Ciuman Pertama Aruna

Lingkaran



Lingkaran

0"Yang lain tolong aku.. tolong angkat tubuhnya". Dokter paruh baya mulai menyuarakan perintah meminta orang di sekelilingnya membopong tubuh hilang kesadaran.      
0

***      

"Apa yang terjadi pada ku? Dimana ini?". Sorotan lampu tajam menghujam mata membuatnya kesulitan menemukan pemahaman.      

Ajudan babak belur itu mencoba untuk bangkit namun tubuhnya tidak bisa di ajak kompromi. Sesaat berikutnya ada rasa aneh menjalar di tubuh. Seorang perempuan mendekat, rambut panjang kecokelatan menusukkan jarum pada tangan kirinya membuat pria itu mengerang lalu hilang kesadaran.      

***     

*Damar maaf sebelumnya, aku belum bisa kamu jenguk.     

*Aku sudah baikan, Maaf juga kado ulang tahun mu hilang.      

*Sepertinya aku memang ceroboh.      

"Tin Tin.. Tin.. Tin.."     

_Telephone? Nomor siap ini?_     

"Hallo?". Gadis ini ragu-ragu mengangkatnya.      

"Hai". Di ujung sana menyapa.      

"Damar??". Suara tidak asing itu dulu sering mengganggunya tiap saat apalagi malam hari. Dia suka sekali menelephon hanya untuk sebuah kata 'Jangan tidur aku masih kangen suara mu'.      

Dan setelah sekian lamanya pria ini kembali menyelinap pada malam paling pedih di hati perempuan pembawa pisau bermata dua.      

"iya.. boleh bicara dengan makhluk cantik".      

"Kau ini! Nomor mu ganti?".      

"Nggak juga, tapi memang sebaiknya aku tidak menggunakan nomor pribadi ku. Kalau ingin dengerin suara ibu tiri".      

"Kenapa?".      

"Dia sudah menikah dengan orang lain. Kabarnya suaminya pandai menyadap handphone istrinya".      

"Oh' begitu ya? Kau pakai nomor siapa?".      

"Punya anak anak. Aku lagi nongkrong di warung kopi Mak Tik. Masih ingat?".      

"Haha.. Mak Tik Dekat kampus? Jelas dong aku masih ingat, kau sering ngumpet di situ kalau lagi bolos?!".      

"Dan ibu tiri ku datang sambil marah marah". Mereka mengingat masa lalu sederhana yang secara spontan menghadirkan kenangan penuh makna.      

"Aku kangen bang obeng (pembuat kopi di warung Mak Tik) ikutan marah, 'Damar cewek mu ngamuk tuch.. kuliah sana!' hehe.. sudah lama ya..". Pria ini menyerukan ungkapan memilukan untuk keduanya.      

"Ngapain kamu di situ? Jangan bilang ngerokok ya?".      

"Hehe emang ibu tiri ku masih peduli dengan ku?".      

"Jangan bilang begitu dong". Perempuan ini terdiam sejenak.      

"Kau sudah makan? Kenapa suara mu seperti bukan Aruna? Apa sakit mu sangat parah?".      

"Kepo banget".      

"Beneran.. kamu kenapa?".      

"Sedikit galau aja..".      

"Katanya kalau dah nikah kita nggak bakalan galau?".      

"Omongan siapa itu?".      

"Omangan orang-orang. Tunggu! Kalau kamu lagi galau obatnya..?".      

"Nasi Goreng Pak Rohman". Mereka bicara bersamaan.      

"Hahaha". Dan tertawa bersamaan.      

"Kau mau?". Kata sang pria di ujung sana.      

"Nggak usah.. Nggak mungkin juga..". Gadis ini tersenyum dalam getir. Dia kembali merebahkan dirinya setelah tadi terduduk karena bersemangat mendengarkan suara seseorang secara mustahil.      

"Mungkin aku bisa mengirimnya pakai OkeSent".      

"Tapi..".      

"Bentar aku kembalikan dulu handphone Faruk. Yang punya cemberut nich dia mau main Mobile legend".      

