Ciuman Pertama Aruna

Nekat



Nekat

0"Apa saya bisa mengantarkan paket ini pada pasien atas nama Aruna?".      
0

"Kamar berapa mas?". Tanya petugas.      

"Bilangnya sich lantai dua kamar keluarga Djoyodiningrat". Balas pemuda yang tersembunyi dibalik baju pengantar paket online.      

"Baiklah saya antar". Ketika sampai lantai dua bukannya menemui Aruna di kamar pria ini di hadapkan pada dua orang pengawal tinggi besar.      

_Sial! Aku lupa bakalan sesusah ini bertemu Aruna_     

"Apa bisa kami terima paket nona kami?". Salah seorang dari mereka membuat permintaan.      

"Bilangnya sich harus di terima langsung". Damar membuat alasan serupa cara Hery dulu menangkap Aruna di rumahnya.     

"Baiklah kalau memang demikian maunya nona". Jalan perlahan si pemuda di ikuti dua orang lainnya dengan cara yang sama.      

_Wah sial! Bagaimana aku bisa selamat_.      

Pengawal itu membuka pintu dan tak mengizinkan Damar masuk.      

_Sia sia aku sudah sejauh ini_ Pemuda Padang memberanikan diri memutar daun pintu. Dan ternyata pintu tidak terkunci, Damar melihat pengawal membangunkan nonanya. Dia sedikit ragu, sudah tidak ada waktu untuk berpikir. Terlanjur basah.      

"Hai nona". Dia putuskan memanggil Aruna dengan cara berbeda. Mengedipkan salah satu mata sembari membuka buff pembungkus hidung dan mulutnya sesaat.      

"ini nasi goreng anda". Dan segera menyelinapkan kembali wajahnya ketika para pengawal menoleh padanya.      

"Kalian silahkan keluar!".      

"Nona sebaiknya pengantar paket ini juga ikut kami keluar bersamaan".      

"Kau atau aku yang punya hak memerintah".      

"Tapi nona".      

"Keluar! Sekarang!". Mereka pun mengikuti keinginan istri tuan muda keluarga Djoyodiningrat.      

Ketika semua telah hening.      

"Wao Aruna bisa galak juga pada orang lain (dulu hanya galak pada ku)".      

"Hehe.  Kadang-kadang hal itu perlu".      

"Damar jangan lupa kunci pintunya". Gadis ini menyelipkan perintah tambahan.      

"Kau nekat sekali!". Ungkapan Aruna hanya di balas dengan mengangkat bahu tanda dia menunjukkan kelihaiannya bisa menembus dinding yang membelenggu nona muda.      

Pemuda ini tangkas menggeser kursi dan duduk di dekat ranjang gadis pujaan dengan tangan memangku wajah.      

"Hehe kau kenapa?". Gadis ini tersenyum melihat tatapan sok manis 'bentengterbaik'.      

"Sedang mensyukuri nikmat Tuhan yang menyapa ku malam ini".      

"gila! Kau mulai menggunakan majas aneh mu. Buka buff mu!".      

"Kenapa? Kangen aku juga ya?!".      

"Ngaku aja..".      

"hehe.. nggak boleh kangen anak laki ku.. entar aku dikategorikan istri buruk". Keluh gadis ini.      

"cih cih.. Kau sudah menghayati sebagai istri". Dia menanggalkan buff dan mulai bangkit mencari peralatan makan.      

"Wajah mu sangat pucat, sakit apa sebenarnya??".      

"Yach.. sedikit kelelahan".      

"Apa kau sering di kunci suami mu seperti tempat kita bertemu kemarin?".      

"Nggak juga.. itu untuk pertama kalinya kok?".      

Pemuda itu menghentikan pencariannya. Melirik gadis yang suaranya tak riang lagi. Wajahnya bahkan sering menunduk.      

Gerakan berikutnya dia mendekati ranjang pujaannya sembari membuka bungkusan nasi goreng tepi jalan.      

"Biar aku makan sendiri Damar!". Pintanya ketika pria itu mulai membuat gerakan ingin menyuapi rona kemerahan. Dan bungkusan itu berakhir di pangkuan Aruna.      

"Lama nggak ngampus, nggak bantu temen temen di outlet Surat Ajaib. Kemana saja kau? Sibuk bangat ya.. jadi ibu rumah tangga?". Telisik pria ini.      

