Ciuman Pertama Aruna

Untuk Bertahan



Untuk Bertahan

0Di ujung sana sang ajudan mulai bergerak lebih riang, melakukan sedikit pemanasan. Tanda dia siap menang. Membuat Hendra semakin bersemangat menghajarnya.      
0

"Mas Hendra! Hentikan! Ini tidak baik di pertontonkan kepada ajudan yang lain". Raka yang baru masuk ruangan dan diberi tahu oleh anak buahnya terlihat berjalan mendekat.      

"Jangan ikut campur Raka! Kau boleh jadi penonton. Kalau tidak sanggup keluarlah dan bawa sekalian anak buah mu. Kecuali penghianat satu ini".      

"Anda adalah pimpinan kami, yang harus kami lindungi tiap saat. Tidak ada yang di perkenankan menyentuh anda apalagi ajudan bodoh ini. Kalau anda ingin menghajarnya.. hajar saja.  Jangan begini!".      

"Kau meremehkan ku?!". Suara menghujam di ikuti gerakan tangkas menjatuhkan Raka.      

"Argh..". Raka mengeluh ketika dirinya terlempar ditepian ajudan lain. Bibirnya perih, semburat luka menandakan ada robekan.      

"Kalian yang tidak ada kepentingan keluar!!". Bentak Raka kepada anak buahnya. Ini bukan contoh yang baik di mata Raka sebagai pimpinan para pengawal. Dan suara pimpinan di ikuti bawahannya.      

Ketika Raka menemukan fokusnya kembali.      

Pria ini pada akhirnya memilih menutup mata. Salah satu anak buahnya di hajar habis-habisan oleh tuan mereka.      

"Bagaimana kau masih sanggup?! Bangun lah! Ini sungguh menyenangkan!.. ha-ha-ha".      

Juan dengan wajah lebam. Tak yakin dengan apa yang dia terima, dia dulunya adalah atlit bela diri tapi kenyataannya bisa tumbang oleh CEO DM Grup yang kabarnya lebih pandai di belakang meja.      

Juan menegakkan kembali kakinya. Berdiri lebih berani dan siap jadi diri sendiri. Pemuda ini melepaskan switer Damar lalu di lempar sembarang.     

"oh! Jangan lepas itu! Aku suka analogi ku.. pakai lagi!". Pinta Hendra.      

"Tidak tuan aku akan jadi diri ku sendiri!". Juan kembali mengokohkan kuda-kuda nya, dia siap di terjang dan siap menerjang.      

"Terserah lah! Yang penting aku puas..!". Pangkas Hendra bersemangat.     

Berikutnya ajudan itu di ijinkan menerjang terlebih dahulu. Tapi Hendra lebih tangkas menghindar, mengambil tangan Juan lalu menekuknya dan gerakan selanjutnya terlihat Juan tersungkur akibat hantaman siku Hendra pada perutnya.      

Raka cukup ngeri melihatnya. Ketika tuan muda mendekati tubuh tersungkur kemudian pukulan mematikan merobek wajah anak buahnya.      

"Kau, ayo berdiri lagi! Aku belum puas!". Hendra kembali meneriakkan perintahnya.      

Ketika Juan si keras kepala berdiri kembali. Raka mendengar tawa aneh dari mulut atasannya. Dia bahkan berucap kalimat yang tidak bisa dipahami : "Kau mirip dengan ku! Ha-ha-ha, kau membuat ku terinspirasi. Aku harus bangkit lagi setelah hati ku di robek oleh dia".      

"Prang!". Suara bantingan benda terlempar ke arah tuannya. Juan berinisiatif menggunakan benda-benda disekitarnya untuk bertahan.      

Anehnya si tuan muda misterius ini makin bahagia : "wah.. inisiatif mu bagus.. aku pun akan menirunya haha.. akan aku gunakan apa saja untuk bertahan".      

Sejalan dengan jatuhnya benda-benda, ada satu yang melukai tangan Mahendra. Pria ini langsung menanggalkan Coat nya.      

Entah sudah berapa lama waktu berjalan dan Raka tidak melihat goresan berarti pada Hendra, wajahnya masih sempurna. Hanya keringat bercucuran membasahi pelipis bahkan tuan muda itu masih mengenakan piyama tidur di balik Coat nya. Dan sedikit goresan di tangan yang memberikan kesan kontras pada baju tidur berwarna gading dengan motif baby breath.     

Sedangkan anak buahnya, yang belakangan dia sadari bernama Juan. Anak itu sudah di cekik tuannya : "aku penasaran.. kalau kau hampir mati begini, apa yang kau lakukan untuk bertahan".      

