Ciuman Pertama Aruna

Membuat Kekacauan



Membuat Kekacauan

0"Arunaa….". Lili berlari membaur ke dalam kamar inap sahabatnya di susul yang lain.     
0

"Selamat ulang tahun kak..". Laras memeluknya dan menyerahkan kado ulang tahun bersampul kuda poni.     

"Wah unyu.. makasih ya". Gadis ini bangkit menemukan senyumnya.     

"Guys kuenya di buka sekarang!". Agus baru saja masuk, langsung duduk di sofa meletakkan Big cake di atas meja dan mulai membukanya.     

"Gus nggak pengen nyapa aku dulu nich?". Tanya Aruna.     

"Males!". Balas menjengkelkan tubuh tambun.     

"Jahat!". Aruna protes.     

"Hehe". Dia tertawa tapi matanya fokus membuka bungkusan cake. Sesaat kemudian Dea masuk di iringi perempuan tinggi semampai rambutnya bergelombang hasil hair stayle profesional dan wajahnya cantik terpoles make up. Seperti bukan bagian dari teman-teman Aruna.     

"Lili kau meninggalkan kak Andin sendirian, Dia kebingungan tahu!". Seru Dea.     

"Ah maaf aku lupa. Kak Andin aku minta maaf ya.. aku juga lupa nggak buka Handpohone.. huhu.. maaf". Gelisah Lili.     

"Nggak papa kok untung Dea bisa di hubungi". Perempuan ini tersenyum dia juga tersenyum pada Aruna. Mendekati Gadis itu dan mulai berkenalan, sempat tersentak karena teriakan mengejutkan dari Lili : "TIMI! Aku lupa sudah janjian dengannya parkiran rumah sakit ini". Secara sembrono Gadis berkacamata tanpa lipatan kelopak itu menubruk separuh badan Andin membuatnya hampir terjatuh. Untung Aruna segera menariknya dan memberikan keseimbangan.     

Baru saja sampai di pintu : "BRAK". Lili tersungkur menghantam pintu terbuka. Laki laki tinggi berdiri di sana.     

"Kau tak apa apa?". Pemuda itu sangat rapi dengan hem yang diselipkan ke dalam celana panjang dan sepatu kets yang senada. Kesan maskulin, tenang dan bijak tertangkap membaur jadi satu.     

"Hehe". Lili yang jelas kesakitan hanya tertawa receh.     

"Sukurin!". Celetuk Agus menjilat coklat di ujung telunjuknya dia sedang icip icip.     

"Gus! Jauh jauh kau dari kuenya. Lama lama hilang tu kue, Minggir!". Dea mengangkat cake dan mulai berebut, sungguh berisik".     

"Aruna.. ini Timi". Lili kenalkan tim baru mereka malu malu sendiri.     

"Oh.. kamu ternyata lebih cakep dari foto CV ya?!.. aku mengerti sekarang kenapa ada yang makin semangat berlama-lama di otlet".       

"Kak.. kak Lili kayaknya suka sama Timi". Bisik Laras pada Aruna.     

"Plis dech Lalat kenapa kamu nggak TERIAK AJA SEKALIAN". Lili jengkel. Suara Laras terdengar demikian jelas di telinganya.     

"Kok Kak Lili bentak seh, manggil aku Lalat segala!. Nama ku Laras bukan Lalat!". Laras nggak terima.     

"Serah gue, mulut gue, Kamu sengaja bikin aku malu di depan Aruna". Lili geregetan.     

"Kan semua dah tahu kalau kak Lili nembak kak Timi?! Tinggal kak Aruna aja yang belum". Laras membela diri. Sungguh mereka adu mulut.     

"Nggak fulgar gitu juga kaleee….". Lili Geram. Andin dan Timi garuk garuk sudut leher yang tidak gatal. Mereka benar benar berisik gak ketulungan, belum usai di ujung sana si Agus dan Dea saling mengamankan kue versi mereka.     

"Brak!". Kuenya jatuh di lantai.     

"Aaaaaargh….". Dea teriak geram untuk pertama kalinya.     

"Agus kau membuat ku emosi". Gadis ini melempar kue ke agus saking geramnya. Agus tak terima dan membalasnya.     

"Hahaha". Aruna tertawa cekikikan melihatnya. Dan gadis bernama Lili yang geram pada Laras ikut ikutan membuat ke kacauan, dia melempar kue itu pada Laras tapi kena Aruna.     

"Ups! Sorry aku nggak sengaja Aruna". Sesal Lili.     

"Au.. hahaha". Dia malah tertawa lepas. Mengambil kue di bajunya lalu melemparnya pada Timi.     

