Ciuman Pertama Aruna

Titik Nadir



Titik Nadir

0"Rasanya neuron di otak ku melompat lompat kacau.. dan hati ku.. rasanya dada ku penuh.. antara senang, sedih, bimbang berkumpul jadi satu". Hendra lelaki yang terbiasa berpikir logis dan kesulitan mencerna perasaannya. Ketika pola yang dihadapinya adalah struktur acak yang baru, benar benar baru dia menjadi kacau. Sudut pandang tentang Aruna tidak selaras. Gadis ini menyuguhkan kondisi bertolak belakang antara perilaku umum (wajar) dengan perilaku uniknya.     
0

Surya mengunci mulutnya rapat rapat dia tahu Aruna berperilaku tak semestinya mulai kemarin pasti ada hubungannya dengan pemahaman baru yang diketahui gadis itu, tentang PSDT yang di idap Mahendra. Kini Surya yang merasa tertekan karena dia perlu menyembunyikan sesuatu dari atasannya yang tergolong manusia kritis.      

Keanehan yang disuguhkan istrinya saja sudah begitu pandai ditangkap padahal Aruna baru saja mendapat pemahaman, dia belum memperoleh breafing lebih lanjut bagaimana menjadi Psychosocial Therapist yang benar.      

[SEMALAM]     

Sampai Pada Titik Nadir     

Perjalanan ku telah sampai pada titik paling nadir. Jalanan di depan sana tak lagi terlihat, menjelma menjadi lorong hitam legam. Aku tidak mengerti siapa yang paling bertanggung jawab disini, aku mencintaimu dengan segala upaya ku. Namun kau menjauh dibawa jalan cerita mu.      

Hidup yang tergaris seperti goresan pedang samurai membelah dan membabat hutan untuk merintis jalan setapak. Aku sudah sejauh ini berlarian di dalam hutan, mencari mu yang dibawa lari dia yang tak mampu ku sebut namanya.      

Konon kabarnya dia sangat berkuasa, dengan ikatan yang diberi nama pernikahan. Dan aku hanyalah seutas tali rapuh yang menjeratmu dengan bahasa masa lalu. Apa makna sakral itu? jika keberadaannya bisa membunuh hati manusia.      

Sampai diujung malam ini akhirnya baru aku sadari diri ku siapa. Aku hampir lupa bahwa kau memiliki ikatan yang sempurna. Lalu bagaimana denganku yang masih berlarian mengembara di dalam hutan kiasan. Berharap perjumpaan sempurna dengan peri malam yang ditinggal pemiliknya.      

Sayang yang ku dapatkan bukan lagi peri tersesat apa lagi ditinggal pemiliknya. Si manusia kecil bersayap di dekap sang penguasanya sejalan dengan bius rasa kantuk yang menerpa. Seraya kau suguhkan titik nadir paling kejam.      

Dan aku sempoyongan memutuskan untuk tumbang.      

"Ciiiiitt... ". Mobil mobil berdecit, pengemudi menginjak paksa pedal remnya. Bagaimana tidak? seorang laki laki menyeberang jalan sembarangan, dia kosong tanpa isi.     

"Gila orang ini!!".      

"Woe Minggir!!".      

"Kau mau mati ya".      

Seperti malam sebelumnya Damar nekat mendatangi kamar Aruna, harapannya membumbung tinggi menembus langit-langit imajinasi. Dia pikir dia bisa berkesempatan menemani rona kemerahan bersama syair syair lagu yang tercipta atas dasar visualisasi sang gadis bernama Aruna.      

Nyatanya imajinasi selalu lebih indah dari pada realita yang ada. Baru saja dia sampai di depan pintu kamar inap sang pujaan. Kaca persegi panjang menyajikan pemandangan memedihkan mata. Jika dia bukan laki laki mungkin dia akan meneteskan air lambang kepedihan.      

Pemuda ini memilih mundur, menjauh. Aruna di dekap pemiliknya, dia terlelap dan pria itu leluasa meringkusnya. Kenikmatan yang Danu Umar bayangkan tiap malam adalah kenyataan untuk penantang yang kini berbalik menjadi pemilik.      

"Sreeak".      

"Bodoh kau!!". Seseorang terjatuh di tepian jalanan bersama pelantun tembang 'Rona Kemerahan', sekejap berikutnya truk besar meneriakkan bunyi "BIIIIIIIIP". Melesat kokoh penuh kemarahan. Bekas lintasan masih menimbulkan perbedaan tekanan udara sehingga hembusan angin sempat memberi rasa ngeri.      

