Ciuman Pertama Aruna

Semi Industrial



Semi Industrial

"Style sporty nya kita beli ya.. em.. kenapa wajah mu melas gitu". Gadis naif mulai kambuh.      

"L A P A A R". Jawab Hendra malas.      

"Makanya cepet". Teriak si perempuan tidak tahu diri.      

"Ini yang terakhir ya..". Rengeknya mulai lelah.     

.     

"Hendra kali ini kamu tampak berbeda, streetwear emang bukan kamu banget. tinggal..". Aruna mengambil topi untuk mata biru.      

Gaya streetwear adalah gaya yang sangat berbeda bagi Hendra, Padahal Style streetwear hits di kalangan pria modern saat ini. Dengan mengusung kaos panjang atau kemeja slim fit polos tapi gak lebay, celana panjang jeans atau celana jogger dan tak lupa menggunakan sepatu sneakers, Hendra di dandani ala streetwear 101.     

"Merunduklah sedikit". Pinta gadisnya. Meletakan topi.     

"Lalu tambah kacamata..". Dia menyelipkan kacamata menutupi mata birunya yang memikat itu.     

"Nah.. akhirnya nggak keliatan Hendra..". Dia puas merubah style CEO DM Grup si lelaki formal sepanjang hari.      

"Sayangnya… ada yang kurang nih.. apa ya..??". Tapi belum membuatnya puas seratus persen. Sedangkan mata biru hanya pasrah saja dari tadi.      

"Oh! Aku tahu.. supaya kamu tidak dapat dinikmati orang lain gunakan ini!". Perintah tegas istrinya.      

"Aruna.. aku dah capek banget gini.. ujung ujungnya pakai masker. Tanpa ganti baju pun kalau pakai masker dan kacamata mana ada yang tahu itu aku.. Hais' menyusahkan!". Gerutu cucu Wiryo.      

"Ha ha ha.. soalnya style mu sangat membosankan". Aruna nggak mau diomeli.      

"Sekali kali rubahlah jenis baju mu.. biar nggak itu itu mulu.. dah kayak bapak bapak.. tahu nggak sih". Giliran istri ngomel.      

"Iya.. Bapak bapak dilarang bikin baby". Celetuknya.     

"Jangan marah.. ingat, kamu yang bikin MOU nya.. dan aku adalah pelaksana yang baik. Maka dari itu sebagai pembuat kebijakan harusnya kau juga konsisten".     

"Kau memarahi ku dah mirip emak emak yang lagi demo anggota DPR suka bikin kebijakan tapi lupa bijak". Keluhan itu beradu di lorong ruang ganti pakaian.      

"Nah itu.. kamu banget itu..". Aruna makin menjerumuskannya dalam kesalahan.     

.     

Mereka berdiri di kasir dengan bentukan aneh, Terutama pria yang di bungkus rapat di belakang perempuan kecil.      

"Kenapa mbak liatin suami ku". Aruna sebal kepada mbak kasir Mentari Department Store yang merupakan Department Store milik mata biru. Tenyata masih bagian dari anak perusahaan DM Grup.      

"Apa suami anda artis?, kenapa dia pakai masker hitam?". Mbak kasir penasaran.     

"Giginya tidak rata.. karena posturnya oke, jadi supaya keren aku minta dia pakai masker. Gimana ide ku baguskan?". Bisik Aruna pada mbak kasir.      

"Pluk!". Dompet prianya mendarat di kepala Aruna sebelum terbuka dan menyerahkan platinum card alias kartu ajaib pada petugas kasir. Dulu melalui kartu ini dia berhasil mencuri ciuman pertama Aruna.     

.     

.     

"Hendra.. tahu nggak?.. aku tuh selalu lupa bawa uang saku yang kau selipkan di laci nakas". Si gadis sedang merayunya. Mereka lagi menikmati makan malam bersama. Duduk berdua di meja dekat jendela cafe, sebuah desain interior cafe bergaya semi industrial yang kian populer pada masa kini tersaji di hadapan keduanya.      

Cafe pilihan Hendra memang artistic sama seperti dirinya. Dindingnya di ekspos memberikan kesan dingin sekaligus lusuh, kemudian di hias dengan berbagai hiasan dinding berupa papan nama yang juga terlihat lusuh namun elegan.     

Bagian lantainya dilapisi menggunakan lantai keramik dengan warna netral berpola sederhana. Di bagian langit-langit ada sebuah chandelier yang membuat desain interior cafe ini terlihat elegan. Jendelanya berukuran besar dan dibiarkan tanpa tirai sehingga kamu bisa merasakan sinar matahari dari dalam bangunan. Sedangkan di malam hari jalanan di luar menawarkan lalu lalang denyut kehidupan yang layak dinimati tiap saat.      

