Ciuman Pertama Aruna

Aloe Vera



Aloe Vera

0"Ah' kau bahkan belum membasuh air liur mu.. tapi rasanya bisa seenaknya ini". Dia kembali mengecup mulut ternganga karena menyusun dugaan demi dugaan yang tidak bisa dinalar otak sang perempuan.     
0

"jam berapa ini Hen...?". Tanya Aruna sembari mengais-ngais kesadarannya, tampaknya ini masih sangat pagi.     

"Jam 4". Jawab Mahendra sembari merapikan beberapa hal. Dia sedang menyiapkan jaket untuk dirinya dan Aruna.     

"Ini masih sangat pagi, Apa kamu tidak merasa pusing atau gimana gitu karena semalam.. em..?". Aruna memandangi Hendra yang terlihat sudah rapi sempurna tapi matanya belum bisa dibohongi.      

"Aku sudah minum NSAID". Balas Hendra. Non-steroid anti-inflammatory drugs (NSAID) adalah sejenis aspirin yang sering digunakan untuk meredakan sakit kepala karena mabuk.     

Aruna tidak mengerti apa yang disebutkan Hendra, dia hanya menduga mungkin itu sejenis obat.     

"Cepatlah mandi, kita lihat lumba-lumba di pantai Lovina. Butuh 2 jam perjalanan dari sini. Kau bilang nanti sore ingin melihat senja bersama aku kan?!. Tapi sejujurnya aku lebih suka melihat fajar". Ucap Hendra, masih dengan kesibukannya menyiapkan kebutuhan perjalanan mereka.     

"Apakah itu artinya kau akan mengajakku melihat lumba-lumba di laut lepas?". Wajah Aruna berbinar dan segera bangkit dari tidurnya.      

"Iya. Kita mulai hari ini dengan melihat fajar ditemani lumba-lumba".      

"Terima kasih Hendra..". Cerah Aruna berlari menyusup ke kamar mandi.      

.      

"Em.. Hendra apa aku boleh pakai baju santai sesuai keinginan ku?". Gadis mungil ini terlihat riang dan mulai berhambur melupakan apa yang terjadi semalam. Segera masukkan beberapa potong sandwich pada mulutnya dan meneguk minuman hangat yang disajikan Hendra secepat dia bisa.       

"Iya.. tidak masalah.. gunakan apa pun sesuai keinginan mu". Lirik Hendra mendapati Aruna makan dengan berlepotan.      

 "Duduklah sebentar..". Lelaki bermata biru meraih tisu dan menghantarkannya kepada perempuan mungil yang masih dibalut handuk piama.       

"Maaf..". Sela Aruna buru-buru membersihkan makanan berserakan di tepian mulutnya termasuk di piama handuk yang dia kenakan.     

Gadis ini tidak menyadari Hendra mendekatinya, berusaha meringsek memegangi kain putih berserat tebal. Mata biru tertangkap menggeser kain yang membalut tubuh Aruna seolah ingin melihat sesuatu.     

Spontan Aruna menatapnya memegangi tepian kerah towel yang membungkus dirinya.     

Pria itu berjalan mendekati nakas dan meraih sebuah benda berbentuk tabung dengan sentuhan warna hijau serta sebuah gambar daun berdaging tebal dari genus Aloe. Tumbuhan yang berasal dari Jazirah Arab atau lebih populer dengan nama Aloe Vera (Lidah Buaya).      

Bisa jadi nama lidah buaya bukan saja karena bentuknya mirip buaya, berwarna hijau dan bergerigi di ujung-ujungnya. mungkin saja karena tumbuhan ini mampu menghilangkan bercak-bercak yang ditimbulkan oleh laki-laki penabur cinta, para pria yang suka menggigit perempuannya. Ya.. semacam obat untuk perempuan yang terkena gigitan termasuk sesapan lidah buaya darat.      

"Untuk apa itu?". Tanya Aruna yang mengamati gerakan tangan Hendra membuka tutup Aloe vera.      

"Gel ini berfungsi mengurangi sensitivitas daerah bekas Kiss Mark. Aloe Vera dapat membantu mu untuk menghilangkan memar bekas gigitan ku dengan cepat". Ujar Hendra, menjulurkan tangannya membuat gerakan mengoles pada leher Aruna.     

"Aku memesannya semalam.. sebelum aku mabuk. Coba sekarang buka handuk mu biar aku bantu". Jelas Mahendra sambil mengelus leher perempuannya. Mata biru menangkap tanda merah merekah lebih dari empat hanya untuk leher Aruna.      

"Em.. biar aku sendiri aja Hen..". Gadis ini sedikit keberatan. Pasti dia mengingat kejadian semalam atau mungkin tidak ingin laki-laki di hadapannya tahu seberapa parah perilakunya semalam.      

"Aku ingin membantu mu supaya kita cepat berangkat, kita harus sampai pantai Lovina tepat di waktu fajar. Apa kamu keberatan?". Tatapan Mahendra membuat Aruna tidak bisa menolaknya. Sang suami masih mengelus salah satu bekas semalam sambil menatap penuh harap. Menjelma menjadi pria sendu yang ingin melunasi penyesalannya.     

"Sebentar aku pakai dalaman dulu..". Aruna menghilang  sesaat menyusup ke kamar mandi kemudian kembali dengan tali pengikat piama handuk yang sudah renggang terhempas langkah kakinya mendekati Mahendra.      