"Bangun lah!! Bangun!". Penolong melontarkan perintah tanda dia harus segera menemukan kesadaran. Damar tak bisa mengelak, pria ini menggenggam jaket Hoodie-nya. Menarik tubuh kosong ke arah yang lebih lenggang.      

"Jangan bodoh hanya karena patah hati".      

"Hidup ini memang gila, tapi jangan sampai kau larut dan memilih mati karena kegilaan ini".      

"Kenapa kau peduli pada ku".      

"Karena keselamatan mu adalah misi pertama yang diperintahkan nona Aruna". Pria ini Juan, dia tadi sempat menyapa pemuda bernama Damar di lorong rumah sakit, tapi laki-laki ini tidak membalasnya. Dia seperti orang linglung yang sedang kacau, berjalan tanpa kendali dan tanpa memperhatikan lingkungan sekitarnya. Juan menatapnya dari kejauhan dan secara mengejutkan laki-laki pemilik gummy smile menyadari Damar ingin mengakhiri hidupnya dengan berjalan membelah keramaian lalu lintas malam.      

***     

"Hen.. waktumu tinggal 5 menit lagi, apa kau yakin bisa menyelesaikan kekacauan ini hanya dengan retorika saja". Surya hampir tidak yakin dengan metode yang digunakan Mahendra. Sejak kemarin spekulasi yang dibangun oleh para anggota legislatif daerah ini mulai mengarah pada ada upaya penghentian dream City.     

"Tenanglah Surya, Apa aku pernah mengecewakan? DM group tidak akan kalah hanya karena omong kosong?". Jawab Hendra santai.     

"Apa rencanamu?". Sekretaris Mahendra makin khawatir mengingat konferensi pers yang dilakukan CEO DM Grup menarik perhatian begitu banyak khalayak pengepul berita. Konferensi pers ini dilaksanakan langsung di depan gedung setengah jadi yang atapnya runtuh akibat sabotase pihak yang tidak bertanggung jawab. Anehnya beberapa legislatif yang awalnya mendukung mereka berbalik menjadi penyerang.      

Rombongan mobil Riswan mulai datang, walikota ini cukup mengagumkan terkait tindakannya yang bertanggung jawab atas setiap kejadian yang ditimpa DM construction. Dia pun dikejar-kejar oleh para mencari berita dan turut serta tutup mulut sesuai kehendak Mahendra. Hari ini keduanya akan mulai membuat pernyataan bersama tentang runtuhnya atap gedung lantai 7 perpustakaan yang memiliki konsep unik menyeluruh dan lain dari yang lain.      

Basa-basi mulai dikumandangkan oleh pengarah konferensi pers. Mahendra muncul pertama disusul berikutnya adalah walikota Riswan. Lambaian tangan dan senyum khas Hendra mengawali rasa penasaran yang semakin menjadi dari wajah-wajah pembawa kamera dan alat perekam.      

"Baiklah silakan.. saya enaknya panggil apa ya? pak Hendra atau mas Hendra?". Pengarah konferensi pers melempar ungkapan pencair suasana, sembari terus tersenyum dia menawarkan sesuatu untuk Mahendra.      

"Saya masih cukup muda asalkan tidak dipanggil kakek.. tidak akan jadi masalah". Celetuk Hendra mengundang tawa.      

"Oke?! Mas Hendra saja. Oh iya sebelum kita bahas sesuatu yang lebih serius banyak juga nih yang penasaran dengan pernikahan anda, bagaimana rasanya menjadi pengantin baru? Hehe". Briefing secara khusus memang diberikan kepada moderator atau lebih tepatnya MC konferensi pers. Sedikit melantur dan membuat suasana jadi seringan mungkin adalah misinya.      

"tak masalah ya ini saya jawab?". Hendra memecah dua kubu orang-orang yang berburu berita. Satunya mencaci-maki 'Kenapa kita tak fokus saja', satunya malah sumringah 'wah boleh-boleh ini akan jadi berita lain yang lebih hangat'.      

"karena sepertinya banyak yang penasaran, saya akan mencoba menjawabnya". Sebenarnya kubu yang menginginkan pembahasan receh ini tidak banyak, karena mayoritas yang datang bukan dari infotainmen atau hiburan semata. Mereka para wartawan politik ekonomi dan sosial. Tapi Mahendra memberikan kesan bahwa kubu yang menginginkan penjelasan tidak penting ini lebih banyak. Kesan yang di susun dengan sangat sengaja.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.