Ciuman Pertama Aruna

Pemburu Kemenangan



Pemburu Kemenangan

0Untuk sang pembawa  pisau bermata dua. Yang terbiasa mengembara pada dua hati anak manusia. Ku beritahu padamu bahwa memilih adalah cara terbaik mu. Aku sangat tahu kau harus melakukan itu. Melukai salah satu dan lari kepada yang lainnya. Lalu bagaimana jika kau angkat senjata mu dan ternyata aku lah penerima luka?     
0

Kau harus tahu, aku tak sanggup!. Sebuah pilihan menimbulkan kesan keegoisan. Dan yang tak terpilih, tapi mengharapkan selalu jadi pemenang itu pun sama egoisnya.      

Namun Bukankah dunia adalah ajang perlombaan. Dan seseorang siapa pun dia pasti ingin kemenangan nya. Begitu juga denganku yang menemukan mu pada sudut terindah dalam hidup ku. Yang mengajari ku bahwa mencium nafas ialah cara menikmati hidup paling megah.      

Jadi bagaimana cara ku bisa melepaskan mu. Jika ternyata aku saja memahami kehidupan dari jalan pertemuan kita. Dari jalan ku menguntit mu, membuntuti mu setiap saat, dan memasang wajah wajahmu, tangkapan tubuh mu, bahkan siluet yang tak menampakkan dirimu pun menjadi begitu luar biasa di mataku. Kau adalah semesta pada dunia yang tersembunyi paling dalam.      

Kau adalah mata tempatku melihat kehidupan. Malam-malam terindah yang aku lewati adalah malam-malam memelukmu. Mengembara ke langit tertinggi hanya karena sabun mandi yang kau pakai. Atau bermimpi sepanjang hari karena tak sengaja melihat belahan. Sedetail itu ku perhatikan hal-hal yang tak penting di mata orang lain.     

Membiarkan mu terambil sama artinya dengan mengambil kehidupan ku. Ku terpaksa menjadikan diriku egois. Menyusup dalam garis yang kau buat antara dirimu dan dia. Menyusun belenggu terhebat penuh paksaan.  Menggunakan status yang konon kabarnya legal di mata kebanyakan orang.      

Lalu ku jerat dirimu dengan janji-janji yang aku buat. Aku tahu kau akan berlari sejauh yang kau bisa tanpa itu semua. Dalam setiap belenggu yang aku ciptakan sendiri. Sesungguhnya akan membuatmu semakin membenci.      

Aku tidak punya cara lain?. Peserta lomba pemburu kemenangan. Pemangsa yang ingin menguasai mangsanya. Lelaki egois,  membangun teralis besi demi pengakuan terkuat.     

Menggaungkan mantra-mantra di setiap malam. Membisikan ke dalam telinga mu ketika kau tertidur dan terlelap dalam dekapan. Supaya aku melekat di memori jangka panjang, bersemayam selama lamanya. Sebuah pola yang aku tancapkan, sampai kau pun terpaksa mengatakan : Akulah pemilik mu yang hakiki tak terbantahkan. Dan dia hanya lah kenangan yang layak kau tinggalkan.     

Ini mimpi indah ku, ku pastikan bukan mimpi buruk mu.     

.     

.     

"Aruna.. kau.. kau.. bicara apa??".      

Seorang pria syok diterjang kepiluannya. padahal ada sesuatu yang sedang membara di dalam dada, dia redam sedalam-dalamnya. Tak ingin perempuannya tahu bahwa dia mengerti banyak hal.      

"Jadi kesetiaan mu sebatas lembaran MOU??".      

"Hal itu, tak perlu kau pertanyakan lagi?".     

"artinya sedikit pun aku tak pernah terlihat sebagai suami mu?". Mata biru mendekat, dari gerak geriknya tertangkap aura kemarahan menyelimuti dirinya.      

"Penting mana?! Perjanjian pernikahan atau AKU??". Hendra menangkap lengan Aruna. Memeganginya erat-erat. Dia minta pengakuan dengan cara memaksa.      

"Pikir saja sendiri..!". Aruna meminta lepas, menarik dirinya dari cengkraman CEO gila.      

"JAWAB!". Bentak Hendra kehilangan kesabarannya.      

"Apa kau lupa pernikahan ini ada karena sebuah janji?!. Andai ayah ku mirip dengan mu yang enteng melanggar janjinya. Aku yakin aku tidak akan pernah ada di sini!". Suara Aruna bergetar antara rasa gusar di dada dan rasa sakit dari cengkeraman tangan pria.      

"Oh' maksudmu tidak ada aku sedikit pun di mata mu?". Pertengkaran mereka tidak bisa di hindarkan lagi. Sang pria mengguncang tubuh perempuannya.      

