Ciuman Pertama Aruna

Istriku Sayang



Istriku Sayang

0"Ah itu bukan sesuatu yang besar dalam hidupku". Gundah Aruna.     
0

"Lalu?..".      

"hubunganku dengan suamiku sejak awal tidak akan bertahan lama.. Tapi.. em.. entah mengapa sekarang aku sering merasa gundah.. bahkan aku merasa bersalah padanya". Aruna bicara sangat lambat. Kesedihan itu tergores nyata dalam sudut pandang Dea     

"Mengapa kau seolah-olah mendekati akhir?". Dea dibuat penasaran.     

"Ya.. memang itu yang saat ini aku hadapi.. Nah. itu Sebabnya Aku membutuhkan dukungan dari sahabat baik yang saat ini menemaniku".      

"bagaimana dengan punya baby..?? aku rasa bayi kecil yang imut dan lucu akan menyelamatkan rumah tangga kalian".      

"ayah bilang sebaiknya aku tidak memilikinya terlebih dahulu".      

"kau ini Aruna.. apa-apa ayah mu.. seharusnya ketika sudah menikah, orang yang pertama kali kamu dengarkan adalah suami mu, setelah itu baru kau meminta pendapat ayah mu. Dan suami tetap yang paling utama, karena dia sudah mengucap ikrar untuk menanggung hidup kita".     

"pernikahan ku tidak seperti yang kau pikirkan Dea. Andai Aku menikah dengan orang biasa.. lalu aku bisa menjalani hidup tanpa draf yang sudah disiapkan, mungkin aku tidak akan menjadi istri durhaka separah ini.. Yah mau bagaimana lagi. Aku cuma disur..". Kalimat Aruna belum usai ketika perempuan di depannya tiba-tiba berdiri dengan ekspresi miris.     

"Aruna.. Aruna..". Dea seolah memberitahukan sesuatu. Yang harus segera disambut.      

Ketika gadis itu berpaling.      

"Hee hehe.. istriku.. istriku sayang..". Hendra melempar ucapan ngelantur, dia sempoyongan dibopong oleh Tania.      

"Lihat istri ku.. aku sudah menemukan perempuan..".      

Dari arah lain terlihat Hery dan Surya berlari, entah kemana perginya Raka yang seharusnya menyelesaikan ini.     

"Maaf ya kak Tania". Aruna mencoba memberanikan diri mendekati pria yang larut oleh pengaruh alkohol.      

"Tunggu.. tunggu..". Hendra menggerak-gerakkan tangannya ketika Aruna ingin mendekat.     

"Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu..". Suara Hendra naik tenggelam. Bahkan gerakannya pun tidak terkendali dengan baik.     

Secara mengejutkan mata biru meraih dagu Tania dan mengecup bibirnya. Dia sempat berucap : "sayangnya.. rasanya tidak seenak milik mu.. hahaha".      

"Minggir!!". Surya ya yang baru datang segera menyerobot tubuh Mahendra, tuan muda sempoyongan hampir terjatuh ke lantai bersama dengan Tania. Hery turut larut membopong membantu tuannya.      

Harusnya Surya juga turut membantu Tania, entah mengapa perempuan itu diabaikan begitu saja.     

"Nona.. kami akan membawa Hendra ke kamar kalian". Pesan Surya, dan Hendra tampak hilang kesadaran.      

"kak Tania kau tak papa?". Gadis itu sempat memperhatikan Tania yang tadi terdorong sekretaris Mahendra. Bukankah mereka berteman sejak SMA, bagaimana bisa keduanya terlihat seperti musuh tiap saat.      

"kau masih bisa bertanya tentang keadaanku?! Harusnya kau tanyakan kondisi suami mu itu!". Ungkapan Tania mampu membungkam mulut gadis mungil yang terlihat polos.      

"Dia terus-terusan mengigau memanggil istrinya.. Apa yang kau lakukan padanya? Aku tidak mengerti bagaimana bisa dia menyukai gadis biasa saja seperti mu". Cara Tania sedikit kasar sebelum akhirnya melenggang pergi. Bahkan kibasan rambutnya saja terlihat sempurna.      

"kau tak apa apa Aruna?". Dea mendekati sahabatnya sembari mengusap usap lengan Aruna.     

"Tak apa.. aku sudah siap untuk ini.. jadi jangan khawatir oke". Aruna mencoba menenangkan sahabatnya.      

"Aku tidak mau ikut campur, walaupun orang lain tidak tahu. Tapi aku sangat hafal.. kau sedang menyembunyikan sesuatu". Telisik Dea menangkap gerak-gerik Aruna. Teman dekat, telah hadir sejak sekolah menengah Pertama.     

"Em.. kamu terlalu banyak berpikir, istirahatlah.. aku bantu suami ku dulu ya".      