"Nggak usah Damar!, toh nasi goreng Pak Rohman nggak ada Okefoodnya".      

"Makanya aku kirim pakai OkeSent, tinggal mampir bentar sekalian balik juga aku".      

"nggak usah.. ngerepotin kamu entar..".      

"Baru sadar kamu ngerepotin. udah dari dulu kali, nyadarnya jangan nanggung dong?".      

"Bro! Buruan Dong..?! lo bikin gue ketinggalan mabar (main bareng) nich". Suara orang lain menyusup dalam percakapan lintas udara.      

"Itu Faruk?".      

"Hai Aruna!". Pemilik handphone mengambil barangnya.      

"Hallo Faruk".      

"Hai cantik". Ungkapan Faruk seiring suara 'puk' kepalanya di timpuk seseorang.     

"Au..". (Faruk)     

"Kenapa?".      

"Cowok Lo tuch.. semenjak hilang. Pulang pulang makin nggak karuan?".      

"Emang dia kenapa?".      

"Kuliah enggak, nongkrong aja kerjaannya?".      

"Hai kau?!". Suara Damar tidak terima turut terdengar.      

"Artis sich iya.. mana ada artis kerjanya macam gini.. kayak manusia buangan".      

"Mulut mu itu! Diam kau! Matikan Handphone nya!".      

"hehe begitu ya.. apa dia merokok?".      

"Jangan tanya lagi kalau itu!".      

"FARUK!!".      

Telpon itu hilang suara. Seseorang di ujung sana mematikan panggilan tiba tiba.      

Pikiran gadis ini melayang ke tempat asalnya. Aruna rindu kehidupan masa lalu yang kini terlihat luar biasa.      

***     

"Tetua". Pria paruh baya terbaring dalam kamar pribadi rumah induk. Dia belum benar-benar pulih setelah tadi cucu satu satunya membuat gertakan luar biasa.      

"Ada apa Andos". Pria ini mencoba bangkit. Sekertarisnya tangkas membantu.      

"Tuan muda jatuh lagi!".      

"Hum.. apa lagi sekarang?". Hembusan nafas lelah mengiringi ungkapannya.     

"Sepertinya dia mencoba memberanikan diri masuk kamar istrinya".      

"Yang benar saja?! Belum juga bisa mengukur kemampuannya..". Alis tetua perlahan menyatu.     

"Andos, buatkan aku jadwal bertemu Lesmana". Sang tetua memerintah.      

_Lesmana perlu mendapatkan saham tambahan DM delivery karena putrinya_     

"Baik!". Sekertaris Wiryo menundukkan kepala.      

"Apa cucu ku benar benar mencintai istrinya?".      

"Ada rumor dari lantai D dia memasang chips pada tubuh ajudan yang dekat dengan nona".      

"Separah itu kelakuannya?".      

"Andos.. Kalau aku suatu saat kesulitan mengendalikannya. Pastikan istri cucu ku baik baik saja".      

"Aku lihat malah sebaliknya. Tuan muda banyak berubah karena nona Aruna".      

"Kau benar!. Tapi aku tidak yakin dia bisa memperlakukan anak itu dengan baik. Gadis itu tampak tertekan. Putri Lesmana mirip dengan ayahnya, terlalu baik untuk cucu ku!?".      

"Mas Hendra juga baik.. dia hanya butuh sedikit pembiasaan..".      

"Sampaikan pesan ku pada Diana. Sudah saatnya istri cucu ku tahu kelemahannya.. agar anak itu mengerti apa yang sedang dia hadapi. Kalau dia memilih pergi aku pun akan rela membantunya".     

"Sepertinya anda perlu memikirkan baik baik sebelum membuat keputusan tuan".      

"Maksud mu?". Tetua mencoba memahami ketidak setujuan sekertarisnya.      

"Pertama, mas Hendra pasti punya alasan mengapa dia semarah itu pada istri dan ajudannya. Di lingkaran ajudan menyebutkan ajudan yang dekat dengan nona membantu nona berbuat kesalahan. Kedua, tuan muda sangat rapat menyembunyikan kelemahannya. Dia tidak ingin istrinya tahu. Saya tidak tahu apa alasannya, aku yakin dia tipe suami yang tidak ingin terlihat cacat di hadapan istrinya".      

