Ciuman Pertama Aruna

Gejala Hyperarousal



Gejala Hyperarousal

0"Jadi saya benar-benar butuh pengertian anda, cobalah untuk menceritakan kejadian terakhir sebelum dia meninggalkan Anda?".     
0

_Kejadian serupa terulang kembali, menumbangkan Hendra untuk kedua kalinya separah ini. Apa yang sebenarnya terjadi antara dia dan gadis biasa saja ini_ (Tanpa Alasan, Chapter 54) Pikiran Diana berkelana tanpa kendali.     

"Em.. aku membuatnya marah, aku… em… ku pikir dia tidak akan semarah itu jika teman ku yang dia tak suka datang menjenguk ku, nyatanya dia sangat marah dan tidak sengaja kasar pada ku". Aruna begitu ragu, bahkan menggunakan kalimat 'tidak sengaja' ketika ingin menceritakan betapa kasarnya perbuatan Hendra.     

"Sekasar apa dia pada anda?". Dokter ini membuat pertanyaan yang menyulitkan.     

"Em.. dia.. mungkin tidak berniat, tapi karena terlalu marah Hendra sedikit menggunakan tangannya untuk menyentuh ku". Gadis ini memberi jawaban dengan cara sebaik mungkin membuat suaminya tampak manusiawi.     

"Apakah maksud anda dia..". Tak tega Diana mengungkapkan kata 'main fisik' gadis ini kelihatan masih pucat, Diana mendengar dari Wiryo bahwa Hendra mengurung anak ini di kamar mandi sampai kehilangan kesadaran.     

"Apa ada yang terluka?". Dia perlu memastikan keadaan istri Hendra.     

"Saya baik baik saja dok, saya lebih khawatir kenapa Hendra bisa seperti ini? Apa aku boleh tahu apa yang sebenarnya menimpa suami ku?". Jujur gadis ini masih meraba raba penyakit unik, misterius dan baru dalam pemahamannya.     

("Aaargh. . . Not me.. I didn't make her despair . . . ".) Diana mengingat sesuatu yang dulu pernah diteriakkan pasiennya sebelum dia menjadi sangat kacau.     

"Tunggu sebentar, aku pasti akan menjawab mu. Tapi izinkan aku tahu secara detail ekspresi apa yang anda berikan ketika Hendra berbuat kasar pada anda?". Dokter ini perlu mensingkronkan analisisnya untuk membuat diagnose.     

"ekspresi?".     

"Ya!, Raut muka anda, mimik anda atau bagaimana cara anda menanggapinya?". Dokter ini benar benar sedang berburu informasi penting versi psikoterapi.     

"Oh' aku tidak melawannya, em maksud ku percuma juga melawan Hendra. Waktu itu jujur saya sangat kecewa, dia bilang akan mengabulkan apa pun permintaan ku, dia juga bilang akan memberikan kelonggaran kembali kuliah dan kembali menjalani aktivitas di Surat Ajaib bersama teman teman. Saya sudah percaya padanya bahwa kami bisa saling memahami satu sama lain. Sayangnya aku terlalu percaya diri dengan keadaan dan membuatnya marah. Ketika dia marah saya sudah terlanjur pupus untuk melakukan perlawanan dan aku..". Belum usai gadis ini memberikan pemahaman kepada Diana. Aruna mulai merasa nyaman dia berkenan bicara lebih banyak.      

"Dan anda merasa putus asa?? Apa itu yang anda tunjukkan". Lengkap Diana.      

"Mungkin iya..". Jawab Aruna.      

Dokter ini sempat melirik pasiennya, dia mengelus tubuh itu : _Kau ketakutan perempuan yang kamu sukai menjadi putus asa dan berekspresi datar seperti mommy mu ya??. maafkan aku tidak bisa mengembalikan mommy mu secerah dulu_     

"Dia mengalami Hyperarousal, semacam gejala fisik yang berubah tiba tiba karena traumanya dibangkitkan atau faktor pemicu hadir di hadapannya. Hal semacam ini memang umum di alami penderita PTSD. Sayang Hendra kita yang memiliki fisik bagus bukan jaminan dia bisa melawan gejala Hyperarousal. Yang paling mengerikan dari gejala Hendra dia kesulitan bernafas. Sebenarnya langsung pingsan lebih baik, dia tidak perlu merasakan betapa tersiksanya seseorang yang sedang sekarat. Kesulitan bergerak bahkan tak bisa minta tolong karena suaranya juga menghilang. Sama seperti gejala yang di alami mommy-nya ketika bunuh diri di hadapannya". Dokter Diana perlu menjelaskan secara gamblang mumpung ada kesempatan berbicara pada perempuan yang jadi faktor pemicu utama.      