"iya.. jangan tidur di kamarku.. ini honeymoon mu.. harusnya kau menghabiskan waktu lebih panjang dengannya".      

.     

.     

Ketika Aruna datang, surya dan Hery terlihat satu persatu keluar dari pintu kamar Hendra dan dirinya.     

"Jujur, ini kelalaian ku.. jangan khawatir nona Aruna, kejadian seperti ini tidak akan terulang lagi, ini yang terakhir. Aku tidak akan membiarkan Hendra melakukan hal bodoh lagi".  Surya terlihat menghayati penyesalan. Entah apa yang dia pikirkan, harusnya Aruna sendiri yang bersalah dalam hal ini. Malah Surya merasa memiliki andil besar pada kesalahan yang dilakukan Mahendra.      

Mungkin ini tentang kedekatan Tania dan Hendra di masa lalu yang kabarnya sering kali menyusahkan seorang sekretaris pribadi yang sekaligus berteman dengan mereka berdua. Surya selalu menjadi tameng untuk menyembunyikan perilaku ke duanya dari pantauan keluarga Djayadiningrat.      

Hal yang paling dibenci surya adalah Tania sering mengajarkan sesuatu terlarang bagi keluarga Djoyodiningrat.      

Aruna hanya tersenyum, dia biarkan saja sekretaris itu merasa bersalah. Karena gadis ini tidak tahu caranya menjelaskan bahwa dirinya lah yang paling bersalah.      

Baru saja memasuki kamar honeymoon.      

"Huuuuh". Hela nafas menghiasi bibir kecil Putri Lesmana.      

Lilin-lilin dan beberapa hiasan kamar terpasang kontras dengan hati penghuninya. Dia yakin para Housekeeper sudah menyiapkan semua ini dengan susah payah, sebagai salah satu fasilitas yang diberikan oleh hotel bintang 5.      

Aruna mendekati tubuh suaminya yang tak lagi berdaya. Mencoba melepas sepatu, dan blazer yang membungkus CEO DM group.      

Tidak mudah ternyata, apalagi Hendra sedang tengkurap dengan poster bulenya. Perempuan ini membutuhkan waktu yang panjang hingga akhirnya Hendra hanya mengenakan kaos dalam dan celana.      

Dia mematikan seluruh lilin lalu menyingkirkannya di pojok kamar. Termasuk memunguti bunga-bunga yang disebar oleh Housekeeper. Dia masukkan semuanya pada kantong plastik dan dibuang keluar.      

Seperti perempuan mati rasa, Aruna tidak menangis dan tidak berkeluh kesah. Dia tidak tidur semalaman, memandangi seseorang sambil mengusap rambutnya.      

_kau akan baik-baik saja, Damar sudah bisa melewati ini. Kau pun perlahan pasti bisa_     

Belaian lirih di rambut kecokelatan mendatangkan tangan lain yang ingin menangkapnya, ketika berhasil tangan itu di dekap dan disembunyikan di dada erat-erat. Masih terlihat tidak sadarkan diri Mahendra sempat tersenyum dalam tidurnya.      

Aruna yang tak bisa melepaskan tangannya. Akhirnya mengantuk tertidur mengiringi suaminya.      

.     

.     

"Kau sudah bangun sayang.. maaf semalam aku mabuk, pasti menyusahkanmu ya..". Hendra menyapa Aruna yang baru menemukan kesadaran.      

Gadis ini terbelalak bukan main dengan ungkapan yang di ucapkan Mahendra. Seolah tidak terjadi bencana besar semalam. Aruna memperhatikan setiap geraknya. Dia menyajikan minuman hangat dekat Aruna terduduk. Bahkan roti lapis isi sudah dipotong-potong sebesar satu gigitan.      

"Cepat mandi kamu ingin jalan-jalan kan hari ini..". Setiap ucapan Mahendra seperti mimpi.      

_ada apa dengannya, apa dia baik-baik saja.. atau terjadi sesuatu pada.._      

Aruna belum sempat selesai berpikir ketika Hendra mendekatinya dan mulai mengecup bibirnya.      

"Ah' kau bahkan belum membasuh air liur mu.. tapi rasanya bisa seenaknya ini". Dia kembali mengecup mulut ternganga karena menyusun dugaan demi dugaan yang tidak bisa dinalar otaknya.     

.     

.     

__________________________     

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/     

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^     

Hadiah anda adalah motivasi untuk kreasi saya. Beri aku lebih banyak motivasi!     

Silahkan tinggalkan jejak komentar, aku selalu membacanya.     

Review bintang 5     

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak     

INFO : Instagram bluehadyan, fansbase CPA (Hendra, Aruna, Damar)     

Nikmati Cuplikan seru, spoiler dan visualisasi CP      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.