Ciuman Pertama Aruna

Penghuni Lama



Penghuni Lama

0"Bip bip bip". Bunyi telepon sudah berulang kali terdengar bahkan pintu kamar vvip pewaris tunggal Djoyo Makmur grup telah diketuk berulang kali namun penghuni di dalamnya belum berkenan untuk beranjak bangkit. Hendra dan Aruna masih senantiasa terlelap sejak dini hari.      
0

Matahari bukan lagi menyapa dia sudah tertawa riang di luar sana, memberi rasa hangat untuk penghuni kota metropolitan, sepertinya rasa hangat itu juga sedang menyapa dua makhluk yang saling berpelukan pada tidurnya. Mereka tak menyadari akan berakhir begini mengingat semalam si gadis tidak berkenan di temani apalagi di peluk seperti ini oleh suaminya sendiri. Nyata nya sang perempuan yang mendekap dan menyusup ke dada paras malaikat yang berhasil membuat kesan hangat semalam dengan mengajakanya berjalan jalan menyusuri udara kebebasan.      

"Hendra besok kita jalan jalan lagi seperti malam ini ya". Pintanya dalam kantuk.      

"Ya.. asal kamu kembali ceria". Balas pengemudi di depan.      

"Apa kamu bahagia hari ini?". Tanya Aruna.     

"Sangat". Tegas Hendra.     

"Aku juga..". Lirih sang perempuan.     

"Kau tidak sekaku dugaan ku, maaf sudah salah besar selama ini". Tambahnya.      

"Kau juga tidak sesulit yang aku pikirkan, sepertinya ini salah ku.. kamu tidak banyak aku izinkan untuk menikmati kehidupan di luar rumah induk. Pasti itu yang membuat mu jenuh dan tak sehangat dulu". Suara Hendra terhempas udara dan terbang begitu saja, dia tersenyum sendiri menyadari punggungnya makin berat karena gadisnya sudah terbang ke alam mimpi.      

***     

"Kau tahu aku sudah melepasnya". Kata pemuda ini menyuguhkan gummy smile.      

"Rasanya menyakitkan, tapi hidup harus realistis. Jadi ada juga rasa lain dibalik sakit, yaitu lega". Tambahnya. Tembakau terbang ke udara melayang memberi bau khas yang menempel kemana mana.      

"Tidak ada kisah yang sama, tidak ada yang lebih mudah dan lebih ringan". Pria dengan rambut mulai memanjang mematikan tembakaunya. Dia kembali mengamati handphone di tangan yang demikian berisik memanggil. lalu segera dimatikan.      

"Aku dan syakila sudah enam tahun bersama, mana yang lebih berat dari pada sebuah hubungan tanpa status yang kau usung". Dia yang realistis mencoba menggoyahkan hati lawan bicaranya untuk menerima kenyataan.     

"Apakah kamu bersama tiap saat?". Tanya si gondrong sebari menyeruput kopi di hadapannya. Dibiarkan rambut itu menutupi dirinya. Dan syal tebal membungkus leher di hari yang hangat. Untuk berjaga jaga dari perilaku fans fanatik atau kumpulan manusia kepo karena isu hangat yang di hembuskan media, dia siap bersembunyi kapan saja.      

"Aku dekat dengannya sejak SMA lalu aku pergi ke keluar negeri untuk menempuh pendidikan selama 4 tahun, kami masih saling mengunjungi dan di bulan ke enam setelah aku pulang, kebersamaan kami berakhir. Karena dia harus menjalankan pertunangan sialan itu". Jelas lelaki yang ditangisi habis habisan oleh gadisnya, Syakila. Gadis itu sedang kacau luar bisa mengurung diri di kamar dan di biarkan oleh keluarganya. Keluarga Baskoro dan Tarantula grup sama sama menginginkan pernikahan pelebar sayap bisnis.     

Dengan membiarkan anak perempuan hancur atau perusahaan terpuruk stagenan sama peliknya. Dan anak hancur adalah hal yang wajar bagi mereka mereka pemangku kekuasaan asal perusahaan yang menjadi lambang kehormatan semakin kokoh berkembang.      

"Dia.. Memberi ku segalanya ketika aku sudah lelah menjalani hidup bersama ibu ku. Segalanya, pola makan ku, alarm kuliah ku, semua ritme hidup ku adalah Aruna. Kami tidak punya ikatan tapi kebersamaan kami lebih dari semua ikatan". Jelasnya.      

"Andai aku bisa realistis, aku akan pergi sejak dulu. semakin aku pergi semakin hidup ku hancur. Dia tujuan ku, dua tahun lagi dia akan pulang. Dan aku orang pertama yang akan menyambutnya di tempat yang sama". Tambahnya.     

"Jika dua tahun lagi tidak terjadi hal yang kamu inginkan, bagaimana dengan mu?". Tanya Gummy smile.      

