Ciuman Pertama Aruna

Berkenan Hadir



Berkenan Hadir

0"Duduk dulu.. minum dulu..". Aruna menenangkan suaminya, meminta pria itu untuk duduk di sofa dan segera menyuguhkan air putih. Hendra merasa lebih mudah menenangkan diri, dia tak lagi mencari obat seperti biasanya. Cukup dengan meneguk air putih yang disuguhkan Aruna, Hati mata biru sudah lebih tenang tidak bergejolak seperti sebelum sebelumnya.      
0

"Bagaimana? Sudah enakkan?". Sang perempuan bertanya lemah lembut, gadis ini berusaha sebisa mungkin menjadi psikososial terapis. Entah caranya benar atau salah, dia sendiri tidak tahu. Aruna hanya berusaha memperlakukan suaminya dengan baik.      

Gadis ini buru-buru merapikan hem yang sempat kusut karena dipegangi bodyguard kakeknya. Kemudian melepas jas yang dilekatkan Hendra pada tubuhnya, meminta Hendra kembali mengenakan jas tersebut.      

"kenapa dilepas?". Hendra kebingungan dengan cara gadis itu memaksanya mengenakan jasnya kembali. Termasuk perilaku Aruna yang berusaha merapikan Krah bajunya.      

"Tadi kamu sedang ditunggu kursi mu kan?, aku yakin itu artinya kamu harus segera menghadiri agenda rapat". Gadis ini bicara sambil sibuk merapikan rambut CEO DM Grup.      

"Aku tidak ingin berangkat". Mata biru masih enggan.      

"kenapa? Yang namanya tanggung jawab semarah apa pun harus dijalani". Gerutu Aruna.     

"Aku malas bertemu kakek ku, sekali-kali menjadi seperti ini tidak masalah kan?".      

"Nggak boleh!". Aruna menatapnya kemudian berucap lagi : "saat orang tua marah pada kita, kalau bisa jangan imbangi dengan marah pula".      

"Hah.. kau tidak mengenalnya, separah apa si lelaki tua itu".     

"Aku dulu juga tidak mengenal mu aku selalu merasa kau lelaki aneh dan misterius. Padahal sekarang semakin aku tahu ternyata makin tambah aneh!? Buktinya aku enggak pernah membenci mu".      

"Em..". pria ini terlihat berpikir.      

"sekali-kali mengalah tidak akan menjatuhkan harga dirimu, bisa jadi itu solusi agar kamu dan kakek mengawali pola berkomunikasi yang lebih baik. Terlepas kau marah atau malas,  tanggung jawab harus tetap dilaksanakan, dan aku sangat bangga pada orang yang menjalankan tanggung jawabnya padahal dia sedang marah". Rayu Aruna, meminta CEO Hendra tetap hadir dalam agenda rapat.      

"Aku berangkat karena kamu, ingat bukan karena aku mau". Wajahnya terlihat di tekuk tidak terima, namun lama lama berkenan berdiri.      

"ya terserah karena aku atau karena siapa pun, yang penting CEO Hendra tidak menanggalkan kewajibannya".      

Dengan wajah kurang berkenan. Dia berjalan memaksakan diri. Sayangnya berhenti sejenak kemudian berbalik membuka laci di bawah rak buku yang membentang. Ternyata Hendra mengeluarkan scraf. Lalu mengalungkannya pada Aruna membuat pita di leher perempuannya, sepertinya dia tidak mau noda merah yang dia buat tertangkap orang lain.     

"apa tadi sakit?". Hendra menanyakan caranya membuat noda merah di leher.      

"nggak usah ditanyakan lagi!". Si perempuan mencoba menjauhkan tangan Mahendra yang ingin memegangi bercak merah di leher.     

 "aku minta maaf".      

"Nggak perlu juga minta maaf, paling bertahan beberapa hari lalu mengulanginya, begitu aja terus sampai tiba tiba aku beneran hamil huuh.. !. Jengkel.      

Mata biru menunduk merasa sangat bersalah.     

"sudah sana pergi..! enggak apa-apa.. toh lama-lama sepertinya aku mulai terbiasa kau perlakukan begini. Berangkat sana nanti terlambat!".      

Dia yang akan menghadiri rapat di lantai D, berangkat dengan rasa lebih tenang dan yakin dari pada sebelumnya.      

Tapi sempat berdiri lama di pintu keluar. Seolah tak mau berhenti menatap perempuannya.      

"sudah.. berangkat saja sana! Jangan lupa temui aku sebelum jam enam. Aku janji aku akan tampil cantik". Pernyataan Aruna mengantarkan kepergian Mahendra. Menghilang di balik pintu.      

***     

"Kamu tidak menginginkan cek ini?!. Pertimbangkan dengan matang sebelum membuat keputusan".      

"Hee... Aku berharap diri ku sedang mimpi buruk, bisa-bisanya wakil ku sendiri menyodorkan cek untuk menghentikan dreams city".      

"lihatlah besarnya tak akan mengecewakan, satu tahun gaji dan tunjangan kita".     

"apa kamu tak sadar? dreams city adalah impian ku?!, apa isi otak mu sampai kau berpikir orang yang memiliki gagasan dan goal besar dreams city mau menukarnya dengan uang?!". Riswan sedang kecewa berat wakil Walikota yang secara terang-terangan menyodorkan cek sebagai upaya untuk menghentikan project dreams city. Salah satunya permintaannya tidak lagi bekerja sama dengan DM construction.      

"Kalau boleh tahu siapa yang meminta mu mengirim cek ini pada ku?". Riswan penasaran.      

