Ciuman Pertama Aruna

Love Ina



Love Ina

0"Hee.. tidak masalah, ekspresi dingin istri ku lebih berbahaya dari ancaman apa pun". Celetuknya sambil memutar kunci tanda Jeep siap melaju.      
0

Aruna mulai menikmati  mobil Jeep spesial, ia dibuat takjub.     

"Ada apa? Kau bingung mencari apa sayang?". Tanya Hendra ketika Aruna terlihat sedang mengamati dan menyentuh beberapa interior di dalam Jeep.      

"Ini keren". Seru Aruna terpukau.      

"Sentuhan premium terasa sekali di bagian interior. Pasti Jeep ini mahal ya?". Ungkap mahasiswa jurusan desain yang sedang mengamati setiap sisi mobil Jeep milik CEO DM Grup. Aruna mengamati penggunaan kulit sebagai pembungkus kursi termasuk bagian doortrim.      

Bagian-bagian tersebut dibungkus menggunakan kulit McKinley. Untuk jahitannya pun menggunakan benang yang terlihat kontras.     

Gadis itu juga menikmati manfaat dari tempat duduk depan berpemanas, cup holder, dan banyak lagi. Interior Rubicon juga mampu menahan goncangan, sehingga terasa sangat nyaman.      

"kau suka". Tanya si pria.      

"iya.. benda-benda mu sangat menakjubkan".      

"Mobil Jeep ini hadiah honeymoon untuk mu"     

"Oh begitu ya". Hanya ungkapan itu yang tertangkap dari mulut perempuan mungil menggemaskan. Dia kembali sibuk mengamati interior ketimbang menyuguhkan ekspresi heboh yang biasanya ditunjukkan perempuan ketika mendapat  surprise spesial.     

"Kau suka lagu apa sayang?". Hendra menawarkan ide mendengarkan musik sesuai keinginan Aruna. Berupaya memecah konsentrasi Aruna yang sedang tenggelam mengagumi interior Jeep.     

"Em.. just the way you are Bruno Mars". Ungkap Aruna spontan mengusung senyuman di wajah Jawa England.      

"Kau tahu lagu itu benar-benar dirimu".      

"Jangan coba-coba merayu, Kamu tidak cocok melakukan gombalan. Nanti malah kelihatan aneh". Aruna membalas senyuman aneh Mahendra dengan candaan.      

"Yeah, I know, I know when I compliment her she won't believe me     

And it's so, it's so sad to think that she don't see what I see     

But every time she asks me "Do I look okay?"     

I say". Pria itu mencoba bernyanyi tapi nadanya selalu berantakan.     

"Hahaha Hen.. berhenti.. haha please.. kau merusak nadanya tahu..". Bukannya tampak merayu malah kelihatan seperti anak kecil yang sedang belajar bernyanyi.      

"apa sangat buruk..??     

Her lips, her lips, I could kiss them all day if she'd let me     

(Bibirnya, bibirnya, aku bisa menciumnya sepanjang hari jika dia membiarkanku)     

Her laugh, her laugh she hates but I think it's so sexy     

(Tawanya, tawanya yang dia benci tapi kupikir itu sangat seksi)     

She's so beautiful, and I tell her everyday".      

(Dia sangat cantik, dan aku memberitahunya setiap hari)     

Pria ini melanjutkan nyanyiannya tanpa peduli ungkapan Aruna. Sambil menyajikan sedikit gerakan berupa goyangan kaku bin aneh, terlalu mengocok perut ketika diperhatikan. Dan si gadis dibuatnya tertawa terbahak-bahak.     

"Hehe.. Hen.. kau terlihat lucu tahu. Bukannya romantis hehe". Aruna belum menemukan sisi romance yang sedang diupayakan suaminya.      

"Kamu mau yang romantis?". Tiba-tiba mobil itu menepi di sisi kiri jalan yang masih sepi.      

"Her lips, her lips, I could kiss them all day if she'd let me". Mata biru mendendangkan satu lagi bait. Sambil tersenyum menahan tawa, Aruna menutup mulutnya karena pria itu mendekat. Gadis ini tahu apa yang sedang diburu CEO DM group.      

"Ayolah honey.. I could kiss them all day". Serunya sambil mencoba meraih tangan yang menutupi sang merah merona.     

"Apa.. aku gelitik aja nih..". Lelaki Jawa England mulai mengganggu perut Aruna.     

"Hahaha Hen geli tahu..".      

"kiss me please..". CEO DM grup perlahan mengendusnya. Tanpa disangka-sangka gadis itu meletakkan kedua tangannya di leher Mahendra dan turut serta memberikan denyutan.      

_Heem.. nikmat.._.     

"Love You..". Bisik mata biru sebelum menyusup kembali.      

.     

"Permisi 'beli', tolong parkirnya jangan sembarangan". Tak lama pria Bali dengan pakaian adatnya datang mendekati mobil mereka. Sepertinya dia polisi adat yang sedang berkeliling menggunakan sepeda.      

Keduanya sempat tersentak dan buru-buru minta maaf. Sambil melempar tawa mobil itu melaju. Tertangkap semburat merah di masing-masing wajah pasangan suami istri yang mengusung latar belakang rumit.      

"Terlalu lama mencium mu.. kita bisa kehilangan lumba-lumba, boleh aku ngebut". Bahkan CEO yang sedang dimabuk cinta ini menanyakan hal-hal yang dulu serasa tak perlu.     

"Iya.. jangan sampai kita telat!". Seru sang istri memberi semangat.     

