Ciuman Pertama Aruna

Kebebasan



Kebebasan

0"Ini Aruna ayah.. bukan Anantha atau Alia yang lebih mudah mengungkapkan perasaannya". Sang bunda mendukung putrinya.      
0

"Brank brank..". (di luar ruangan)     

"Aruna..".      

"Tuan anda tidak boleh membuat keributan ini rumah sakit". (Petugas rumah sakit)     

"Hendra sudah! Kau pasti di beri kesempatan.. dia tidak akan meninggalkan mu?! Tenangkan emosi mu?!". Surya terpaksa memegangi lelaki kalud ini.      

"anda bisa pergi, saya yang akan mengurusnya". Tegas Surya pada petugas rumah sakit.      

_Kau sangat mencintai adik ku ternyata.. aku tak menduga akan sejauh ini_ Anantha lebih banyak terpaku.      

Di dalam kamar.      

"Kita juga pernah bertengkar Bun.. Mereka suami istri, pasang surut' pasti terjadi. Kalian harus belajar saling memahami sebelum memutuskan sesuatu yang lebih besar". Lesmana menasihati putri bungsunya.      

Ayah Aruna selalu berupaya membuat keputusan  bijaksana. Ada seberkas rasa bangga pada diri Aruna, semalam dia mempertaruhkan dirinya untuk kehormatan sang ayah. Tidak ada yang lebih spesial di mata anak ini kecuali ayahnya.      

Seiring di bukanya pintu dan orang tua istrinya keluar. Hendra tertangkap begitu khawatir. Antara yang terjadi pada kesehatan Aruna dan percakapan keluarga yang tersembunyi.      

Dia bingung cara minta maaf. Apakah memeluk? Memegangi tangannya? Atau berlutut dihadapannya??. Gadis ini cukup berarti, kalau dia harus berlutut pun tidak akan jadi masalah.      

"aku tidak tahu cara minta maaf.. aku juga tidak tahu seberapa kuat diriku bisa menepati janji.. tapi sungguh aku tak ingin kau meninggalkan ku".      

"Aku akan menuruti semuanya.. semua yang kau inginkan!". Pria ini mendekati istrinya memegangi tangan Aruna gemetaran.      

Sedangkan gadisnya menemukan tangan terluka di biarkan saja.      

"Apa terjadi sesuatu sampai kau tidak membuka pintu kamar mandi untuk ku".      

"aku menyesal.. sungguh, aku tidak sengaja?".      

"Hal seperti ini tidak akan terjadi lagi percayalah". Dia merintih membuat permohonan.      

"Ambilkan tisu basah!". Aruna memperhatikan darah kering mata biru dengan seksama. Lalu membersihkannya perlahan.      

"Jangan.. jangan lakukan ini". Sang pria menyembunyikan tangannya lebih tepatnya luka di telapak tangan.      

"Dulu kau meninggalkan ku setelah membalut luka ku". Hendra sedikit trauma dengan kejadian sebelum pernikahan mereka. Di rumah sakit yang sama gadis ini pernah minta pernikahannya di hentikan.      

"Kau ingin aku tidak pergi bukan?? Berikan tangan mu!". Ungkapan perempuan mungil ini menjelma seperti perintah yang tak bisa di lawan.      

"apa yang terjadi?". Selidiknya, Aruna butuh alasan yang kuat kenapa suaminya tega tidak membuka pintu bathroom hingga pagi terlewati.      

"aku terjatuh".       

"jatuh di mana?".      

"Em..". Hendra berupaya merangkai kata.     

"Kau masih suka berbohong.. bahkan di saat seperti ini. Jangan kau pikir aku tidak tahu, kalau kau banyak berbohong pada ku untuk menyembunyikan sesuatu".      

"Baik- baik.. aku tidak akan berbohong lagi". Hendra sedikit ragu.      

Perempuan yang membalut tangannya menatap lebih dalam. Mata biru gemetaran membulatkan tekad.      

"Aku menghajar Juan karena dia menghianati ku".      

Tangan mata biru yang di pegangi istrinya sontak di jatuhkan.      

"Apa?? Lalu bagaimana keadaannya?".      

"Dia masih hidup. Aku yakin sudah mendapatkan perawatan".      

"Hendra kau??". Belum usai ungkapan kekecewaan di kumandangkan.      

"Ya! Aku laki laki seperti ini.. Kasar dan semuanya sendiri. Aku tidak tahu cara merubah sifat dasar ku, sungguh hal hal semacam itu keluar secara spontan. Aku juga tidak ingin begini?!". Penyesalan itu ter-aduk jadi satu.      

Dia atau Aruna yang salah bahkan pria ini lupa. Yang penting perempuannya berkenan bertahan untuknya, itu sudah cukup. Hatinya diberikan kepada pria lain pun tak apa, asal Aruna memberinya kesempatan. Dan masih bisa di peluk tiap malam. Itu saja.     

"Bukan itu masalahnya.. seburuk apa pun kamu atau aku, sedikit demi sedikit kita sama sama saling tahu, aku yakin secara tidak langsung aku pun belajar menerima mu dan kamu pun demikian". Dia kembali membalut tangan Mahendra.      

