Ciuman Pertama Aruna

Korban Sebagai Pelaku



Korban Sebagai Pelaku

0"Ada apa denganku? kenapa rasanya ada yang aneh ya..". perempuan ini merasa gelisah, sesuatu di dadanya terasa ada nyeri pada sisi kanan dan sisi kiri.      
0

Dia sudah bertanya pada Hendra siapa yang menggantikan bajunya semalam. Hendra bilang itu para pelayannya dan dia tertidur kembali terlihat sangat mengantuk. Si mata biru mengatakan tidak boleh ada yang membangunkannya termasuk jika ada orang kantor yang datang ke rumah induk bilang saja persiapan honeymoon.      

Ketika Aruna pergi ke kamar mandi dan mulai membuka dirinya. Aruna merasa ada sesuatu yang berbeda, sesuatu yang menyertai dadanya tampak berubah. Dia yang awalnya tersembunyi menjadi lebih menonjol. Yang warnanya merah jambu jadi ungu. Bahkan pada ujung yang keluar dari persembunyian tertangkap ada bekas lukanya.      

Aruna buru buru mandi, dia ingin mengkonfirmasi banyak hal kepada mata biru.      

"Hen bangun!, ayo bangun...!". Gadis itu sedang penasaran dia kah pelakunya? tidak mungkin sesuatu bisa sampai terluka tanpa sebab.      

"bangun! bangun sekarang juga!!". Sudah berkali-kali dibangunkan tapi tak berhasil.     

"Aku benar-benar masih ngantuk". Sang pria mengeluh.      

"Ayolah cepat bangun!, sesuatu di dada ku nyeri sekali. Apa lagi pucuknya rasanya seperti ada sayatan". Mendengar keluhan istrinya mata biru langsung tersentak dan bangun.      

"Ada apa mana mana?!, mana yang sakit?!". Hendra terlihat panik.      

"Kau pasti pelakunya!". Gertak Aruna.      

"Pelaku apa lagi". Gelisah Hendra sedang ditutupi kasus pencurian pelik semalam.     

"Milik ku tidak akan ada bekas kalau tidak ada yang menyentuh itu". Aruna mulai marah.      

Hendra merasa akan ada bencana ke empat yang menghantam dirinya, sebelum semua itu terjadi dia perlu mengarang cerita.      

"Apa tentang dua lingkaran kenyal di dada mu?". Hendra pura-pura mencari tahu.     

"Jadi ceritanya semalam kan kamu minum whisky tanpa sengaja.. nah setelah meminumnya.. mungkin kamu langsung tidak sadar ketika kamu sedang bergejolak aneh luar biasa.. lalu kamu meminta dan memohon pada ku untuk melepaskan baju mu. Baru saja aku buka baju mu. Tiba tiba kamu menerkam ku lalu memohon mohon pada ku bla bla bla..". dasar jahil yang pandai mengarang kata-kata. Dia menceritakan dirinya seolah-olah terpojok karena Aruna dipengaruhi oleh minuman terlarang. Aruna sampai merinding sendiri mendengar cerita itu. Ia meminta Hendra menghentikan ceritanya. Perlahan gadis tertipu menangis sejadi-jadinya.      

Tapi tangisannya tidak berlangsung lama. Dia menyadari sesuatu.     

"kau yang menaruh whisky di kamar mandi kan? Berarti ada kesengajaan! Artinya tetap kamu yang bersalah". Aruna tidak mau disalahkan padahal memang dia tidak bersalah.     

"Ya aku akan terima lapang dada tuduhan istri ku, sebagai suami yang baik emang harus begini, mengalah dan selalu kalah". membual lagi Dan lagi.      

"Hendra jangan sok bijak kamu... Argh...". perempuan ini mengambil pillow dan memukuli laki-laki di hadapannya. Tidak sakit sih, karena itu hanya sebuah bantal empuk. Dia memahami rasa nyeri di dada Aruna pasti lebih menyakitkan. Apalagi dia kena tipu oleh mulut pria dengan kemampuan beretorika level epic.      

_Ah aku selamat.. syukurlah yang aku dapatkan hanya gebukan bantal hehe sangat ringan dari pada bencana dalam ekspektasi ku_ Mahendra mensyukuri apa yang sedang terjadi, mensyukuri punya istri cenderung polos dan mudah dibohongi.      

Setelah puas dan kelelahan memukuli Hendra seperti biasa dia menangis lagi. Sebagai pria yang sedang berpura pura, Mahendra mendekat dan memeluk Aruna mengelus rambut dan pundaknya terselip makna : 'harus tabah sayang'.      