***     

Lovina terhampar di depan mata, Aruna pikir tempat ini sesuatu yang mengusung tema premium. Pantai dengan perahu boat mewah atau jejeran kursi resort keren versi Mahendra pada umumnya. Nyatanya tempat itu serasa masih alami dengan perahu nelayan lokal yang dipesan secara langsung di tempat.      

Aruna semakin takjub dengan pilihan Mahendra kali ini.      

Mereka datang agak telat. Jadi tidak banyak perahu yang tersisa.     

"Kau suka?". Hendra menangkap senyum cerah Aruna.     

"Jangan banyak tanya, ayo cepat.. cepat bayar perahunya".      

Pria ini ingin membayar seluruh kursi yang ada pada salah satu perahu nelayan. Tapi beli (paman) yang punya perahu tidak mengizinkannya.     

"Maaf mister, banyak orang seperti anda yang bisa membeli semua kursi. sayangnya akan banyak pula orang yang tidak bisa melihat lumba-lumba padahal mereka sudah jauh-jauh kemari". Pria Bali ramah memberi pengertian pada Hendra yang sejujurnya ingin berdua saja menyenangkan hati perempuan di sampingnya.     

"Hai.. nggak apa apa Hendra kita berbagi aja pasti seru". Aruna menangkap wajah kecewa pada diri CEO DM group. Pria itu sedang berusaha menjadi lebih manusiawi, karena perempuannya suka hal-hal sederhana diluar kehidupannya.      

Pantai Lovina sesungguhnya adalah pantai yang memiliki sejarah panjang, bukan sekedar untuk melihat lumba-lumba yang bermain di bawah semburat matahari pagi, fajar.      

Nama Lovina sendiri memiliki makna filosofis, campuran dua suku kata "Love" dan "Ina". Kata "Love" dari bahasa Inggris berarti "kasih" yang tulus dan "Ina" dari bahasa Bali atau bahasa daerah yang berarti "ibu". Menurut penggagasnya, Anak Agung Panji Tisna, arti "Lovina" adalah "Cinta Ibu" atau arti luhurnya adalah "Cinta Ibu Pertiwi"     

"Lovina" sebenarnya sebuah pondok yang ditujukan untuk para turis, ide bisnis pariwisata yang dianggap aneh kala itu. Didirikan pada tahun 1953 oleh Anak Agung Panji Tisna, dia mendapatkan inspirasi tersebut kala melakukan perjalanan ke beberapa negara di Eropa dan Asia. Apa yang menarik perhatian dia terutama adalah kehidupan masyarakat di India. Dia tinggal beberapa minggu di Bombay. Cara hidup dan kondisi penduduk di sana, serta merta mempengaruhi cara pikir dan wawasan dia ke depan untuk Bali, terutama pembangunan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Buleleng.     

Sementara itu, Panji Tisna juga melihat suatu tempat yang ditata indah untuk orang-orang berlibur di pantai. Tanah tersebut memiliki kesamaan dengan tanah miliknya di Pantai Tukad Cebol, Buleleng yang juga terletak di antara dua buah aliran sungai. Inspirasi Panji Tisna muncul untuk membangun sebuah peristirahatan seperti itu.      

Walaupun namanya sempat diganti menjadi Permata Cottages karena dirasa tidak menunjukkan ciri khas nama-nama Bali, namun nama Lovina terlanjur Sudah populer sehingga sampai sekarang tempat itu bernama Lovina.      

Kini Hendra dan Aruna mengarungi pantai, dengan perahu khas penduduk Bali. Hendra berkenan berbagi dengan beberapa penumpang lainnya. Sambil sekali-kali berceloteh dengan istrinya pria itu mengambil bidikan panorama indah fajar.     

Laki-laki yang lebih suka dengan fajar dibanding senja. Seiring cara keduanya menunggu keluarga dolphin yang tak kunjung menampakkan diri. Aruna mengamati perilaku Hendra yang asyik mengambil foto dirinya kadang foto matahari yang baru saja terbit.      

"Hen.. mengapa kamu suka Fajar dari pada Senja?". Tanya Aruna menghentikan aktivitas mata biru memotret panorama.      

"Dulu aku laki-laki yang setiap hari bekerja sampai larut kadang lupa waktu.      

Namun ketika pagi datang aku bangun tepat waktu, tidak ingin melewatkan fajar.      

Membuka tirai kamar ku lebar-lebar.     

Untuk sekadar menangkap matahari terbit dari balik kota metropolitan.      

Saat itu rasanya kosong, karena aku tidak punya apa-apa dan siapapun yang mengisi hidupku.     

Dengan melihat fajar aku diberinya alasan untuk melanjutkan hidup.     

Matahari terbit seolah memberitahu ku ada alasan pada setiap kehidupan.      

Dan alasan itu sudah ada di sampingku sekarang.      

Terima kasih matahari ku".      

Mahendra mengecup pipi Aruna dan tersenyum mengakhiri ungkapannya. Ekspresi gadis itu sekejap menjadi sendu.      

Tak lama kemudian hilang terkubur oleh histeris nya orang-orang di sekitar karena keluarga lumba-lumba tertangkap menari di ujung sana. Dan pengemudi perahu perlahan menyalakan kembali mesinnya berupaya mendekati keluarga lumba-lumba.      

Aruna ikut histeris, matanya berbinar dan beberapa kali menepuk Hendra saking gemasnya melihat dolphin dolphin itu berkejaran.      

"Oh.. ya tuhan.. lucunya..".      

"Hen lihat.  Hen..".      

"Fotoin.. foto aku juga..".      

"Iya.. iya.. sayang..". Ucap sang pria mengimbangi kehebohan perempuannya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.