"Harusnya kau yang salah, pendatang baru yang membuat teman ku bertengkar".     

"Kenapa saya nona?". Anak baru salah menyebut Aruna.     

"Em Aruna.. anda tak boleh membully saya". Dia mengambil sisa kue jatuh di kembalikan kepada Aruna, mencoba menghilangkan ingatan salah sebut.     

Tawa cekikikan dan hamburan kue sudah tidak bisa terelakkan sedangkan si cantik Andin menyingkir takut kena.     

"Kak Andin masih cantik, itu tidak adil".     

"Iya".      

"Kemarilah Kau".     

"Hahaha".     

Seseorang di luar ruangan baru saja memperhatikan polah tingkah mereka, dari kaca persegi panjang. Dia sebenarnya sedang fokus hanya kepada satu orang. Istrinya sedang tertawa riang luar biasa sembari terduduk di atas ranjang, tampaknya Aruna menikmati kebahagiaan bersama teman temanya. Mata biru tak ingin mengganggu berdiri lama di depan pintu.     

Sampai seorang perempuan membuka pintu ingin ke luar dan secara mengejutkan pintu terbuka menyelipkan perempuan yang berlari lalu bersembunyi di balik punggungnya.     

"Pluk!" kue untuk perempuan itu menghujani mata biru. Semuanya ternganga kikuk bukan main. Perempuan terselamatkan ikut ternganga.     

Di belakang sana ada perempuan yang tak sabar menuruni ranjang rehat pasien.     

"Hendraa…". Gadis ini berlari tergesah gesah mengabaikan infus ditangan yang terpaksa di dorong Timi kewalahan. Dia memeluk Hendra, tubuh pria terkejut sempat bergeser menerima hantaman pelukan yang sama sekali di luar prediksi.     

_Apa yang terjadi? Kemarin malam aku mencekiknya dan ekspresinya pada ku sangat buruk_. Hendra di buat bingung bukan main.     

"Baju ku kotor.. kamu jadi ikutan kotor nich". Hendra tidak bisa mengimbanginya karena dia penuh cake. Dalam adegan itu ada banyak mata yang tiba tiba menjelma jadi cleaning servis.     

"Hehe nggak papa". Gadis ini bahkan mendongak keatas mengusung senyum manisnya.     

_Aruna.. kau ini?! gadis macam apa kamu ini? Sulit sekali di pahami_     

"em.. Hendra.. hehe maaf mengganggu.. tapi sebelumnya.. aku dan teman teman mau.. ee.. Minta maaf". Lili mengawali takut takut karena kamar Aruna tidak lagi berwujud layak huni.     

"iya.. saya juga minta maaf".     

"Maaf.. ya.." Mereka minta maaf satu satu.     

_Oh ini yang namanya Hendra_ Andin lebih banyak mengamati seseorang yang membuatnya penasaran.     

"Nggak papa teman teman, Suami ku nggak akan marah. Ya kan?". Seru Aruna masih mendekap suaminya. Gadis ini seolah lama tidak bertemu dengan lelaki bermata biru, padahal semalam dia menemani pria ini ketika sedang hilang kesadaran. Sesungguhnya Aruna sedang menyukuri kenyataan Hendra telah terbangun dan baik baik saja.     

"Benar tidak masalah asal kalian bahagia.. istri ku juga pasti bahagia di kelilingi kalian".     

"Wow.. apa apaan ini??". Baru saja mereka saling memberikan ungkapan maklum satu sama lain, Surya datang dengan ekspresi syok.     

Di balas dengan ekspresi nyengir yang lain. Agar tidak merusak momen, Hendra membuat permintaan : "Surya buatkan reservasi restoran yang nggak jauh dari sini, biar istri ku bisa merayakan ulang tahun bersama teman temannya".     

"Wuih". Agus terlihat seneng banget.     

"Oh iya.. baju kalian biar disiapkan sekalian..". Tambah Hendra.     

"Surya aku ingin bicara dengan istri ku sebentar.. bawa teman teman Aruna keluar sekalian siap siap". Bisiknya pada Surya.     

Seiring cara Surya tersenyum ramah dan memberikan arahan pada teman teman Aruna. Pria ini menutup pintu, sejalan berikutnya membantu Aruna kembali duduk di ranjangnya. Dia menggeser kursi, ikut duduk tepat di hadapan perempuan mungil kesukaannya.     

"Kau pasti sangat kecewa pada ku?". Ungkapnya dalam sesal.     

"Enggak kok". Jawab santai Aruna, sungguh tidak seperti biasanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.