Ciuman Pertama Aruna

Pengiring Tidur



Pengiring Tidur

0"Nona sudah saatnya anda istirahat". Surya mengingatkan istri Hendra yang masih enggan meninggalkan suami terbaring membeku.      
0

"Ketika dia bangun dan melihat anda di sini dia akan sangat terpukul". Surya membujuknya sekali lagi.     

Sesaat berikutnya sebelum beranjak Aruna menyempatkan diri mengecup ringan pipi Mahendra sembari membisikan sesuatu ditelinga lelaki bermata biru : "Cepat bangun, biar bisa mengganggu ku".      

Ditatapnya lekat-lekat wajah CEO DM Grup, sebelum merelakannya hilang di balik pintu.     

Surya mengiringi langkah lambatnya hingga Akhirnya gadis ini sempat terjatuh dilantai karena lemas. Tubuh mungil segera di bopong kembali ke kamar rawatnya dan dokter segera memberikannya pertolongan.      

Dia mungkin terlalu syok dengan banyaknya kejadian yang menguras emosinya. Gadis ini berakhir terlelap sendiri di kamar inapnya.      

Ketika sekertaris suaminya mulai kebingungan mencari siapa yang seharusnya menemani gadis ini.      

_Siapa ya? Oma? Ah tidak mungkin tetua Wiryo sedang sakit. Atau ibu Gayatri? Selarut ini.. sopankah dia harus terbangun dan kondisinya juga?! Ah' aku harus bagaimana?_ Tidak mungkin juga menghubungi keluarga Aruna, semua tahu menjaga dia agar tetap kelihatan baik baik saja adalah sesuatu yang sangat penting di mata atasannya. Kalau keluarganya sadar anak ini sedikit saja tertangkap memprihatinkan, akan mendorong mereka mengambilnya dari keluarga Djoyodiningrat.      

_Siapa? Siapa?_     

_Tunggu? Teman karibnya..? Anak pecinta oppa mungkin saja bisa_ Pria ini keluar dari pintu kamar sang nona dan mulai membuat panggilan. Dia juga tidak boleh jauh jauh dari tubuh Hendra, sewaktu waktu pria itu terbangun Surya harus ada di dekatnya.      

.     

"Hem..". Aruna menyadari seseorang membelai wajahnya. Namun dia enggan membuka mata, dia cukup lelah dan tak kuasa membuka matanya. Mencari sisi ternyaman dengan menggeliat, terasa ada yang merapikan selimuti dan kembali mengusap peluhnya.      

_Apa ini Hendra? Dia sudah bangun??_ Aruna terlelap kembali setelah ritme berirama mengusap perlahan rambutnya.      

Laki laki ini membuat nada dalam mulut tertutup : "na.. Nana.. hem.. hem hemm..". Dan dia melantunkan lagu mengiringi tidur Rona Kemerahan. Gadis ini terlihat nyaman tidak menyadari siapa yang menjaganya. Sang musisi pendatang baru, penulis lirik lagu 'Masih Disini' menghantarkan tidurnya.      

Damar si nekat, tak beranjak jauh dari kamar Aruna. Dia tahu tadi ada percakapan serius sebelum Aruna meninggalkan kamarnya. Dia memang sempat pulang namun diurungkan, lebih memilih untuk berada di sekitar kamar gadis itu memastikan Aruna baik-baik saja.      

Dan ketika gadisnya di bopong kembali memasuki kamar dengan segala kepanikan serta dokter yang terlihat memberikan perawatan, sayangnya malah dibiarkan tertidur sendirian. Damar tidak tahan, dia menemani Aruna, membantunya istirahat senyaman mungkin.      

.     

"Pak Surya.. Pintu kamar Aruna di kunci ya?". Dea membuat panggilan.      

"Benarkah? Coba tanyakan pada pengawal kami yang berjaga di pintu masuk VV..?".      

"Eh' enggak enggak.. nggak jadi?".      

"Gimana apa aku perlu kesitu?". Tanya Surya dari balik telpon seluler.      

"Enggak.. sungguh nggak usah.. sudah beres..".     

_kenapa anak ini? Kelihatan panik, tapi.. ah sudah lah dia memang sedikit unik_ batin Surya mendapati panggilan di matikan oleh gadis berjilbab di ujung sana.      

.     

"Damar!! Gila kua..!! Bagaimana bisa kau berada di sini?!". Dia syok, yang membuka pintu adalah temannya sendiri.      

"Husst! Kau bisa membangunkan Aruna". Si resek santai kembali melenggang mendekati Aruna dan duduk di samping ranjang founder surat ajaib dengan santai pula memegangi tangannya.     

