Ciuman Pertama Aruna

Kosong Melompong



Kosong Melompong

0_Di dunia ini banyak sekali yang bernama Gibran, laki-laki yang gadisnya memutuskan bunuh diri jatuh dari lantai 7 pusat perbelanjaan kemarin.. juga bernama Gibran_ gumam Mahendra.      
0

Sesaat setelah berjabat tangan, beberapa camilan dan hidangan keluar. Kakak ananta diterima di ruang khusus tamu keluarga. Ruangan hangat yang memajang foto-foto Hendra sejak dia kecil belia hingga dewasa. Termasuk buku-buku dan ornamen ruangan juga bernuansa hangat ditambah lampu temaran. Ruang pertama tempat Aruna menunggu Hendra yang kala itu dipanggil terlebih dahulu oleh ajudan kakek Wiryo.      

Aruna tersenyum pada kakaknya dia sangat bahagia kakak datang, ayahnya saja belum mengunjunginya di rumah induk. Namun anantha sampai mengunjunginya lebih dahulu. Bersama duduknya Aruna, Hendra pun juga duduk di sampingnya menyelipkan salah satu tangan pada pinggang istri mungil kesayangan.      

"Sebenarnya aku kesini khusus untuk berbicara dengan Aruna. Bisakah kau beri kami ruang privasi". Pinta anantha.     

"baiklah akan ku beri ruang privasi kalau laki-laki yang ada di samping mu juga pergi". Hendra tidak terima di suruh menjauh oleh anantha. Jika ini masalah privasi antara keluarga mengapa laki-laki bernama Gibran yang masih setia mengenakan hadiah dari Aruna, gelang etnik surat ajaib masih diizinkan anantha duduk di tempat yang sama.      

"Huh kau memang menyusahkan saja". Keluh kakak ipar.     

"Huh dasar kakak aneh, mengusir adik iparnya dan membiarkan orang lain berbicara pada adiknya di anggap bagian dari sebuah privasi". Ejekan itu dikembalikan kepada pemiliknya oleh Mahendra.     

"okey, kau boleh mendengarkan percakapan kami bertiga". Anantha akhirnya mengizinkan Mahendra mendengarkan diskusi rancana penanaman modal rekan kerjanya di surat ajaib.     

Dan anantha mulai mengutarakan maksud kedatangannya, sempat membuat Aruna kecewa ternyata kakaknya datang untuk membahas masalah bisnis bukan kangen dengan dirinya. Hendra menangkap hal tersebut mengelus punggung istrinya beberapa kali.      

"gimana Aruna Apa kau tertarik? teman-teman mu sudah aku temui dan mereka sepakat keputusan akhir ada pada mu". Tawar anantha.      

"Aku tidak bisa memutuskannya langsung kak. Walau pun kak Anantha mengutarakan alasan beberapa individu di tim surat ajaib. bagaimana pun juga aku harus bertemu dan tatap muka langsung dengan mereka sebelum memutuskan sesuatu yang besar". Aruna mengungkapkan apa yang harus dilalui sebelum membuat keputusan, begitulah harusnya surat ajaib berjalan.     

"Dengan tawaran uang sebesar itu sejujurnya hal tersebut lebih cocok untuk ungkapan akuisisi, dari pada meminta mereka mengelolanya. Jelas sekali mereka belum mampu. Katakan sejujurnya jika kau sudah datang ke sana dan melihatnya. Penulisan jurnal pengeluaran dan pendapatan hanya berupa penulisan jurnal biasa tanpa ada sistem yang dibangun. Kecuali pengucuran dana yang anda rencanakan adalah cara mu untuk mengakuisisi dengan mode smooth". Hendra ikut bicara sesuai perspektifnya dalam melihat tawaran yang disajikan Anantha.      

"Siapa yang menyuruh mu ikutan bicara. kita hanya ingin ngobrol dengan Aruna dan kau cukup memantaunya saja". Ananta terlihat tidak terima dengan ungkapan Mahendra dia memilih membela temannya yang dari tadi terdiam sembari menatap istri lelaki bermata biru.      

"kau tahu untuk sebuah analisis sederhana aku biasa di bayar mahal, dan sekarang karena yang di bahas adalah sesuatu yang di bangun dan dicintai istri ku sejak nol. Aku sebagai suaminya berhak memberinya masukan. Kalau kakak tidak mau mendengar tutup saja telinga kakak". Deru bermusuhan kembali terdengar dari kakak Aruna dengan adik iparnya.     

"Satu lagi, kecuali kakak memang mengincar start up Aruna". Hendra tersenyum menyeringai.     

"Hendra bukan begitu cara ngomongnya..". si perempuan mengingatkan kembali tentang memilih kalimat terbaik, ketika berbicara dengan anggota keluarga. Sang pria merubah cara senyumnya sebagai lambang minta maaf.      

"Kami tidak memiliki rencana sejauh itu". Gibran menyajikan kesan lemah lembut berdiskusi.      

Entah apa yang terjadi anantha kelihatan berpikir.      

"kalau bukan sejauh itu keinginan mu lalu Apa maksud mu? menanam modal di sebuah startup kecil". Hendra menelisik lebih dalam.      