"Mas Hendra!! LEPASKAN!! LEPASKAN ANAK BUAH KU!!". Teriakan Raka menggema, gelegarnya turut serta mendorong Hendra yang terlihat gila. Dia berupaya menyelamatkan anak buahnya. Yang kini terbatuk batuk dengan wajah lebam, mulut robek bahkan hidungnya mengeluarkan darah.      

Juan akhirnya tidak sadarkan diri.      

"Aku suka anak ini! Pasang chip pada tubuhnya.. aku ingin dia jadi pengawal setia istri ku.. dia harus jadi barang yang bisa aku gunakan untuk bertahan". Mata Raka menyala ingin mengumpat kasar tuannya.      

Mahendra? apa ini dirinya yang asli? yang sering di kumandangkan Andos bahwa mereka harus berhati-hati dengan kemarahan cucu tetua Wiryo.      

.     

.     

"Bagaimana ini? Kita masuk atau tidak?". Seorang House Keeper kebingungan, pintu kamar di depannya sedikit terbuka. Bahkan jam di tangannya menunjukkan pukul 10.00 artinya dia sudah lebih dari telat untuk berfikir.      

Namun pintu yang di ketuk tidak membuka. Bahkan telpon layanan tidak di angkat.      

"Buka saja.. kita intip sedikit, mungkin sudah nggak ada orang". House keeper satunya lebih berani. Dia masuk duluan dan mulai membersihkan semuanya. Karena memang tidak ada orang di dalam.      

"Aa.... argh.. tubuh! Ada tubuh!".      

"Hai jangan teriak teriak! Membuat ku takut saja!".      

"Beneran sumpah beneran.. kemarilah lihat?!".      

"apa dia mayat?!". Mata house keeper membulat ingin lari.      

"Telpon bantuan secepatnya!". Dan yang satu segera membuat panggilan bantuan.      

"bagaiamana?? Dia bernafas?".      

"Tubuhnya sangat dingin. Dia pucat? Ah' aku juga nggak tahu cara cek denyut nadi. Kita tunggu saja bantuan datang dari pada salah".      

.     

.     

"Hendra!! Dimana Kamu?!". Baru saja pria ini membuka mata, belum genap nyawanya ketika panggilan dari asisten pribadinya terdengar seperti bentakan orang marah.      

"Aku??".      

_Ah dimana aku? Aku lupa?!_      

"Pergilah ke rumah sakit sekarang! istrimu ditemukan pingsan di kamar mandi, Dia belum bangun sejak diberikan pertolongan pertama". Suara Surya terdengar kacau. Dan penerima telepon lebih kacau lagi. Dia berlari tanpa memperdulikan apa pun. Bajunya masih piama berbungkus Coat bahkan bercak darah Juan dan goresan di tangannya memercikan warna kontras. Alas kakinya masih sendal hotel, rambutnya acak-acakan dengan muka bantal bangun tidur. Walau tentu saja ketampanannya tetap tertangkap sama.     

_Sial! Mengapa aku melupakan Aruna_      

Pria ini memencet tombol lift beberapa kali. Dan memastikan lift mana yang lebih dahulu terbuka. Ketika dia menyelipkan dirinya pada kerumunan orang, pria ini masih menjadi pusat perhatian. Terutama  Lift attendant yang sedang gugup karena memahami lelaki bermata biru diterjang kepanikan ini adalah CEO DM Grup.      

"Siapkan mobil untuk ku?".      

"Anda butuh sopir tuan?".      

"Terserah!".      

Ketika sampai di bawah dan mendapati mobilnya telah siap, cucu Wiryo menarik keluar sopir yang disiapkan untuknya. Dan mobil itu melaju melesat secepat dia bisa.      

_Aruna kau harus bangun..!!_      

"Ah ayo lah!!".      

"Tiiinn...nn!"      

"Diiiin...". Mata biru tidak tahan dengan kemancetan di hadapannya dia beberapa kali memutar kemudi.     

 _Aku tidak akan marah pada mu setelah ini, aku janji!_     

"Surya gimana kondisi Aruna? Dia sudah siuman?!". Mata biru masih sempat mengaitkan headset ditelinga dan membuat panggilan kepada sekertarisnya memastikan kondisi istrinya.     

"Aku belum tahu dia masih di ICU".      

"Separah apa dia?".      

"Dugaan sementara Dehidrasi. Tunggu! Apa kamu pelakunya? Maksud ku kau yang mengunci istri mu?!".      

"Ya..". Dia sedang mengakui dosanya.     

"Oh ya Tuhan Hendra... Kau?!.. suami macam apa kau ini!!".      

"Simpan dulu jangan sampai orang lain tahu!!".     

.     

.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.