"Oh' begitu".      

"Buatkan panggilan dengan Diana.. biar aku bicara dengannya".      

***     

"Bro! Pinjam atribut okejek mu dong?!". Damar merayu Faruk sekali lagi. Mahasiswa tingkat akhir yang mengisi waktu kosongnya sesekali ngojek online.      

"Jangan! Lupa balikin lagi!".      

"Gue bayar dech!".      

"Loe pakek buat apa sich?".      

"Ada dech, mau tahu aja".      

"Jangan bilang loe nemuin cewek Abal Abal mu itu".  (Aruna, selalu di panggil pacar Damar. Walau nyatanya memang bukan dan bahkan sekarang sudah menikah)     

"Bukan urusan mu".      

"Dam! Dia sudah menikah, sadar dong!".      

"Cih! Tungkang selingkuh nasehati gue, cewek loe.. nangis nangis minta putus kemaren, ngapain?!".      

"Kita kan masih pacaran, masih seru seruan kali. Beda sama nikah dong!".      

"Berisik! Boleh nggak nich. Gue bayar dech".      

"Bayarin bon gue di bang obeng".      

"Siap bro!".      

"Hati hati.. bikin ngeri aja loe nemuin istri orang!".      

"Berisik!".      

.      

"Bang berapa aku sama Faruk?".      

"Kamu gratis aja. Syaratnya besok main sini lagi!".      

"Bisa gitu?".      

"Jelas bisa dong! Noh liat, dari siang banyak cewek mampir sini gara gara tahu kamu sering nongkrong dimari. Hehe".      

"Ya elah..".      

"Ngapain juga ngeluarin uang.. aku gratisin mumpung hari ini banyak banget yang berjibun nungguin kamu".      

"Beneran? Bonnya Faruk juga Abang gratisin..".      

"Wah kalau itu nggak bisa!".      

"Tuh kan?! berapa?".      

"Bentar.. oh ini.. lima ratus dua puluh tujuh ribu".      

"Gila.. gue di kibulin ama tuh anak!".      

"Di bayar nggak nich.. mau aja juga kamu bayarin dia".      

"Nggak tetep gue bayar kok. Bang ada okepay nggak? Gue g punya uang kes banyak".      

"Ada dong tungguin bentar ya bos!".      

.     

.     

Malam itu entah keberanian berasal dari mana?. Damar mengusung kegilaannya, dia seolah tersihir oleh suara yang dulu menggeliat di sepanjang harinya. Apakah itu tentang suara pilu sang gadis? Atau suara yang menimbulkan rasa kangen? Hanya dia yang tahu.     

Pria ini satu satunya teman Aruna yang paling paham bahwa pernikahan dua anak manusia bertolak belakang itu adalah sebuah kesepakatan.      

Fatalnya dia punya masa lalu yang terlalu berarti buat si gadis, demikian juga dirinya yang kehilangan dunia seiring hilangnya perempuan yang dulu menjadi rambu rambunya menjalani hidup.      

Dia dan seluruh lingkaran persahabatan mereka tahu siapa Damar dan Aruna. Gadis payah tak mau menerima cinta si gondrong yang terus-menerus melilit hidupnya. Tapi di balik penolakannya terhadap Damar gadis ini terkenal paling peduli terhadap anak rese buronan ibunya sendiri, jadwal kuliahnya, baju, penampilan sampai kapan makan. Dia menjelma jadi alaram hidup buat Damar.      

Sebuah habits yang terikat satu sama lain.      

Anak anak lain pada lingkaran keduanya selalu berfikir 'Mungkin itu cara Aruna mengendalikan pemuda gondrong yang hidupnya terlalu santai, dengan tidak menerima cintanya dia akan berusaha lebih keras jadi baik'.      

Ternyata akhir cerita mereka tidak sesuai ekspektasi kebanyakan orang. Akhirnya  gadis itu secara mengejutkan dinikahkan di usia muda oleh keluarganya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.