_Hais' Aku lelaki sialan_ Dia memaki dirinya sendiri, si pencuri ulung paling mutakhir.      

"Kalau ada yang robek atau ada yang sakit nanti aku carikan obatnya, gak usah menangis okey!". Bujuk hendra ingin menggulung lidahnya sendiri.     

Akhirnya Aruna mencoba menelan tangisnya.      

Sedangkan mata biru menelan ludahnya mengingat kejadian semalam yang begitu membekas di dalam ingatan.      

_korban yang dituduh sebagai pelaku, malang benar nasib istri ku_     

Ingin tertawa, tapi kasihan juga.      

***     

"Tok tok tok".      

"Nona.. nona Aruna". Ada panggilan dari luar kamar. Di siang menuju sore tempat dimana dua anak manusia sedang sibuk mengemas kebutuhan untuk honeymoon.      

"Aruna kalau pelayan itu mengatakan Aku dicari orang-orang kantor bilang aja tuan muda sedang sibuk belum bisa di temui". Hendra memberikan pesan tidak berkenan diganggu oleh pekerjaan kantor. Sejak dia bangun sudah puluhan kali handphonenya berdering belum lagi Surya yang datang tapi diabaikan. Dia pura-pura sakit pula. Padahal besok Surya juga akan ikut serta pergi ke Bali. Malang benar sekretaris itu masih bekerja penuh semangat, beda sama CEO nya yang lebih suka nemenin nyonya kecil.      

"Dasar anak nakal! sedang bolos!". Gerutu Aruna.     

"Yang benar saja siapa yang menyuguhkan tangisan terus dari aku membuka mata tak ada habisnya.. minta ditemani, minta ini, minta itu, bingung karena itunya sakit". Ucapan Hendra masih seputar retorika kejadian semalam yang diputarbalikkan faktanya.     

"Eehmmm.. . Jangan bahas itu lagi". Protes Aruna.     

"Aku kan malu..:". Cemberutnya.     

.     

.     

Dalam percakapan sebelumnya sebenarnya si nona mengabaikan ketokan pintu berulang.     

Ketika si nona kecil membuka pintu kamar menjulang, dia sangat terkejut sebeb pesan yang dibawa oleh pelayan rumah induk bukan lagi mencari Mahendra CEO DM grup yang sedang yang bolos kerja dengan dalih ingin menemani istrinya dan packing untuk acara honeymoon besok.     

Ternyata yang datang adalah kakak Aruna, anantha ingin bertemu dengan adiknya.      

"Hendra kakak datang, jangan terus-terusan pakai boxer dan kaos tipis banana, cepat ganti baju mu dan temui kakak". Saran Aruna melihat suaminya makin lama makin gak jelas saja kelakuannya.      

"Kau juga kenakan penutup dua lingkaran jangan keluar dengan hanya pakai baju selapis". Protes Hendra, melihat kuncup meruncing yang semalam dia kulum.      

"Kan itunya masih sakit...". keluh Aruna.     

Bagaimana pun juga bagian bagian tertentu pada tubuh perempuan memang akan menimbulkan efek seperti rasa nyeri, perih dan lain lain saat tersentuh untuk pertama kalinya oleh lawan jenis.      

"Duh kasihannya istri ku.. tapi kamu bisa pakai baju tebal kan sayang..". Hendra bangkit untuk berganti baju dan meminta Aruna untuk memilih baju yang tepat.      

Dua pasang suami istri segera keluar menemui kak Anantha yang nampaknya sudah menunggu lama. Ternyata Anantha tidak datang sendirian. Dia ditemani seseorang yang dulu pernah berkenalan dengan nama Gibran.      

_Di dunia ini banyak sekali yang bernama Gibran, laki-laki yang gadisnya memutuskan bunuh diri jatuh dari lantai 7 pusat perbelanjaan kemarin, juga bernama Gibran_ gumam Mahendra.      

.     

.     

__________________________     

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/     

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^     

Hadiah anda adalah motivasi untuk kreasi saya. Beri aku lebih banyak motivasi!     

Silahkan tinggalkan jejak komentar, aku selalu membacanya.     

Review bintang 5, kalau bisa kalimat ya kak ^^     

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak     

INFO : Instagram bluehadyan, fansbase CPA (Hendra, Aruna, Damar)     

Nikmati Cuplikan seru, spoiler dan visualisasi CPA     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.