Ciuman Pertama Aruna

Neuron Melompat Kacau



Neuron Melompat Kacau

0"Sayang buka mata mu.. sebentar saja". Aruna hanya menggeliat, tangan besar menyikap wajahnya mengharap dirinya segera menyapa pagi.      
0

Mendung di kepala sudah menghilang kini tinggal rasa malas untuk terbangun. Tapi dia terus saja mengganggu, mengusap dan mengharap matanya terbuka. Aruna mencoba mengerjapkan mata, melihat sekeliling dan dibuat terpana.     

_ini masih jam 6 pagi, bagaimana bisa Hendra sudah begitu rapi dan siap untuk pergi?_ sekretarisnya bahkan sudah berdiri tepat di belakang sembari menunggu tuannya mencoba membangunkan istrinya.     

"Hendra mau ke mana?". Gelisah gadis ini.     

"Pekerjaan ku sudah menanti, jadi berikan aku kecupan mu supaya aku bisa berangkat dengan hati senang hehe". Dan dia mendekat mengendus lalu melumat bibir istrinya. Kebiasaan yang semakin lama semakin berani saja. Aruna bahkan belum menemukan kesadaran secara penuh. Tapi dia sudah menerima perlakuan Hendra yang makin menjadi.      

"Bisakah kau lebih cepat ". Surya yang berdiri di belakang sedikit keberatan dengan adegan yang mereka pertontonkan, si jones ini selalu menjadi pengganggu paling handal.      

"Aku butuh sarapan ku, kalau kau tidak berkenan melihat tutup saja matamu". Hendra menggertak karena merasa diganggu.      

"Cih.. tidak sadar, kau dulu punya prinsip yang bertolak belakang, dan menghina ku habis-habisan ketika mendekati perempuan". Surya menyesali kenapa dulu dia mengikuti saja sudut pandang Mahendra. Akhirnya mereka berdua jones bersama, dan dia malah ditinggal menikah dan kini sendirian meratapi kebodohannya telah menyia-nyiakan masa muda.      

Mahendra mengabaikan ungkapan kekesalan teman sekaligus bahan bully paling menyenangkan.      

"Cepat sehat ya.. Mungkin aku akan pulang larut malam, Aku tidak mau dengar kau drop lagi seperti kemarin". Belaian itu terlepas, menyisakan seseorang yang kembali menata jasnya, sebenarnya sudah terlihat sangat rapi.      

"Kau bilang akan membawaku pulang ke rumah pagi ini? Kenapa malah pergi". Keluh Aruna.      

"Di sini akan lebih banyak orang yang menjaga mu, kalau terjadi apa-apa kau bisa ditangani dengan lebih cepat. Bersabarlah sedikit lagi". Hendra tersenyum menenangkan.      

"Kenapa keluarga ku tidak boleh menemani ku?". Gadis ini kesepian.      

Hendra terdiam dia tidak punya alasan berarti kecuali rasa bersalah tidak bisa menjaga istrinya dengan baik. Dan rasa takut dia akan terambil atau ingin pulang kepada keluarganya.      

"akan ku coba mendatangkan teman-temanmu". Hendra mengalihkan pembicaraan.      

"Tidak! mereka kuliah, surat ajaib juga butuh mereka. Aku tidak ingin di sini sendirian tapi...". Raut muka Aruna menggelisahkan. Surya mulai melirik jam tangannya. Menyentuh sedikit bahu Hendra mengingatkan mereka harus segera berangkat.     

"Aku tunggu di depan". Bisiknya.      

Laki-laki ini berdiri terpaku memegangi pelipisnya, Dia mempunyai tanggung jawab lebih sekarang. Bukan lagi CEO DM group yang dulu bisa berjam-jam menghabiskan waktunya hanya untuk bekerja.      

_jika begini terus aku akan kesulitan meninggalkannya, apa yang harus aku lakukan?_     

"para ajudan mu akan menemanimu di sini, kau tidak akan kesepian. Perintah mereka sesuka hatimu, ku usahakan untuk segera pulang". Ungkapan Mahendra tidak mendapatkan jawaban apa pun.     

Gadis ini memilih berbaring kembali memunggunginya tanpa sepatah kata.     

"kau memang suami yang aneh, membiarkan ku terbaring di rumah sakit sendirian dan meminta laki-laki asing menjaganya".      

"Ya Tuhan Aruna.. mereka tidak asing. Mereka orang-orang ku".      

"Pergilah! Aku males dengan mu".      

Mendapat ucapan seperti itu lelaki bermata biru benar-benar pergi meninggalkan istrinya sendirian. Dalam sudut pandang sederhana Mahendra yang cenderung menggunakan otak kirinya. Sesuatu yang terucap oleh mulut adalah ungkapan nyata yang menyeruak dari konklusi penyuguhnya.      

Dia sama sekali tak punya pengalaman tentang perempuan yang hobi menggunakan sarkas paling rumit di muka bumi. Ungkapan aruna tentang 'pergilah' ditangkap secara Letterlijk (dalam bahasa Belanda Letterlijk artinya secara harfiah, atau dalam bahasa hukum pemahaman terhadap suatu teks terpaku pada apa yang dituliskan teks tersebut).      

Hendra disuruh pergi dan mendapat ungkapan 'males dengan mu' jelas dia langsung pergi sesuai permintaan istrinya.      

.     

.     

"Mengapa wajahmu lesu begitu? Kau sudah mendapatkan asupan gizi mu. Kenapa malah begini?". Surya menyentil pria yang larut dalam pikirannya sendiri.      

