Ciuman Pertama Aruna

Somatosensori



Somatosensori

0Aruna mengganggu bibir bawah suaminya.      
0

Dia mengulum bibir Mahendra sambil malu-malu : "Jadi begini ya kalau dia lagi nyuri nyuri bibir ku".      

_Dasar orang ini, besar badannya aja tapi kelakuannya seperti anak kecil_      

Bibir penerimaan sensasi  somatosensori mulai mengerjapkan mata. Hendra perasaannya mendeteksi pengalaman sensasional dari tekanan, suhu bahkan geli yang dimunculkan oleh sentuhan.     

(Sistem somatosensori adalah suatu sistem indra yang mendeteksi pengalaman yang disebut sentuhan atau tekanan, suhu (hangat atau dingin), sakit (termasuk gatal dan geli), termasuk juga propriosepsi (sensasi pergerakan otot))     

Hendra terkejut bukan main, ketika istrinya cekikikan melihat wajah bingungnya : "Apa aku sedang bermimpi?".     

Dia beberapa kali mengerjakan mata sembari mencari cari pemahaman : _Mana mungkin Aruna mencium ku?!, Ah' ini terlalu mustahil. Seumur-umur aku menciumnya tak pernah sekalipun berbalas_     

"Enggak kamu nggak bermimpi, hehe". Perempuan ini kembali mengecup ringan bibir Mahendra sekejab.      

"Yang benar? Tapi rasanya seperti sungguhan??". Pria ini benar-benar sedang Limpung.      

"Hahaha beneran..". Aruna tertawa melihat Hendra mencubit pipinya sendiri.      

"Ah.. terserah mau mimpi atau enggak yang penting aku merasakannya". Mahendra merunduk menangkap bibir milik perusak logika, menerjangnya seperti biasa.      

"Ah' Hen... Uh...". Berusaha keras mendorong dada sang CEO DM Grup.      

Karena takut, suami kontrak pernikahan ini mencoba bersabar sejenak. Memberinya ruang bernafas untuk istrinya.     

"Coba lah untuk lembut, aku suka yang lembut. Kau ini?! main seruduk aja". Protes Aruna.     

Pria yang selama ini hanya mendapatkan  Ciuman bibir tunggal yakni Satu orang mencium bibir pasangannya tanpa mendapat balasan. Memang intim karena Hendra memilih untuk fokus pada cara membangkitkan keinginan Aruna membalasnya. Namun nyatanya tak pernah berbalas sama sekali.      

Walau ada yang mengatakan bahwa ciuman bibir tunggal adalah ciuman cinta sejati. Tapi dia sendiri tidak percaya, cinta sejati harus saling berbalas.      

Ketika dia mendapati, entah mimpi atau kenyataan dia berbalas. Hendra seperti biasa kehilangan kendali, terlalu dominan ingin menguasainya sendirian.      

"Lembut?".      

"iya yang lembut, seperti punya ritme. Aku pernah melihatnya di drakor, Dea sering minta aku nemenin nonton. Dan sepertinya romantis banget". Gadis ini memberikan penjelasan yang tak terpahami suaminya.      

"Coba kita cari YouT*be". Hendra tangkas bangkit meraih handphone diatas nakas.      

Lalu sang suami membuat kata kunci di laman pencarian YouT*be 'ciuman lembut drama Korea'.      

Aruna serasa ingin tertawa sendiri melihat kelakuan konyol suaminya. Namun dia urungkan karena wajah bule itu sedang serius mencari dan mengamati ciuman lembut versi drama Korea.      

"Oh' kau suka ciuman ala cowok cantik ya?".      

"Kalau sampai kata-kata mu di dengar Dea, kamu bisa diceramahi berjam jam".      

"Kalau gaya ciuman seperti ini mungkin yang suka ceweknya aja".      

"Sok tahu". (Aruna)     

"Itu menurut ku sich..". (Hendra)     

"Memang kau sudah mencobanya?!". (Aruna)     

"Belum.. seumur-umur aku kan hanya ciuman dengan mu, dan hehe apa selalu kasar ya?". (Hendra)     

 "Apa?? Kau??". Aruna baru menemukan pemahamannya bahwa Hendra ternyata si pencuri ciuman pertama miliknya, yang juga baru merasakan ciuman untuk pertama kali.      

"Kalau aku jujur, aku suka yang seperti ini". Mata biru menunjukkan gaya ciuman  sedikit bringas dari pasangan bule sedang melangsungkan French Kiss.      

"Ih dasar bule!! Nggak! Aku nggak mau! aku orang Asia. Aku mau yang lembut". Aruna berbalik memunggungi mata biru.      

"Bagaimana kalau setelah itu langsung begini?". Pria jahil mengemas tubuh yang memunggunginya sambil menunjuk adegan Making love dari pasangan bule yang tadi France Kiss.      

"Ach' Hendra!!". Aruna terkejut bukan main dengan telinga memerah.      

"Ha-ha-ha". Si jahil tertawa lepas. Meletakkan heandphone nya.      

"Nggak jadi aja?! Aku mau tidur". Gadis ini mulai ngeri.      

"Jangan dong.. kemarilah aku janji akan lembut".      

Namun Aruna malah bersih kukuh menutup matanya. Ketika tubuh itu di rebahkan oleh mata biru. Dengan perlahan mata biru mencoba hal baru, dia melambatkan ritmenya.      

Menyentuh perlahan bibir bawah atas hingga akhirnya perempuan perusak logika rela membuka mata.      