"kau? Jangan pegang-pegang Aruna. Please! dia sudah punya suami. Damar?!". Gadis ini mulai mencari cara menyadarkan temannya.      

"Jangan banyak bicara, apalagi menceramahi ku. Aku sudah berjuang keras seperti orang gila untuk sampai di tempat ini dan duduk di sini. Kau tahu aku tidak punya kesempatan banyak. Jadi diam lah Dea". Damar kembali membuat usapan membasuh peluh Aruna, dan yang paling mengejutkan dia berani mencium tangan gadis itu.      

"Damar kau benar-benar mirip orang gila!? Dia istri orang Damar! Lepaskan tangannya!". Dea mendekat mencoba memberikan dorongan agar Damar menyingkir. Berharap Damar pergi dan merelakan Aruna. Pemuda ini mengabaikan semua gertakan Dea, termasuk menggenggam erat tangan Aruna yang berusaha diambil Dea.     

"Aku akan pergi.. santai lah sejenak, biarkan aku.. huuh'..". Pelantun lagu terhenti sejenak. Mengambil nafas dalam-dalam.      

"kau tahu aku mencintainya mati-matian, dan dia diambil oleh lelaki itu seenaknya sendiri. Apa salahku jika aku ingin berada di dekatnya sebentar saja". Damar terlihat marah memicu perdebatan.      

"Aruna sudah memilih menikah, terlepas itu dipaksa keluarganya atau tidak. kau harus sadar ikatan mereka sakral Damar! Pernikahan ingat pernikahan?! Bukan cinta-cintaan anak muda!". Dia lantang membuka pemahaman pemuda di hadapannya, sahabat yang Sudah lama tidak dijumpai. Dalam hatinya dia berharap bisa saling menyapa dengan hangat, nyatanya Damar melakukan hal terlalu berbahaya dan tidak etis.     

"Kau bilang sakral?? Pernikahan mereka tidak seperti yang dibayangkan?! Mereka hanya terikat...". Damar mengurungkan ucapannya.      

Kerutan di dahi Dea terlukis sempurna.     

"Terserah apa persepsimu?! Aku akan tetap menunggu Aruna, sampai dia pergi dari lelaki aneh itu?!". Damar kembali duduk memegang tangan Aruna.      

"aku akan memberitahu sekretarisnya jika kau tidak pergi dari sini. Kenapa kamu tidak bisa diperingatkan?!". Gertak Dea. Miris makin miris melihat kelakuan Damar yang buta dengan keadaan.      

"siapa? Surya? Apa kau tega melihat ku dia habisi mereka karena tertangkap?". Damar menatap Dea.      

"Makanya pergilah dari sini! sebelum itu terjadi. Jika Aruna tahu, aku yakin dia juga sangat khawatir pada mu?!". Keluh Dea.      

"Sebentar saja De..". Damar.     

"Cekriek".     

"Ah! Dam..!". Dea melirik pria di sampingnya yang secara spontan menyembunyikan diri dalam kupluk jaket serta menarik buff dari leher menutupi wajahnya, hanya menyisakan mata.      

Damar bergegas keluar melewati Surya, yang kebingungan melihat pria di kamar nonanya. Lincah Damar keluar dan menghilang.     

"siapa dia?". Sekretaris suami Aruna menelisik mencari tahu.      

"Dia teman yang mengantar ku, memang mau pulang sih. Sedang terburu-buru juga". Anak ini beristighfar di dalam hatinya karena dia harus berbohong.     

_Oh jadi dia punya teman laki-laki? Mungkin kah cowoknya?_     

"Itu cowok mu, em.. kamu punya pacar?". Surya penasaran.      

"oh tidak! Aku tidak mungkin pacaran, em.. maksud ku aku tidak menganut yang seperti itu". Dia gugup bicara blepotan. Damar membuat jantungnya hampir copot dari wadah.      

"Lalu".      

"itu tadi keponakan, Iya keponakan".      

"Barusan kau bilang teman??". Surya masih penasaran.     

"Oh iya.. keponakan serasa teman, karena seumuran".      

_Aduh aku berbohong lagi, Tunggu! Kenapa dia jadi terlihat keppo_     

"Kenapa oppa tanya terus sich?".      

"Oh.. tidak tidak.. aku.. penasaran.. eh bukan! Em.. aku perlu memastikan nona ku aman!? Iya begitu!". Surya kelabakan.      

"Hehe benar juga?". Dea tertawa santai, mengalihkan perhatiannya pada Aruna.      

_sial! aku kebingungan, dia hanya tertawa_ Surya merasa bodoh.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.