Ciuman Pertama Aruna

Putriku dan Cucumu



Putriku dan Cucumu

0[FLASHBACK Chapter 135, Lingkaran]      
0

"Andos, buatkan aku jadwal bertemu Lesmana". Sang tetua memerintah.       

_Lesmana perlu mendapatkan saham tambahan DM delivery karena putrinya_      

~      

"Mengapa anda memberikan semua aset DM Delivery pada saya?" Lesmana merasa tindakan Wiryo kali ini terlalu berlebih. Ayah Aruna mulai curiga, seorang sekretaris yang dekat selama bertahun-tahun dengan tuannya sangat hafal gerak-gerik dan setiap keputusan yang diambil tuannya selalu memiliki latar belakang yang mendasari.      

"Aku hanya perlu berterima kasih padamu dan pada putrimu" jawab Wiryo. Cara bicara lelaki tua ini sedikit berbeda ketika di hadapan mantan ajudannya yang sekaligus sekretaris pribadinya kala itu. Seseorang yang selalu diajak bicara dari hati ke hati dan mendapat kepercayaan lebih dari siapa pun. Karena dia orang baik yang selalu setia kepada tuannya.       

"Anda membuatku makin yakin telah terjadi sesuatu yang buruk pada putriku dengan cara anda seperti ini" Lesmana tahu Wiryo ialah lelaki yang anti hutang budi, dia akan mengembalikan pertolongan orang lain atau kerugian orang lain dengan berlipat ganda. Walaupun orang tersebut kadang tidak merasa dirugikan. Itulah Wiryo dan Lesmana sangat memahaminya.      

"Aku berharap kamu tidak mengambil putrimu dalam waktu dekat, cucuku masih sangat membutuhkannya" Ungkapan Wiryo membuat gerakan kecil dari tangan seorang ayah. Lesmana menggenggamkan jari-jarinya, pasti terjadi sesuatu pada Aruna.       

"Jadi Aruna kami bukan sekedar pingsan di kamar mandi? Hem.. harusnya aku sadar kenapa anakku menangis padaku membuat permohonan ingin pulang" Bukan sekedar tangan yang bergetar menggenggam, mata Lesmana kini menunjukkan semburat kemarahan, merah. Menyadari putrinya pasti mengalami kesulitan luar biasa, bukan sekedar ditemukan pingsan di kamar mandi.       

"Anda membuat saya benar-benar ingin mengambilnya. Sesuai perjanjian kita yang terakhir. Putriku diizinkan aku ambil kapan saja ketika dia sudah menyatakan tidak sanggup menghadapi cucu anda. Menghadapi pernikahannya" Tambah Lesmana, seorang ayah yang terlihat semakin hancur saja.       

Menyodorkan Putri kecil yang tidak tahu apa-apa tentang cara hidup di keluarga barunya. Keluarga Djoyodiningrat, yang mengharuskan tiap perempuan hidup dalam rumah megah dan mewah yang sebenarnya hanya kamuflase dari cara mereka di kurung kecuali cukup kuat dan tangkas untuk melawan aturan atau memastikan dirinya aman.      

Lesmana sudah mengajarkan itu semua pada Aliana tapi tidak pada Aruna, si bungsu ditumbuhkan apa adanya, anak manis yang begitu mencintainya. Mencintai ayah dan bunda jarang mengeluh, menuntut, apalagi melawan. Mata merah Lesmana membuahkan setitik air di sudut matanya.       

"Aku menolak tawaran anda!" Ungkapan mengejutkan itu ditegaskan oleh seorang ayah kepada seorang kakek.      

"Mendapatkan seluruh aset DM delivery bukan sesuatu yang aku inginkan jika itu pertaruhannya adalah putriku sendiri" pertama kalinya Lesmana tidak menerima begitu saja keinginan Wiryo.       

"Hem.. aku mengerti. Tapi Hendra masih membutuhkan istrinya, aku sudah mencoba untuk bicara dengannya, dia tidak mungkin bisa melepas putrimu dengan mudah beri dia waktu"       

"Sampai kapan?" Pertanyaan Lesmana tidak terjawab. Wiryo menerawang pertengkaran terakhirnya dengan Hendra, cucu tunggal yang keras kepala mempertahankan kehendaknya.       

Dan kali ini pewaris itu mempertahankan istrinya habis-habisan, sang kakek ingat betul bagaimana dia ditumbangkan dengan perlawanan termasuk kata-kata kasar yang belum pernah ditunjukkan oleh Hendra sebelumnya.       

"Sampai dia sembuh, sampai cucu anda sembuh aku rasa itu sudah cukup" Lesmana sedang menyelamatkan putrinya, persepsi umum dari seorang ayah yang sudah korbankan masa muda dan kebahagiaan putrinya demi sebuah janji tidak masuk akal.       