Sejenak gadisnya terdiam saja, sama seperti caranya tak mau memberikan balasan. Sampai mulut itu berkenan terbuka sedikit, otomatis sang pria memanfaatkannya. Dia menyusup perlahan dengan ritme lambat secara mengejutkan kesabarannya berbuah rasa nikmat luar biasa.      

Aruna berkenan membalasnya, sensasi  somatosensori membuat jantungnya berdegup bukan main : _Uh.. begini ya nikmat terbalas_     

Pria itu meremas kuat bantal putih yang memangku leher perempuannya, dia sedang mengendalikan diri.      

Di bawah sana ada gejolak luar biasa milik pria normal dengan naluri alamiah.      

Ketika sang perusak logika mengoyak sistem somatosensori sekuat itu pula Mahendra meremas bantal.      

Sesaat berikutnya gerakan mendorong dada ditunjukkan Aruna. Perasaan tidak rela menyelimuti sang pria, tapi dia harus bersabar. Dia mulai tahu dimana porsinya supaya gadis ini luluh walau lambat bukan main.      

"Hen..".      

"Hemm..". Pria ini masih kalut menopang dirinya dengan siku supaya tidak menindih perempuan menyulitkan. Matanya belum rela lepas dari si merah merona yang membuatnya tergila-gila.      

"Besok teman-teman ku main ke sini, menjenguk ku. Boleh ya..?".      

"Hem.. ya..". Mata biru yang takut kehilangan momen kembali mengulum bibir perempuannya. Ritme lambat kembali terulang, remasan bantal kembali diperlakukan.      

Jeda berikutnya sang gadis mendorong lagi.      

"Yang datang hampir semua tim surat ajaib, kecuali Tito dia di gantikan Da..". Belum usai, ritme yang sama disusupkan kembali oleh CEO DM Grup.      

"Sebentar.. sebentar dengerin aku dulu..". Perempuannya mulai kewalahan meminta kelonggaran bernafas dan bicara.      

"Aku boleh berteman dengan siapa saja kan?".      

"Ya..". Si pria masih memandangi harapannya.      

"Termasuk dia?".      

"Dia??".      

"Damar juga turut datang menjenguk ku". Sangat hati hati perempuan ini mengutarakan maksudnya sembari mengelus dada si pria.      

Spontan tangan itu di tangkap, Mahendra bangkit mengabaikan keinginannya berburu bibir penggoda.      

_kau melambungkan ku lalu menancapkan pisau di jantung ku_     

"Hehe, kau mempermainkan ku?". Mahendra menertawakan dirinya.     

"Hen, jangan marah dulu..".      

"Lalu aku harus bagaimana? Aku harus tertawa senang". Suaranya mulai mengeras.      

"Hen.. dia teman ku tidak lebih".      

"Teman yang menyelinap masuk untuk bertemu istri orang".      

"Hen..".      

"Teman yang memberikan liontin delima dengan sajak permohonan meminta istri ku pulang ketempat asalnya".      

"Jadi kau yang mengambil kado ulang tahun ku?".      

"Dan kau perempuan yang menghianati ku, sehebat apa kau berani memberiku kenikmatan lalu menghancurkan hati ku". Secara bringas pria ini menangkap leher Aruna. Mulai mencekiknya.      

"Apa kau pikir aku tidak tahu dia memeluk mu lalu bersujud di hadapan mu setelah mengantarkan mu fitting baju pengantin". Pikiran Hendra mengembara kembali pada hari pertamanya menguntit Aruna bersama Damar.      

Gadis ini mulai menangis. Dia tidak percaya Hendra melakukan ini padanya.      

"Jika aku tidak diijinkan memiliki hati mu dia pun tidak akan punya kesempatan". Mahendra menguatkan cengkraman tangannya. Secara berbeda Aruna terdiam saja, tidak melakukan perlawanan seperti Juan atau siapa pun yang tercekik. Pria ini di buat semakin hancur : _Apa aku seharusnya tidak melakukan ini? Apa aku seharusnya bersabar supaya dia luluh? Apa? Bagaimana ini? Dia melihat ku sebagai moster kah?_     

Tangan terlepas hanya direspon dengan batuk dan nafas tersengal-sengal, sedangkan ekspresi wajah Aruna tertangkap datar. Dia membuat siksaan yang pedih. Cara paling mengerikan dari Aruna ialah gadis ini menunjukkan sisi kepasrahannya dan keputusasaannya menghadapi Mahendra.      

Sang perempuan mencukupkan dirinya untuk berbaring, berupaya menutup mata seolah tidak terjadi apa-apa.      

Pengidap PTSD terserang panik, sebelum dirinya jatuh Mahendra berlari sejauh dia bisa. Mencari lorong tempat Diana bekerja. Rumah sakit elite ini adalah tempatnya dirawat tiap kali sindrom itu hadir menyapa.      

"Argh... Sial..". CEO ini berlari secepat dia bisa, dan mulai menyadari kakinya sulit di gerakan.     

"Brak!". Pintu terbuka sembarangan seiring jatuhnya seseorang.      

"Diana tolong aku..".      

"Ah' Hendra??". Dokter yang sedang berinteraksi dengan pasien lain langsung menanggalkan tugasnya.      

"Yang lain tolong aku.. tolong angkat tubuhnya". Dokter paruh baya mulai menyuarakan perintah meminta orang di sekelilingnya membopong tubuh hilang kesadaran.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.