Ketika mulai duduk pada tepian ranjang, Hendra segera menggeser kursinya mendekat, menyikap towel yang enggan diturunkan.      

Buru-buru Aruna menggunakan kain itu untuk menutupi bagian perutnya ke bawah.      

"Separah ini ya.. kelakuan ku semalam". Takjubnya memandangi tubuh Aruna yang penuh dengan bercak merah.      

Pria itu bergegas mengoleskan aloe vera pada sudut-sudut merah yang tertangkap di sekujur tubuh Aruna. Gadis mungil ini juga mengikuti caranya.      

"Apa yang ini sakit?". Sesekali Hendra membuat pertanyaan yang sama, pada noda merah yang lebih pekat dari pada yang lainnya.     

"Sedikit". Jawabannya selalu sama tiap kali pertanyaan itu dilontarkan mata biru.     

 Caranya menyusuri noda-noda di tubuh Aruna telah usai. Bahkan gadis itu sempat membalik badan dan menyajikan gambaran punggungnya yang sama sama penuh noda.      

"Bagaimana dengan yang di dalam?". Mata Hendra menatap pesaing bibir merah, sebuah benda yang lebih memabukkan dari pada Kokainnya.      

Gadis itu segera menutup dirinya, ungkapan keberatannya lebih besar daripada yang tadi : "biar aku sendiri".      

"Aku hanya ingin melihatnya, toh aku sudah pernah melihatnya?".      

"Nggak usah, biar aku sendiri aja".      

"Ayolah.. Aku tidak akan macam-macam dengan mu, aku cuma ingin tahu sekasar apa aku semalam". Sang pria memegang tubuhnya dan berusaha membuka. Aruna tak mau kalah, berusaha kuat mempertahankan pembungkus yang dulu pernah dibelikan Hendra.      

"Jangan Hendra! aku nggak mau". Gadis itu berharap banyak supaya Hendra mengurungkan niatnya.     

Tapi laki-laki tetaplah laki-laki, mereka lebih berkuasa. Mata biru mengabaikan cara gadisnya mencoba mempertahankan kain yang membungkus dua lingkaran.      

"Maafkan aku Aruna aku ingin melihatnya". Ketika dia menatap apa yang tersaji dan tersikap. Laki laki ini sudah menduga bahwa benda itu terluka.      

Dia menutup matanya sejenak menghela nafas.      

_Dia bahkan tidak mengeluh sedikit pun. Bagaimana bisa aku mengabaikannya?_     

Mahendra segera membuat panggilan kepada housekeeping. Tak lama petugas itu datang membawakan obat-obatan yang diperintahkan.      

"Harusnya kemarin kita mengompresnya dengan es batu". Gerakan berikutnya yang dilakukan CEO DM Grup adalah mengambil katenbat dan bersihkan kuncup bunga yang terluka karena giginya dengan isopropil alkohol.     

"Hendra sudah! aku enggak suka biar aku sendiri!". Aruna mencoba mengelak, dia tidak nyaman dengan apa yang dilakukan mata biru.      

"Tidak ada yang berhak membantu mu selain suami mu sendiri, Haaah (menghela napas). ingin rasanya aku minta maaf. Tapi apa gunanya, aku selalu mengulangi kesalahan berkali-kali. Bersabarlah.. biarkan aku menyelesaikan ini supaya hati ku tenang". Pintanya meraih tangan Aruna yang berusaha melindungi miliknya.     

"Bicaralah kalau kamu merasa sakit". Pria itu sempat mengamati salep kandungan salep yang ada di tangannya sebelum dia menyampaikan pesan: "ini jenis gentamycin dan bethametason, bukan salep berbahaya.. gunakan teratur dan pastikan jangan terkena air minimal 10 sampai 15 menit".      

Gadis itu memalingkan pandangannya ketika laki-laki bermata biru menyusun sentuhan demi sentuhan pada kuncupnya yang terasa perih. Terlihat beberapa kali dia meringis. Dan Hendra berhenti sejenak saat hal itu terjadi.     

_Kalau sudah begini, aku bisa apa_ gumam gadis yang sedang mengemban misi berat untuk dirinya sendiri.      

"Aku putuskan sekeras apa pun kau menolak ku. Kau tak akan bisa terlepas. Kamu tetap istri ku dan aku tetapi suami mu, aku tahu laki laki di ujung sana sama gilanya dengan ku. Dia harus mencoba untuk melupakan mu, aku tidak peduli dia ingin bunuh diri. Karena hal yang sama bisa terjadi pada ku kalau aku kehilangan istri ku. Maaf aku egois". Hendra merapikan kembali pakaian yang dikenakan Aruna.      

"Yang terjadi antara aku dan kamu tidak ada hubungannya sama sekali dengan Damar". Aruna bangkit mengais baju yang harus dia gunakan. Walau sejujurnya dia ingin memakai baju yang sesuai seleranya, tetaplah Hendra menyiapkan apa apa yang dia suka untuk Aruna.     

.     

.     

__________________________     

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/     

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^     

Hadiah anda adalah motivasi untuk kreasi saya. Beri aku lebih banyak motivasi!     

Silahkan tinggalkan jejak komentar, aku selalu membacanya.     

Review bintang 5     

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak     

INFO : Instagram bluehadyan, fansbase CPA (Hendra, Aruna, Damar)     

Nikmati Cuplikan seru, spoiler dan visualisasi CPA     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.