"Yang penting aku sudah berusaha sampai disana karena meninggalkannya malah berdampak parah untuk jiwa ku, aku sudah mencoba dan tidak bisa".      

"Kau akan tetap bertahan dengan kegilaan ini?".      

"Bukan sekedar bertahan. Ini tempat yang aku inginkan, karena dengan begini aku temukan tujuan hidup ku".      

"Lalu bagaimana dengan nona. Apa kau tak kasihan dengannya?. Sebenarnya dia yang paling menderita. Kalian berdua, kau dan suaminya sama sama menyandera nona. Hanya saja kamu tidak nampak secara nyata. Pikirkan kembali kata-kata ku!". Pemuda dengan style luar biasa ini termasuk salah satu pengawal yang selalu mengamati gerak gerik Aruna selama dirinya di tugaskan di rumah induk. Dia menggamati agar bisa menjadi pengawalnya, namun secara tersirat dia tahu gadis itu menyimpan banyak pilu dalam sikapnya yang perlahan berubah.     

***     

"Ah' jam berapa ini?". CEO DM Grup berupaya bangkit dari tidurnya. Namun diurungkan, ada perempuan yang sedang bertumpu di tangannya. Pria ini berupaya meraih raih handphone pada nakas.      

_Oh ya tuhan.. sebanyak ini yang menghubungi ku_     

Daftar teleponnya dipenuhi dengan nama Surya, Walikota dan para pimpinan lantai D, belum yang lain.     

.     

"Hallo! Juan kau dimana!".      

"Ada yang bisa saya bantu?".      

"Titip jaga istri ku, dia masih tidur di kamar pribadi ku Djoyo Rizt Hotel".      

"Oke baik". Balas pengawal Aruna.      

Hendra menurunkan perlahan tubuh di lengannya, dan bangkit sehalus mungkin berharap si mungil tetap terlelap dalam mimpi.      

***     

"Riswan! kau sudah menunggu lama". Sapa pria yang kini telah rapi, sangat rapi dengan tampilan maskulin mengenakan setelan jas berwarna navi dengan dasi termasuk sepatu senada.      

"Aku membuang waktu berharga ku hanya untuk menunggu laki laki tidur nyenyak bersama istrinya, huuh tercoreng jabatan ku". Gurau Riswan mencicipi kudapan di sofa ruang kerja Mahendra.      

Mata biru ikut duduk, dia tertarik dengan kudapan di hadapannya. Perutnya sungguh terasa lapar.      

"Baiklah jangan buang buang waktu lagi. Ayo!". Riswan berdiri. Si lawan bicara bahkan belum sempat menyusupkan kudapan pada mulutnya, dia sedang mengangkat kudapan dan aromanya sudah tercium harum sungguh nanggung.      

"Tunggu tunggu sebentar!". Meraih beberapa suapan.      

"Tapi ngomong ngomong punya akses ke lantai D". Telisik Hendra bingung.      

Walikota menunjukan kartunya sembari berucap : "Aku penghuni lama, kode ku dan mata ku masih sama".      

.     

.     

"Dari mana kau dapatkan cek ini". Telisik Thomas.      

"Aku merasa tidak asing". Thomas menambahkan.      

"Biarkan tim ku mencari tahu". Pradita ikut mengamatinya.      

Dan Riswan mulai menceritakan bagaimana dia menerima suap sialan dari wakil walikotanya dan bagaimana pria yang mendompleng dirinya itu berupaya keras menutupi asal muasal cek misterius di tangannya.     

"Kita apakan enaknya orang tidak tahu diri itu". Celetuk Riswan terbawa emosinya.      

"Hehe.. mari kita jadikan dia boneka kita". Senyum mata biru membuat yang lain penasaran.      

"Ancam dia dengan menakut nakutinya, rekam semua transaksi mu dan komunikasi mu bersama Wakil Walikota. Lalu sampaikan padanya bahwa kamu akan menjadikan bukti itu untuk lapor kepolisian. Dia akan tunduk pada kita". Semua peserta rapat tersenyum mendengar ungkapan CEO mereka.      

"Artinya kita bahkan bisa memaksanya untuk mengungkapkan kebenaran". Tambah Riswan.     

"Benar sekali".      

"BRAK!".     

"Tuaan.. Tuaan.. Mohon ampuni aku..". Pria berwajah pucat tak tersentuh matahari karena sudah nyenyak di sel bawah tanah lantai D sedang berlutut ketakutan.      

Kali ini ada yang berbeda, Hendra sendiri yang berdiri meraih Glock 20 sebuah pistol yang mampu memuat 15 peluru 10 mm yang masing-masingnya dapat dilontarkan hingga kecepatan 1600 kaki per detik. Senjata yang biasa digunakan untuk militer. Entah bagaimana ceritanya para elit pengamanan dari lantai D bisa akrab dengan senjata mematikan dengan akurasi sangat tinggi.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.