_Bisa kau amati sendiri, aku terkurung_     

"Hehe nggak juga.. sebentar lagi juga ngumpul sama temen-temen, ngampus juga".      

"Kalau aku ngampus, kau juga masuk ya..". Pinta gadis ini.      

"Aku sudah ambil cuti satu semester. Mungkin akan ku perpanjang".      

"Lho kenapa?".      

"Ibu tiri ku terlalu sibuk dengan pria lain dan kehidupan barunya. Aku ditelantarkan buat apa aku melanjutkan kuliah ku, masa depan ku sedang menuju kehancuran hakiki".      

"haha kau ini".      

"Ini nggak lucu kali..".      

"Haha.. mulai halu".      

"ini sungguh kepahitan yang nyata". Pemuda Padang berbicara dengan serius namun ekspresi wajahnya di buat jenaka.      

"Sebenarnya sich sungguh kehancuran.. tapi apa boleh buat, nasib anak tiri memang demikian pelik". Sarkasmenya di ekspresikan dengan raut muka unik.      

"Haha Damar..!".      

"Kau suka nasi gorengnya..?".      

"Ya. Sangat enak. Kau mau mencobanya?".      

"Asal ibu tiri ku mau menyuapi ku seperti dulu.. aku akan jadi anak nurut".      

"Manja!".      

Dua anak muda saling mendekatkan diri, getaran di dada keduanya tersembunyikan rapat rapat supaya tidak tertangkap satu sama lain. Sejenak menjadi kikuk. Dulu Aruna merasa biasa saja kala pria gondrong ini main game dan dia dengan terpaksa menjejalkan makan ke mulut anak resek karena kalah main.      

"Kau tahu pak Rohman? Akhirnya dia menyadari kalau aku artis". (Damar)     

"Benarkah? Dia nonton TV dong".      

"enggak".      

"Trus?".      

"Dia bilang tidak sengaja dengerin pelanggannya ngobrol.. eh ternyata yang di obrolin aku, sebenarnya lagu baru ku sich".      

"oh.. trus kau merasa famous?".      

"Haha iya.. dia mengenali ku tadi.. padahal aku pakai baju okejek.. gila tuch bapak mungkin dia mengenali ku dari bau".      

"Bwahahaha". Aruna tidak bisa menahan tawanya dari obrolan receh mereka.      

"kau tahu kenapa aku tertawa..?". Ungkapan Aruna di balas dengan gelengan kepala Damar.      

"Karena aku juga mengenali mu dari bauk.. bukan bau ya.. itu terlalu baik.. karena kau malas mandi".      

"sialan! resek kau".      

"hahaha.." Aruna tak bisa berhenti tertawa.      

"Baju mu juga? Apa kau sudah mencucinya??".      

"Enak saja?! Sudah dong!! Oh' kalau jaket okejek ini bau..". Damar mengendus dirinya.      

"Ini punya Faruk, jadi dia yang nggak nyuci.. bukan aku..".      

"Nasib ku makin buruk belakangan ini. Tukang londry gratisan mulai menghilang satu persatu". Damar memelas meratapi nasib dengan konyolnya.      

"Maksud mu aku".      

"Iya! Siapa lagi?".      

"Sialan! Aku tukang londry?!".     

"Dea dan Lili juga sich". Tambahnya tanpa dosa.      

"Dan kau tukang bikin rusuh". Balas Aruna.      

"Bukan! aku Titan Murni pemangsa kalian". Damar sedang berbicara tentang anime Attack on Titan karya Shingeki no Kyojin, dia pernah menjajal video games dan tergila gila nonton live-action dengan Aruna. Mereka berdua sedang menunggu Season 4.      

"Jangan Halu!". Aruna spontan mengambil bantal, sengaja menimpuk Damar.      

"Haha., Aruna dah dengar 2020 Attack on Titan season 4 menjadi seaseon terkahir?!". Damar mengeluarkan handphonenya mulai membuat kata pencarian.      

"Wah yang benar.. harus nonton dong. Menurut ku adaptasinya ke video game pasti lebih gila lagi".      

"Yup!. Kita perlu melihat live action-nya".     

"Tapi aku lama nggak main game juga sich sejak jauh dari mu, mungkin ini salah satu dampak positif bagi hidup ku. Haha".     

"Jadi hidup ku doang yang makin hancur setelah jauh dari mu?". Damar memelas tiba tiba.      