"Hendra sakit!.. Lepaskan". Keluh Aruna.      

"Beraninya kau berkata demikian setelah menemui laki laki lain!". Hendra tidak bisa lagi menyembunyikan sesuatu yg dia simpan rapat.      

Deg'      

Dada perempuan di genggamannya semakin kacau dan ketakutan.      

"Kau terlalu berani pada ku.. kau lupa ya siapa aku??.. aku penguasa di sini. Jangan kau pikir karena aku sudah banyak berubah, aku tidak bisa marah pada mu!!". Tangan itu membuat lengan perempuannya kesakitan. Lengan Aruna tergenggam demikian kuat.      

Tapi dia tak ingin mengeluh dia lebih takut pria lain tertangkap. Air mata tak terbendung lagi, jatuh mengalir di pipinya.      

"hehe..". Mata biru dihadapan Aruna mulai tertawa mengerikan.      

"Ayah mu..?! Haha..".      

"Kau pikir ajudan itu rela menyerahkan putrinya hanya karena janji..??".      

"Buka mata mu lebar-lebar.. keluarga mu menggunakan mu sebagai jaminan.. lebih tepatnya kalian tidak punya kekuatan melawan".      

Air mata dalam diam berubah jadi tangisan yang mulai menggelisahkan, dia merintih.      

"Baik lah akan ku penuhi keinginan mu! Jangan hina Ayah ku..?!". Telapak tangannya meraih sutra yang membalut dada. Dia mengoyaknya sendiri.      

Sang pria terkejut bukan main, dia memang ingin menyentuhnya, melihatnya, apa lagi menikmatinya. Hal itu yang sangat dia mau. Namun bukan begini caranya. Hendra hanya butuh sedikit saja hati perempuan ini.      

Hendra melepas cengkeraman, tak kuasa melihat perempuan ini putus asa.      

"Lakukan sekarang!". Tali sutra itu sudah ditarik lepas. Bahkan lingerie di dalam nya sudah dia koyak sendiri.      

Sang pria malah mundur. Dia paling takut melihat perempuannya putus Asa. Dia pernah disuntik penenang karena ciuman mengerikan lambang putus asa perempuan ini.      

"ini kan yang kau inginkan??". Kini gadisnya yang malah maju.      

"Lakukan sepuas mu.. tapi jaga mulut mu! Jangan sampai kau hina Ayah ku!!".      

"Aruna benarkan baju mu!".      

_please! Jangan tunjukkan putus asa mu atau aku bisa gila_      

 "Kau tak perlu lakukan itu.. aku akan mengalah untuk mu!". Sang pria memejamkan matanya, tanda dia sedang meredam dirinya.      

Hiks.. hiks..      

Perempuan ini melemah dia tersungkur di lantai, mengisak, menggelisahkan, berbalut lelah.      

Sebuah keputusasaan tergambar jelas.      

Hendra tidak bisa melihatnya, atau dia akan sama jatuhnya. Dia bisa tersungkur lebih parah.      

Sebelum isi kepalanya tak mampu dia kendalikan. Pria ini memilih pergi.      

"Jangan tangkap Damar, dia tidak bersalah.. kau boleh menghukum ku sepuas hati mu!".      

_Sialan mengapa mulut mu masih menyebut pria itu_      

Suami yang tak lagi bisa mengharapkan hati karena perempuannya jelas memilih yang lain. Dan dengan terang-terangan berusaha melindungi  pujangga pesaing terhebatnya.     

Hendra menyeret kasar dan melempar gadis itu ke dalam Bathroom lalu menguncinya.      

.     

.     

Blue Oceans     

.     

Siapa kau.. .     

Berani berlari dariku     

Ingat..     

Kau adalah tahanan yang ku sekap      

Pada raung tanpa batas     

Berlarilah sejauh yang kau bisa     

Tapi jangan lupa      

Dinding dinding yang kau lalui      

Dan lantai yang kau pijak      

Berbicara pada ku     

Terima saja nasib mu     

Karena aku pemangsa      

Dan kau adalah mangsanya.     

.     

---------------------     

Author CPA hiks hiks.. Dunia nyata ku sedang belibet love.. hehe kerjaan awal tahun menggila. Setelah akhir pekan seperti biasa nantikan bom chapter gila      

.     

Lempar Power Stone kalian      

Ngasih Gifts.. Boleh banget      

Saya selalu merindukan komentar readers      

Review bintang 5       

.     

Novel sebelah mau aktif nich     

Genre romance religi      

"Inilah Perjanjian Kita, Antara Aku Dan Kamu"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.