"Lalu..". Mahendra sedang kesusahan makan karena kacamatanya tak di izinkan terlepas termasuk masker hitam sialan ini.      

"Aku kan istri mu.. masak aku nggak punya kartu persegi panjang yang tinggal gesek. Juan aja.. cuma ajudan ku, punya.. bayangkan nona nya terlihat lebih miskin. Aku tadi hutang ke dia.. Ah aku lupa membayarnya". Aruna konsisten merayu.      

"Jadi istri ku minta ini". Hendra menyodorkan kartu ajaib, sebutan lain dari credit card unlimited priority pass milik Hendra.      

"He he iya..". Aruna menyentuhnya dan menariknya perlahan. Hendra memencet ujung kartu.      

"Ada syaratnya.. heee". Si pria tersenyum menyeringai penuh makna.      

"Pasti aneh aneh, huuh..". Keluh Aruna.      

"Mau nggak??". Dia sedang menggencarkan negosiasi.      

"Mau sih tapi..". Aruna ragu dia hafal keinginan Hendra tidak jauh jauh dari hal hal berbau mesum.      

"Mau.. Mandi bareng". Hendra mengedipkan matanya genit dan gadisnya makin merinding.     

"Nggak Ah'. Aku malu..". Aruna panik sendiri.      

_Kalau dimintai langsung belum bisa. Sudah waktunya pakai trik lain_. Hendra menggunakan otaknya agar mendapatkan sesuatu yang terlarang pada Mou. Dia perlu membangun habits baru pada istri mungil menggemaskan. Bikin gemas karena dia konsisten dengan aturan yang dia buat sendiri. Seperti keberhasilannya membangun kebiasaan ciuman berbalas pada Aruna.      

"Pakai baju lengkap nggak masalah.. asal kita sama sama dalam satu mangkok kuah bathroom kita, Bagaimana menurut mu". Sang suami perjanjian pernikahan mulai mengusik keteguhan hati Aruna. Bagaimana tidak dia akan dapat kartu ajaib Vs mandi bareng pakai baju lengkap. Kalau dia sendiri yang tidak bisa menahan diri bagaimana? tapi platinum card juga salah satu benda dengan daya tarik menggiurkan untuk siapa pun termasuk dirinya yang sering diperlihatkan betapa ajaibnya fungsi benda itu.      

"Aku pikirkan dulu".      

_Supaya mandinya sebentar aku dan Hendra harus pulang larut malam, baru berendam langsung ngantuk_     

"Hi hi hi". Aruna tertawa sendiri.      

"apa yang kamu tertawakan?".     

_Dasar gadis nakal!, nggak tahu penolakan mu membuat hati ku hancur. Bukan hati sih tapi.. ah sudahlah.. nasib ku.. kapan berubahnya??_ Hendra sedang galau maksimal.      

 "Kau menertawakan ku?". laki laki yang terbelenggu kesepakatan pelik buatannya sendiri lagi kacau balau dan sensitif.      

"enggak.. aku cuma mau bilang.. aku menerima tantangan mu". Suguh Aruna.      

"APA??".      

"Prank". Pria bersemangat berdiri sembarangan membuat meja ikut bergeser dan minuman tumpah dua gelas kaca jatuh ke lantai. Aruna terkejut mengangkat kedua tanganya.      

"Hen! kau terlalu bersemangat membuat ku takut saja". Aruna jadi kacau ingin menarik ucapanya.      

"Tenang tenang.. aku tidak akan nakal..". Hendra berusaha stabil kembali atau si gadis pelit mengurungkan niatnya.      

"Janji". Aruna menodong perjanjian. Pelayan restoran sudah mulai datang membersihkan kelakuan tuan muda Djoyodiningrat. Dia buru buru menyodorkan platinum card pada istrinya.      

"Sedikit jail bukan masalah kan.. Sekarang ini milik mu (kartu ajaib), silahkan bayar makanan kita lalu kita pulang". Hendra tidak mau berjanji dia mungkin akan jahil sedikit, atau lebih parah lagi membuat istrinya larut dalam dekapannya dan… : "Heee…".      

Dia masih senyam senyum seperti orang gila.      

"Hendra.. aku mau nonton dulu". Pinta perusak logika.      

"Y A A A H….". Senyumnya hilang seketika.      

.     

.     

__________________________     

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/     

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^     

Hadiah anda adalah motivasi untuk kreasi saya. Beri aku lebih banyak motivasi!     

Silahkan tinggalkan jejak komentar, aku selalu membacanya.     

Review bintang 5     

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak     

INFO : Instagram bluehadyan, fansbase CPA (Hendra, Aruna, Damar)     

Nikmati Cuplikan seru, spoiler dan visualisasi CPA     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.