"Aku baru menyadari sekarang Kenapa Aruna sering bertanya padaku 'kapan aku kuliah?' ' kapan aku boleh beraktivitas kembali di surat ajaib sama teman-teman ku' 'kapan kau pulang' 'kau harus pulang tepat waktu'. Dia kesepian, kemarin waktu ku lihat Aruna dikunjungi teman-temannya. Dia kembali seperti dulu, cerah, riang dan terlihat tanpa beban". Pria ini melempar tatapannya keluar mengembara di jalanan.      

"bagaimanapun juga dia harus beradaptasi dengan dirimu Hendra". Surya menenangkan suami yang diterpa kegelisahan.      

"Siapa yang bisa bertahan beradaptasi dengan ku, kau saja!  Berapa kali kau ajukan surat pengunduran diri? Tapi karena kamu punya hutang Budi dengan ku kau pun bertahan".      

"Hehe, ternyata kau tahu kenapa aku masih di sini". Surya terkekeh.      

"Tentu saja.. sejak awal kamu sudah ku siapkan sebagai pesuruh ku. Makanya ku jerat saja kau dengan hutang Budi". Hendra menimpali dengan gaya resek tak tahu diri.      

"Sialan!". Surya ingin meraih kerah baju CEO DM Grup.      

"Argh!. Baju mu kusut aku juga yang kesusahan". Dia urungkan niatnya.      

"Ha-ha-ha". Hendra terkekeh.      

Lalu terdiam seketika, ketika layar di handphonenya menyala : "Lihatlah istri ku! Dia tadi kecewa berat dengan ku. Tapi masih saja punya perilaku manis". Hendra menunjukkan pesan Aruna.      

*Hendra hati-hati. Maaf.. aku tadi bad mood.      

*Ingat! (Imoticon serius) Jangan lupa makan!. Cepat pulanga ya!! ( imoticon senyum)     

"Hee.. anak ini". Mata biru memandangi pesan gadisnya.      

"Dia memang gadis yang baik.. kau harus bersyukur, terlepas dia mencintai mu atau tidak. Lihatlah! dia selalu memperlakukan mu dengan cara yang baik. Perlakuan dia dengan cara yang baik pula..". Surya memberi saran, mendengar pengakuan beberapa waktu lalu tentang 'hendra yang mulai menggunakan fisik untuk mendesak istrinya'. Walau sejujurnya Surya tidak tahu kisah yang asli tapi dia sungguh khawatir.     

"Kau benar! aku selalu menuntutnya menyukai ku. Padahal jelas jelas Aruna dan anak Padang itu punya hubungan yang spesial sejak awal. Aku sebenarnya tidak masalah tak mendapatkan hatinya, aku hanya takut kehilangan dia. Aku bahkan takut pada waktu yang terus berjalan. Kau tahu?! aku takut tiba tiba sudah dua tahun saja dan Aruna benar-benar meninggalkan ku. Sampai sekarang dia masih memegang erat perjanjian pernikahan kita". Hendra baru pertama kali mengutarakan isi hati terdalam pada orang lain, Surya teman lamanya tapi jarang bahkan cenderung tidak memiliki kesempatan mendengar sebanyak ini. Tahu Traumatic syndrome disorder yang di derita Hendra saja baru akhir akhir ini.      

"kau yang dulu mendesaknya, kau juga yang harus bertanggung jawab Hendra. Jangan sesuka hati mu sendiri".      

"Entahlah.. aku kadang kesulitan mengendalikan diriku, Aku merasa perlu berkonsultasi pada Diana. Ada rasa di mana Aku ingin mengurungnya saja, dan rasa itu semakin lama semakin kuat. Aku ingin menyembunyikan nya di suatu tempat dan tak ada yang boleh tahu. Hanya aku yang bisa menemuinya. Keinginan itu membuat ku ngeri sendiri". Keluh Hendra memegangi dadanya.      

"Apa yang membuat mu punya perasaan seperti itu?".      

"Sudah ku bilang aku takut kehilangan dia".      

"Setakut itu sampai kau ingin menguasainya".      

"Bukan sekedar karena takut kehilangan, dia punya sesuatu yang terlalu berarti. Coba bayangkan dia tidak mengeluh sama sekali ketika ditemukan dalam kondisi dehidrasi parah setelah aku kunci. Aruna masih memaafkan ku dan berusaha memahami ku karena di perintah ayahnya. Orang macam apa yang bisa memiliki kelapangan hati seluas istriku. Aku yakin dia juga tahu dirinya di diagnosis syok Hipovolemik akibat dehidrasinya dan tak ada keluhan sedikit pun dari mulutnya tentang kondisi yang dia derita. Perempuan lain mungkin sudah berlari sambil memaki maki ku. Atau mukin mengajukan gugatan perceraian. Haha.. Aruna malah berlari pada ku 'Hendraa...' lalu memeluk dihadapan teman temannya padahal malam sebelumnya aku mencekiknya".      

"Apa?? Kau?? Kau mencekiknya??".      

"Iya.. dan semalam aku mendapatkan perlakuan manisnya, kau tahu sekarang yang aku rasakan apa??".      

"Apa?". Surya penasaran.      

"Rasanya neuron di otak ku melompat lompat kacau.. dan hati ku.. rasanya dada ku penuh.. antara senang, sedih, bimbang berkumpul jadi satu". Hendra lelaki yang terbiasa berfikir logis dan kesulitan mencerna perasaannya. Ketika pola yang dihadapinya adalah struktur acak yang baru, benar benar baru dia menjadi kacau. Sudut pandang tentang Aruna tidak selaras. Gadis ini menyuguhkan kondisi bertolak belakang antara perilaku umum (wajar) dengan perilaku uniknya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.