"aku yakin itu akan jadi hal yang berat untuk cucuku. Tapi aku juga mengambil putrimu, pasti sangat berat untukmu. Apa kau sadar? saat ini pertama kalinya aku melihatmu marah padaku. Walau kau tak pernah menunjukkan emosi yang berapi-api aku menyadari saat ini ajudanku yang baik sudah tidak menatap tuannya" suara Wiryo mendesah tapi bukan mencekam melainkan suara serak yang dalam.       

Bawahan, sahabat bahkan mungkin sudah jadi adik secara tidak langsung, tidak menatapnya sama seperti cara putrinya yang tak berkenan menatapnya.       

"Kali ini yang saya lakukan adalah hak saya pak Wiryo, Lesmana bukan sekretaris Wiryo dan bukan ajudan Wiryo ketika dia sudah menyerahkan putrinya. Semoga anda tidak lupa dengan kesepakatan ini. Izinkan saya menjadi ayah yang sesungguhnya. Anda gagal menyelamatkan putri anda, bukan berarti aku harus gagal menyelamatkan putriku" Lesmana membuat tekanan di setiap kata-katanya.       

Tidak ada ayah yang ingin melihat putrinya menderita, tidak ada ayah yang tega menghancurkan masa muda putrinya sendiri, tidak ada ayah yang rela menyerahkan putrinya pada laki-laki yang tidak dicintai apalagi pengidap post traumatic syndrome disorder.       

"Menyelamatkan putrimu?? Aku tahu kau sedang marah. Tapi aku tidak setuju dengan kata-katamu. Hal yang terjadi pada putrimu, entah dia disekap atau apa pun itu. Cucuku sama dengan diriku, dia tidak akan melakukan sesuatu tanpa ada latar belakang yang mendasari. Putrimu juga turut bersalah di sini"       

"Aku mengenal putriku pak Wiryo" Lesmana yang kacau tak lagi menggunakan kata tuan untuk Wiryo.      

"Dia anak baik, dia penurut, Aruna tidak perlu kalian sekap. Untuk menuruti kata-kata kalian!" tangan menggenggam sudah menunjukkan otot-ototnya. Suaranya tidak kasar wajahnya tidak berubah suram. Tapi potongan kata dari kalimat seorang ayah yang ingin melindungi putrinya terdengar seperti api membara.      

"Aku tidak ingin mengungkapkan ini, mengungkap aib putrimu sendiri. Tapi kau yang mendesakku. Putrimu menemui pemuda lain secara diam-diam di pesta pernikahan mereka. Lelaki mana pun akan merasa terluka termasuk cucuku Mahendra yang malang"      

"Seperti ungkapan bahwa anda tahu segalanya itu salah besar. Aruna dan Hendra punya kontrak pernikahan, Apa anda tidak tahu itu??"       

Deg.       

Jantung Wiryo seakan berhenti berdetak. Sang kakek tidak tahu apa apa sama sekali.       

"Aku yakin kesepakatan mereka, yang membuat putriku berani berbuat sejauh itu terhadap cucu anda" Ungkapan Lesmana menghancurkan hati seorang kakek.       

"Cucumu sama denganmu dan putriku sama denganku. Kami tidak pandai melanggar sesuatu yang disepakati, sesungguhnya saya sangat kecewa putri saya hanya sekedar dipermainkan" Walau sangat berat seorang ayah yang menyerahkan putrinya berharap gadis kecil ditumbuhkan dengan pelukan akan dicintai seperti layaknya seorang istri dalam pernikahan sempurna. Kontrak pernikahan atau perjanjian pernikahan apa pun istilahnya yang mengusung kesepakatan berakhir di sebuah masa adalah pil pahit untuk penerimanya. Tentu saja pasti itu putrinya.       

"Sangat tidak masuk akal jika kontrak atau kesepakatan mereka berasal dari putriku"       

Wiryo hanya bisa menghembuskan nafas dan mata hitam pekat milik lelaki tua itu terpejam sesaat. Dia menyadari Hendra, cucunya sendirilah yang menjadikan pernikahan mereka semakin rumit. Dari atau tanpa perjanjian antara tuan dan ajudannya.       

.     

.     

__________________________     

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/     

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^     

Hadiah anda adalah motivasi untuk kreasi saya. Beri aku lebih banyak motivasi!     

Silahkan tinggalkan jejak komentar, aku selalu membacanya.     

Review bintang 5     

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak     

-->     

(^_^) love you All, intip juga novel saya yang lain [IPK : Inilah Perjanjian Kita, Antara Aku Dan Kamu] dan [YBS: You Are Beauty Selaras]. Dengan gaya menulis berbeda dimasing masing novel.     

INFO : Instagram bluehadyan, fansbase CPA (Hendra, Aruna, Damar)     

Nikmati Cuplikan seru, spoiler dan visualisasi CPA     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.