"Tidak ada, ini adalah inisiatif ku sendiri". Balas wakil walikota.      

"Hahaha itu sangat tidak masuk akal, melihat diri mu yang cenderung penyuka uang. Kemudian mengaku berinisiatif memberi ku cek. Sungguh aku tak yakin".      

Namun bersama dengan ungkapannya kerutan alis walikota Riswan perlahan tertangkap. Dia membutuhkan cek itu untuk melacak siapa dibalik semuanya. Hendra pasti sangat senang sekali.      

"tolong simpan cek itu untuk ku, aku bisa jadi.. akan berubah pikiran sehari atau dua hari atau bahkan tiga hari ke depan. Maka dari itu pastikan ceknya selalu aman". Sang Walikota memberikan instruksinya kepada wakil Walikota nya.      

***      

Kedatangan Mahendra di lantai D, menimbulkan aura tersendiri. Dia baru saja berselisih dengan tetua. Tak biasanya berkenan hadir. Namun kali ini berbeda dia terlihat duduk dengan tenang di hadapan kakeknya : "maafkan Aku".      

Ada ungkapan permintaan maaf yang terselip sejenak. Membuat orang-orang di sekitarnya menoleh seketika. Dan Mahendra datar tidak peduli.     

Sang kakek menatapnya lebih lama, merasa turut bersalah terhadap apa yang dia lakukan. Dia pun membuat balasan dari permintaan maaf Mahendra : "Perlakukan Putri Lesmana dengan baik, Aku punya beban moral terhadap ayahnya".      

"Walaupun aku sering melakukan kesalahan, Aku punya cinta untuk istri ku. Sesungguhnya aku selalu berupaya berperilaku baik padanya, walaupun kadang masih sering kesulitan mengendalikan diri ku. Tolong beri aku kesempatan, jangan bawa dia kembali pada ayahnya".      

Mereka saling berbicara tanpa melihat satu sama lain, nadanya datar dan dingin. seperti itu saja sudah sangat luar biasa dibanding cara komunikasi mereka sebelum-sebelumnya. Dua makhluk copy-paste yang sama-sama keras kepala berkenan menanggalkan kekakuannya sejenak     

***     

"Kamu sudah siap?".      

"Ya..". Aruna keluar dari pintu mobil dibantu Hendra suaminya. kedatangan mereka langsung disambut seseorang dari pihak stasiun TV. Jarang sekali seorang CEO dari sebuah stasiun TV berkenan hadir pada acara di stasiun TV swasta pesaing.     

Awalnya si mungil istrinya berpikir stasiun TV yang akan di datangi adalah Nara&Tv. Nyatanya wawancara eksklusif atas pernikahannya mereka dilangsungkan di stasiun TV swasta lain.      

Stasiun TV yang sering menghadirkan acara gosip atau infotaiment. Memang salah satu program yang paling spektakuler adalah program talk show (bincang bincang) santai tapi serius mengusung nama for you bersama dua orang pembawa acara tersohor di seantero negeri.      

Siapa yang tidak kenal Biyan Tirta dan Lalita Ayu. Caranya membawakan ringan tapi yang paling diminati oleh penonton mereka ialah mereka mampu meneliti begitu dalam sebuah kasus atau sesuatu yang sedang diperbincangkan dengan ringan kadang penuh guyonan.      

"wah syukurlah sudah datang ternyata, silakan duduk kita bicara santai dulu ya". Biyan dan ayu mendekati pasangan yang akan mereka wawancarai secara live satu jam lagi. Terlihat Hendra sempat menggeser tempat duduk Aruna sebelum dirinya duduk.      

"Kira-kira adakah batasan yang tidak boleh kita tanyakan?". Ayu melempar pertanyaan pada dua orang di depannya.      

"kapan kita punya baby?! Hehe". Hendra menjawab sambil bercanda.      

"lho kenapa pertanyaan semacam itu tidak boleh". Si ayu juga berujar sambil bercanda, awalnya dia tertangkap tegang karena yang dihadapi adalah CEO DM Grup, lelaki yang sempat viral dengan sebutan paras malaikat termasuk latarbelakangnya sebagai pewaris tunggal perusahaan multi Nasional bahkan perhotelan di kota besar Asia tenggara beberapa adalah miliknya.      

"karena istri ku belum siap". Jawab Mahendra. Aruna hanya tersenyum mengimbanginya.      

"Wah padahal itu pertanyaan kunci yang bisa mengembang kemana-mana loh". Tambah Biyan.      

"Aku tadi hanya bercanda, tak masalah kalian tanyakan, sayangnya ku yakin istriku belum bisa menjawabnya". Lengkap Hendra sambil tersenyum ramah, sedang menjahili Aruna yang terlalu tegang.      

"Hen..". Aruna berucap lirih memanggilnya dengan wajah cemberut, Hendra malah tersenyum manis. Mendekat dan mencium pipinya sembari membisikkan sesuatu : "ingat panggil aku mas Hendra atau sayang ketika di depan publik oke". Lirih hanya untuk telinga istrinya.     

Si mungil mengangguk beberapa kali.      

Interaksi itu membuat  dua orang di depannya tertangkap canggung.      

"Wah Anda berdua tampak sangat hangat satu sama lainnya ya". Sentil Biyan, tersenyum penuh arti. Entah dia berpikir bahwa cara itu sering ditunjukkan para pasangan yang hadir dalam wawancara eksklusif agar terlihat harmonis, atau memang dia benar-benar terpana.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.