"Damar sudah saatnya kamu..". Belum usai gadis ini bicara.      

"Aku nggak bisa".      

"Jangan begini! Cobalah untuk bangkit sendiri".      

"Aku sudah mencobanya.. aku kehilangan arah bahkan..". Kata kata berikutnya pemuda ini telan sendiri.      

_Menghilangkan mu dari hidup ku, itu mustahil_     

"Kau tak bisa terus terusan begini! Hidup ku sudah jauh berbeda". Aruna menasehati sahabat yang kini menjelma menjadi banyak sosok bergentayangan.      

"Dua tahun bukan waktu yang panjang.. aku bisa menunggumu".      

"Kau masih saja nekat! Itu akan menyulitkan kita berdua.. aku pun tidak bisa janji". Aruna mengulangi kegigihannya.      

Pria ini terdiam cukup lama. Merenungi kepedihannya sendiri.      

"Kenapa kau seperti ibu HRD sekarang?. Sejak kecil dia selalu bilang : 'aku tidak bisa janji kita akan hidup bahagia karena kau punya ibu seperti ku'. Aku selalu menerima ungkapannya dengan ikhlas, dan ternyata kita benar-benar tidak pernah bahagia. Dan kau datang dalam hidup ku, mengajari ku cara sederhana untuk bahagia, sekarang kau menyuruhku untuk ikhlas. Itu mustahil!. Aku tidak punya tujuan hidup dan tidak tahu cara melangkah selain berdiri di belakang mu. Terserah mau mu apa. Aku akan tetap begitu. Karena itu satu satunya cara agar aku bisa bertahan!". Ungkapannya terhenti kala gadis ini akhirnya tidak tahan untuk menelan dukanya sendiri.      

"Hai apa ungkapan ku menyakiti mu??". Damar bangkit memeriksa rona kemerahan. Visualisasi karyanya yang mempengaruhi banyak hal dalam hidupnya.      

"Hiks..". Gadis ini berusaha menelan segalanya. Mengunci mulutnya rapat-rapat dan menengadahkan wajahnya ke atas tanda dia tak ingin air matanya tertuang.      

"Kenapa kau begini? Ada apa dengan mu? Ini bukan Aruna!". Damar menanggalkan jaketnya. Mendekati perempuan pembawa pisau bermata dua.      

Gadis ini bersih kukuh mendorong Damar yang ingin mendekat. Tapi pria nekat tidak peduli dengan apa pun kecuali caranya memeluk rona kemerahan.      

"Keluarkan gundah mu! Jangan begini!". Damar memeluk Aruna dalam dekapannya.      

"Kau boleh memukul ku sepuas mu. Kalau aku sudah membuat mu kesulitan". Gadis dalam pelukan hanya menggeleng dan berusaha terlepas. Tapi Damar bersih kukuh. Dan air mata itu tumpah. Aruna tidak sanggup lagi menahan lelahnya sendiri. Dia tidak tahu cara menahan dan menelan perasaannya kali ini.      

"Huks.. hiks.. huks..". Dia menumpahkan banyak hal di kemeja bentengterbaik. Membasahi sebagian besar baju sisi kiri pria itu. Suaranya menyakitkan dan perlahan semakin nyaring terdengar.      

"Kenapa kau begini Aruna? ada apa dengan mu?". Tiap kali menerima kata tanya dari pemuda Padang. Hanya gelengan kepala yang disuguhkan.      

Hingga suara pintu berusaha dibuka dari luar terdengar mengusik keduanya.      

"Damar?!". Gadis ini panik mengingatkan Bentengterbaik.      

"Bersembunyi di kamar mandi!". Serunya menunjukkan arah dengan jemari. Disambut gerakan meloncat menyerobot jaket dan berlari secepat kilat.      

Aruna turut merapikan dirinya. Membasuh sekenanya peluh yang berserakan. Perlahan menuruni ranjang dan berjalan perlahan berupaya biasa saja.       

.     

.     

.     

---------------------------     

Hai ada yang penasaran dan pengen kenalan sama Author CPA. Intip postingan & instastory bluehadyan hari ini. Author open Q&A.     

Karena CPA masih Bened. Jika berkenan kirim PS nya di novel satunya IPK (inilah Perjanjian Kita, Antara Aku Dan Kamu) mau aktif lanjut bab.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.