"saya melihat idenya cukup segar dan juga fresh belum ada di tempat yang lain. Untuk sebuah ide segar semacam itu, sangat sayang jika dia hanya menumpang di platform media sosial. Mereka perlu mengembangkan sayap untuk memperkokoh strat up nya dan mengantarkanya bertransformasi menjadi perusahaan besar yang khusus menangani berbagai macam persediaan aksesoris dan sebagai penyedia jasa display untuk acara-acara spesial". Gibran tidak mau kalah dalam melakukan pendekatan.      

(Dalam dunia bisnis dan ekonomi, platform adalah tempat di mana terjadi interaksi langsung antara dua (atau lebih) aktor ekonomi yang saling memberi keuntungan satu sama lain melalui proses penciptaan nilai yang berkelanjutan (Gawer dan Cusumano, 2008). Interaksi tersebut difasilitasi oleh pemilik platform dengan memberikan sejumlah kontraprestasi tertentu yang disepakati oleh kedua belah pihak. Dalam konteks ini, platform sering disebut multi-sided platform, two-sided markets, atau two-sided networks (Rochet dan Tirole, 2001). Contoh platform jual beli online atau bisnis online yaitu Bukalapak Tokopedia Lazada dll).     

"kenapa kau tidak mencoba membangun platform sendiri. Lalu surat ajaib sebagai kontributor. Itu lebih masuk akal dari pada kau menyerahkan dana besar kepada surat ajaib yang masih sangat kecil pemahaman tentang bisnis. Dan kau mengharapkan mahasiswa mahasiswa yang sedang cari tambahan uang jajan  membangun platformnya sendiri, di kelola dan di isi sendiri. Mereka tidak memiliki pemahaman utuh tentang bisnis. Bahkan anak-anak itu tidak ada yang berasal dari jurusan bisnis. Mereka bukan lulusan luar negeri sekelas Ferry Unardi (pendiri Traveloka lulusan S2 Bisnis di Harvard University). Harusnya sebagai pemilik uang anda sudah bisa memprediksi hal sejauh ini. Kecuali kau punya motif lain". desak Hendra panjang lebar dan menyeluruh, dia sedang memojokkan lawan bicaranya.     

Di sisi lain dalam percakapan itu aruna sang mahasiswa desain tingkat 2. Walau dia adalah founder dari surat ajaib sesungguhnya dia sama sekali tidak paham apa yang sedang dibicarakan Mahendra dan orang-orang di hadapannya. Aruna kosong melompong masalah bisnis dan semacamnya. Dia hanya menjalankan surat ajaib sebagai cara untuk memberikan jalan pemberdayaan yang mudah bagi ibu-ibu program pemberdayaan yang menjadi mitra usahanya. Selain itu juga menyalurkan hobinya. Dan mimpinya pun sebatas bisa membuat surat ajaib terus bertahan untuk menumpang mitra dan memberi tambahan uang jajan untuk dirinya serta teman-temannya. Dapat profit sampai 100 juta sudah terlalu luar biasa.      

Sedangkan anantha pria itu mulai menyadari banyak hal dari mulut adik iparnya. Bagaimana pun juga adik iparnya adalah CEO sebuah perusahaan yang berdiri kokoh bertahun-tahun menguasai berbagai sektor bisnis seantero negeri ini.     

Dan Gibran terdiam bingung mengimbangi tuduhan Mahendra. Rey yang berkamuflase menggunakan nama Gibran dan sang Gibran yang asli. Memang sejak awal viralnya undangan blue oceans dia sangat tertarik untuk melakukan akuisisi startup kecil, seksi, yang brandingnya sudah mengena di masyarakat, tapi belum punya pengelolaan yang kuat. Start up itu akan digunakan sebagai batu pijakan ekspansi awal Tarantula group dari konvensional menjunjung digital.      

Sang istri berbisik kecil di telinga suaminya : "Hendra terus aku harus gimana".     

"Kita tunggu saja jawabannya". Hendra mengelus rambut istrinya. Mahkota dari kepala yang kosong melompong tak paham apa pun. Dan di mainkan rambut itu sembari menunggu jawaban dari Gibran.      

"Jujur fokus kami hanya pada ide segar, kami lupa memikirkan sampai sedetail itu. terima kasih atas bantuan membuat analisis lebih lanjut terkait kemungkinan yang akan terjadi". Dia menganulir ungkapannya.     

"Heee...". Hendra tersenyum menimpali memahami lawan bicaranya sudah sampai di titik yang tak bisa lagi melawan argumennya, sebuah komunikasi semacam ini adalah makanan Hendra sehari-hari ketika bertemu lawan bisnis apalagi rapat bersama anak perusahaan DM grup.     

.     

.     

"kak anantha". Hendra memanggil kakak Aruna yang berencana berpamitan dengan keduanya untuk pulang.     

Anantha mengikuti cara adik iparnya menyingkir, dia tahu Hendra ingin mengajaknya bicara empat mata.     

.     

.     

__________________________     

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/     

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^     

Hadiah anda adalah motivasi untuk kreasi saya. Beri aku lebih banyak motivasi!     

Silahkan tinggalkan jejak komentar, aku selalu membacanya.     

Review bintang 5     

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak     

INFO : Instagram bluehadyan, fansbase CPA (Hendra, Aruna, Damar)     

Nikmati Cuplikan seru, spoiler dan visualisasi CPA     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.