Dan gadis ini masih terkesan pada rambutnya. Seolah sahabat lamanya, atau entah apa.. telah kembali sekarang. Ruang kosong itu mungkin bisa di isi kembali.      

"Kau suka aku berambut panjang ya..". Godaannya masih belum berakhir. Gaya bicara khas Damar tanpa basa-basi.      

"asal kau rajin merawatnya..".      

"aku akan merawatnya dengan baik.. yang penting ibu tiri tidak jahat".      

'Ibu Tiri' adalah panggilan spesial untuk Aruna ketika dia mulai mengomel dan memarahi pemuda yang hidupnya terlalu santai.     

"Hehe.. dia tidak pernah jahat.. dia hanya khawatir..". sela Aruna.      

"Tapi dia sekarang sangat jahat.. karena berani mencuri nyawaku". Anak sastra perlahan menyuarakan isi hatinya.      

Aruna yang sudah terbiasa mendengar diksi kiasan milik 'bentengterhebat'. Hanya bisa mengimbangi dengan terdiam.      

"kembalikan nyawa ku Aruna..". Ungkapannya mendorong sebuah keberanian mulai menyentuh jemari tangan rona kemerahan.      

"caranya sangat mudah..". Tambah pemuda ini yang masih setia menatap Aruna. Gadis ini hanya bisa menunduk.      

"Cukup ingat.. selalu ada jalan kembali, jangan goyah sedikit pun. Keberadaan mu di masa ini hanya sementara. Tolong..". Belum usai pesan itu tersampaikan.      

"Nona?! Ada yang datang!". Suara Juan menandakan kekhawatiran.      

Damar mengeluarkan sesuatu dari sakunya : "maaf baru sekarang aku bisa memberikannya untuk mu.. selamat ulang tahun..".     

Tubuh pujangga ini di tarik ajudan sang nona. Dia berusaha terlepas dan dengan mengejutkan.     

Kecupan kecil singkat menerjang pipi perempuan pembawa pisau bermata dua.      

Berikutnya tubuh pemuda jangkung berkenan menuruti gerakan kasar Juan. Menempel dibalik dinding dekat pintu.      

Dan sang ajudan memegangi sesaat pintu menjulang tinggi. Juan menyadari sedikit kesalahan, dia tidak mengembalikan pintu dalam kondisi terkunci sehingga dia perlu memastikan pemegang kunci tertahan sebentar sebelum mengayunkan pesawat sederhana jenis tuas, hendle pintu.      

Hendle pintu berputar dua kali, ajudan memundurkan dirinya seiring gerakan daun pintu terbuka. Damar dan Juan menyelinap dibalik pintu ketika pemilik sah menyapa ratunya.      

"Sayang..". pada langkah ke-4 nya tiba-tiba dia berhenti seketika. Mata biru mengembara seolah mencari sesuatu.      

Deg deg deg.      

Ada tiga detak jantung yang  berkejaran, dibalik dada masing-masing pelaku misi tersembunyi.     

"Hendra.. aku haus..". suara pengecoh sengaja diperdengarkan supaya konsentrasi mata biru terpecah.      

"Oh' iya..". penguasa itu berkenan melangkahkan kakinya kembali. Seiring istrinya menjatuhkan kotak kecil kado ulang tahun yang diselipkan lelaki lain.     

Dan kotak berwarna kemerahan yang tersungkur di lantai, ditarik perlahan dengan kaki supaya turut bersembunyi dalam gaun biru laut mengembang.      

"Apa kamu baru saja menangis?? Maafkan Aku.. suasana hatiku sedang kacau tadi".      

_sekarang lebih baik, aku sudah minum obat ku_     

"Tidak.. aku tidak apa-apa.. hanya ngantuk saja jadinya merah semua".      

"Benarkah? Maafkan aku sayang..". Pria ini mulai memeriksa wajah istrinya.      

"Benar.. aku tidak apa-apa..".      

"Hen.. aku boleh keluar dari tempat ini". Pinta Aruna lemah lembut, permohonan secara sengaja untuk melindungi dua orang yang tertahan.      

"Tentu! Mau naik..". Dia menunjukkan punggungnya.      

"tak usah, aku bisa jalan sendiri.. hehe".      

"Begitu ya.. padahal aku beneran ingin menggendong mu".      

"kau mau makan biar aku ambilkan..".      

"tidak.. tak perlu. kau bilang kamu ingin istirahatkan? Biarkan asisten ku mengambilnya untuk kita".      

Suara suami istri perjanjian pernikahan perlahan melemah. Bertepatan ditutupnya pintu menjulang oleh pemegang kunci.      

_kotaknya tertinggal?!_     

"Hendra ayo..".     

"Iya..".      

.     

.     

"Gunakan baju ku.. kita bertukar sekarang". Juan memerintah. Disambut gerakan Damar yang lincah melepas switernya.      

"Kau selingkuhan nona ya..".      

"Haha.. tidak seburuk itu. Kisah kami memang pelik tapi dia terlalu baik untuk menyandang status 'istri selingkuh' ".      

"Dia terlihat riang bersama mu". Juan mengikuti gerakan pemuda jangkung melepas bajunya.      

"Karena pencuri itu mengambilnya secara paksa.. dia tidak akan pernah mendapatkan dirinya yang asli".      

Ajudan ini mengerut tidak paham ungkapan anak sastra.      

"Berikan nomor handphone mu!". Pinta Damar.      

"Buat apa? Misi ku hanya sampai di sini". Keduanya saling bertatapan menelisik satu sama lain.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.