Deg'     

_Ibu Gayatri bunuh diri di hadapannya? Benarkah itu? Pasti tidak mudah melihat bunda kita mengakhiri hidupnya. Hendra kecil apa dia waktu itu sangat ketakutan?_     

Jantung Aruna seolah di hantam sesuatu. Dia segera mendekap tangan Hendra. Memory nya tergugah kesegala arah. Mimpi buruk Hendra di awal-awal gadis ini menjadi istrinya termasuk mengapa lelaki bermata biru menutup matanya rapat-rapat ketika ingin menyentuhnya di malam pertama dia bersetatus istri. Ada rasa remuk dan hancur karena Aruna tidak tahu apa apa sama sekali : 'Ya aku memang aneh', 'kau bisa merawat ku ketika aku sakit. Tapi aku belum tentu bisa melakukannya untuk mu'. 'aku memang begini! Ada masalah?'.     

Seolah sedang menjelajahi keseluruhan momen bersama Mahendra Aruna menemukan segalanya menjadi masuk akal. Poin perjanjian pernikahan yang aneh bin unik seraya jadi layak dia ajukan. Hendra Memang berbeda secara nyata. Bukan sekedar misterius seperti dugaannya selama ini.     

"Apa yang bisa aku lakukan untuknya? Apa dia bisa di sembuhkan?". Aruna mengumpulkan puing puing keberaniannya.      

"Ijinkan saya menggunakan anda sebagai Psychosocial Therapist untuk Hendra kita". Dokter Diana meminta ijin.      

"Psychosocial Therapist? Apa itu?". Aruna sama sekali tidak paham.      

"PTSD yang Hendra kita alami tidak sama dengan pobia ruang sempit atau pobia kepada salah satu jenis hewan. Dia sedikit berbeda".      

"Syndromenya lahir dari interaksi antara individu dan interaksi pula yang bisa menolongnya. Dan sejujurnya saya salah satu orang yang mendorong Wiryo untuk mengijinkan Hendra memilih anda". Penjelasan tambahan dokter bergelar SpKj. Membuat mata coklat membulat.      

"Jadi aku dinikahkan dengannya untuk menyembuh dia?". Hati Aruna serasa di aduk aduk.      

"Walau awalnya bukan karena alasan tersebut. Tapi setelah mengetahui anda menjadi faktor pemicu utama yang mampu menghadirkan traumatic syndrome yang hilang puluhan tahun. Sepenting itu pula Hendra harus disembuhkan oleh pemicunya". Ungkapan Diana dibalas gelengan kepala : "aku tidak paham, aku sama sekali tidak mengerti".      

"Sama seperti Mommy Hendra yang menjadi cinta pertamanya, sangat kuat perasaan Hendra padanya dan hal itu sama persis dengan anda. Aruna sangat kuat mempengaruhi perasaan Hendra, bahkan dia kesulitan mengendalikan dirinya. Itulah mengapa hanya Aruna yang paling bisa di jadikan Psychosocial Therapist untuk Hendra".      

"Apa yang harus aku lakukan untuknya?". Aruna memegang kuat tangan yang beberapa waktu lalu mencekiknya.      

"therapist tidak bisa serta merta, butuh proses, perlahan kita jalani bersama-sama, yang penting Aruna mau dulu". Sang dokter meminta keikhlasan faktor pemicu sekaligus jalan menuju kesembuhan.      

"Tolong dukungannya dan bantuannya dok.. aku akan mencoba sebisa mungkin menyembuhkan Hendra". Perempuan ini mengambil tisu dan menyapu keringat di seputar pelipis suaminya.      

"Apakah hanya aku yang bisa menjadi Psychosocial Therapist". Tanya gadis ini lebih lanjut.      

"Ya aku rasa untuk saat ini hanya anda? Karena mommy nya, Aruna tahu sendiri ibu Gayatri juga mengalami kendala semenjak kejadian itu?". Jawab Diana.      

"Dia juga sakit? Maksudnya punya masalah psikologis seperti Hendra". Gadis ini membuat dugaan dan ternyata Diana mengiyakan. Dia memberikan penjelasan lain tentang mommy Hendra, tidak banyak tapi mampu membuat pemahaman Aruna bertambah matang. Gadis ini semakin menetapkan kesadarannya. Mengapa Hendra dan mommy nya berbeda?. Mengapa Hendra selalu menghindari berinteraksi dengan mommy nya?. Kenapa mommy memiliki pembawaan sangat tenang sampai kadang tidak masuk akal?.      

Keluarga Djoyodiningrat yang terkenal dengan banyak kelimpahan dan kekuasaan yang mampu membuat banyak orang terpana, hanyalah gambaran dari luar. Karena yang di dalam nyatanya adalah kumpulan individu yang kesulitan menemukan kebahagiaan. Seperti Hendra yang tergila-gila dengan gadis baru dari luar lingkaran keluarganya, karena gadis ini orang pertama yang mengajarkannya menemukan hal hal sederhana tentang cara menikmati hidup.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.