"aku hanya butuh sedikit kebebasan jika kamu masih mengharapkan ku bertahan".      

"kebebasan?". Keningnya mengerut.      

"Ya!". Perempuan ini menyentuh wajah mata biru untuk meluluhkan hatinya.      

"apa kau lupa aku sudah absen kuliah berapa Minggu? Aku bahkan tidak di ijinkan datang ke outlet Surat Ajaib ketika teman teman ku membutuhkan ku". Ungkapan Aruna di sambut mata menerawang tidak setuju.      

"Aku bukan barang Hendra! Aku ini manusia..".      

"Tapi.. bagaimana jika terjadi sesuatu pada mu?!".      

"Kau bilang akan menuruti semua keinginan ku?". Aruna memeluknya sebuah gerakan refleks menenangkan mata biru dan sebuah cara memenangkan hatinya.      

_jika ini tidak berhasil, aku tidak yakin.. aku bisa mempertahankan pernikahan ini_     

"Hendra".     

"Hem…". Pria ini masih menikmati pelukan yang melegakan hatinya. Sesuatu diluar prediksi secara mengejutkan terjadi, ini lah sisi lain Aruna yang membuatnya tergila gila. Anak baik, cukup dua kata untuk menggambarkan perempuannya. Sebesar apa pun masalah yang di hadapi dia masih menuruti Ayahnya : 'Kalian harus belajar saling memahami sebelum memutuskan sesuatu yang lebih besar'.     

"Jadi mulai kapan aku bisa kembali beraktivitas seperti sebelumnya?".     

"Aku usahakan secepatnya".     

_Seharusnya tim Raka sudah siap, tapi entah lah akhir-akhir ini banyak kendala_     

"Aku butuh jawaban pasti Hendra?!".     

Terdengar hembusan nafas berat dari mata biru.     

"Jujur aku belum bisa menjawabnya sekarang, aku usahakan lusa bisa memutuskan".     

Kata kata tak pasti membuat Aruna menanggalkan pelukan.     

"Akan lebih cepat kalau kamu mau di temani ajudan kemana-mana seperti oma Sukma". Buru-buru Hendra menganulir ungkapannya agar istrinya tidak kecewa.     

"Boleh!.. aku akan mencoba kompromi dengan tradisi keluarga mu". Kalimat Aruna membuat pria di depannya sumringah.     

"Terimakasih kamu memberiku kesempatan". Perlahan mata biru memahami makna terimakasih, sekali lagi berasal dari gadis dihadapanya.     

"Terimakasih lah pada ayah ku dia yang memintaku memahami mu".     

"Sepertinya aku perlu minta maaf padanya karena semalam aku membuat ungkapan buruk tentang dia".     

"tak apa kau pun juga tidak sengaja, kita sama sama sedang emosi".     

"Lain kali jangan menemuinya lagi". Hendra sedang membahas seseorang.     

"Aku sesungguhnnya tidak ingin membahasnya ketika kita baru berdamai, tapi malah kamu yang memulai". Aruna membuang tatapannya ke arah lain. Dan dia mendapati keluarga Djoyodiningrat sudah ada di luar.     

"Hendra buka pintunya.. sepertinya keluarga kita sedang berkumpul".     

Hendra menyusuri tatapan istrinya. Ya, mereka tertangkap dari celah kaca di pintu. Pria ini segera berdiri. Ketika tangan mungil meraih kemejanya kembali.     

"Ada apa?".     

Aruna memintanya menunduk, ada gerakan kecil di kepalanya. Istrinya sedang merapikan rambutnya. Dan perlahan hemnya, sebuah ungkapan nasehat bahkan tersurat dari bibir merah mungil penggoda : "Ingat poin yang pernah aku ajukan, kita harus saling menghormati keluarga kita satu sama lain. Kendorkan urat kaku mu, banyak tersenyum. Kau puluhan kali lebih tampan dengan lesung pipi itu".     

Mata biru mengangguk : "Kalau mereka bertanya kamu kenapa? Kita jawab apa?".     

Mata gadisnya berputar mencari solusi : "Bilang aja aku kecapean dan pingsan. OK".     

"Oke, baik". Mahendra berdiri lebih tegap, mendekati pintu dan mendapati kakeknya berjalan memimpin yang lain memasuki kamar inap istrinya.     

Dia berhenti sejenak : "Temui aku setelah ini, ada sesuatu yang harus kamu pertanggung jawabkan!". Suaranya lirih, berupa kode untuk dua orang saja.     

.     

.     

.     

.     

------------------------     

Syarat jadi reader sejati CPA:     

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^     

Ngasih Gifts.. Boleh banget     

Saya selalu merindukan komentar readers     

Review bintang 5     

.     

INFO : Untuk kakak inisial MU_Fac, boleh chatting aku dong.. di Instagram BlueHadyan atau di kolom komentar ini. Saya berniat menggunakan nama kakak menjadi salah satu karakter di novel CPA. Sebagai rasa terimakasih saya sudah banyak mendapatkan gift dari kak MU_Fac.     

Terimakasih All Readers     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.