Ciuman Pertama Aruna

Panduan Psychosocial Therapis



Panduan Psychosocial Therapis

0[FLASHBACK. Chapter 157, Makhluk Baru]     
0

"Apa yang kau lakukan.. kursi mu sudah menunggu mu!". Hendra tanpa sadar di tunggu cukup lama dalam agenda lantai D. Dan secara mengejutkan tetua Wiryo yang sengaja di tahan di pintu menginginkan masuk ruangan. Mendapati rambut cucunya yang acak-acakan karena sempat di remas Aruna untuk melepaskan gigitannya.      

Dan Putri Lesmana terkesan lebih parah, rambutnya berantakan dan ada tiga bekas merah menandai lehernya. Dia pun tertangkap bergetar cemas, khawatir, takut jadi satu.      

Hendra bergegas melepas jasnya. Setelah mengamati arah pandang kakeknya. Dia perlu menutupi leher Aruna dan tubuh menggigil karena kelakuannya. Jas itu membungkus rapat tubuh istrinya tapi tidak dengan ekspresi resahnya.      

"Apa kau ingin pulang ke rumah ayah mu".  Kakek Wiryo mengajukan sebuah penawaran.     

"Beraninya kau ikut campur, menanyakan kehendak istri ku!". Hendra terlihat marah luar biasa, berdiri di depan Aruna menutupi gadis itu dari tatapan Wiryo.      

"Aku hanya bertanya pada gadis yang terlihat cemas bukan main. Kau apa kan dia?!".      

"Bukan urusan mu!".     

Aruna terperanjat dengan cara dua orang ini berkomunikasi, sangat kasar dan saling menekan satu sama lain.      

"Pulang ke rumah ayah apakah itu artinya aku...?". Aruna mencari pemahamannya.      

Ada tangan bergetar mengepal.      

.     

.      

_Tidak ada cara lain aku harus membujuk kakek_. Gadis ini bergegas menghentikan langkah lelaki tua.      

"Suatu saat saya ingin pulang ke rumah orang tua saya, tapi bukan sekarang. Mas Hendra masih membutuhkan saya di sisinya, terima kasih kakek sudah khawatir pada ku. aku tahu anda marah karena anda merasa bertanggung jawab terhadap ku. tapi aku juga tak ingin mas Hendra terluka karena salah paham ini". Putri Lesmana terus saja mendesak Wiryo untuk merubah keputusannya.     

"Kau yakin bisa bertahan menghadapinya, jangan paksakan dirimu. Atau aku akan terus-terusan merasa bersalah pada ayah mu". Wiryo menanyakan kemantapan hati Aruna.      

Sedangkan tak jauh darinya Hendra berusaha terlepas dari bodyguard kakeknya sendiri.     

"harus ada yang bertahan menghadapinya, kalau bukan keluarganya siapa lagi. Apalagi aku istrinya, sesulit apapun aku harus bertahan untuk membantunya". Ungkapan gadis mungil membuat tetua Wiryo tak bisa berkata-kata lagi. Dia pergi bersama para bodyguardnya. Meninggalkan Hendra yang sedang marah luar biasa. Dan mereda seketika saat mendapatkan pelukan perempuannya, makhluk baru pengisi hari-harinya yang makin lama makin tak mungkin dia lepaskan.     

.     

.     

[SETELAHNYA]     

Telah usai meeting di lantai D, seorang kakek mendatangi istri cucunya. Sengaja mencari celah supaya dia bisa hadir lebih awal sebelum cucunya tiba. Sangat penting untuk bisa bertemu Putri Lesmana.      

Ditambah lagi mereka akan tampil di publik, jika gadis itu benar-benar ingin pulang dia sebaiknya bersikap standar saja ketika nanti tampil di stasiun TV. Atau semua orang akan menyudutkannya kala dia akhirnya harus berpisah dari suaminya.     

"Aku sudah bicara banyak dengan ayahmu, aku tahu dia ingin putrinya bisa pulang ke pelukannya" tetua Wiryo yang duduk di sofa tamu kamar pribadi Mahendra, aura lelaki tua itu sangat mendominasi. Aruna masih berdiri kaku tak berani duduk.     

"Andos ambilkan aku panduan Psychosocial Therapist dari dokter Diana". Perint Wiryo sambil menatap Aruna. Gerakan tangannya meminta istri cucunya untuk duduk.      

"aku sangat bersyukur kehadiranmu membuatnya banyak berubah, kabarnya dia bisa tidur dengan istrinya dan bisa merawatnya ketika sakit. Serasa hampir mustahil hal itu bisa dilakukan Hendra"     

"Sayangnya treatment untuk dia tidak bisa berhenti sampai di situ saja, Aku berharap putri Lesmana bisa menyelesaikannya sampai akhir". Wiryo menyodorkan sebuah berkas yang terdiri dari beberapa lembar kertas. Kala Aruna membolak-baliknya gadis itu menyadari berkas ini adalah petunjuk teknis apa saja yang harus dilakukan seorang Psychosocial Therapist.      

"Tidak perlu kau baca yang depan, ada poin inti yang saat ini sebaiknya segera kau uji cobakan pada Hendra. Jika itu berhasil treatment yang kami jalankan dengan menggunakan Putri Lesmana sudah usai" tetua Wiryo begitu terang-terangan menjelaskan banyak hal kepada Aruna. Termasuk tentang pertemuannya dan ayah Lesmana maupun tentang bagaimana dia nanti harus bersikap pada acara talk show for you.      

"Pastikan Aruna membatasi ekspresi" ungkapan Wiryo kali ini, awalnya tidak dimengerti oleh Aruna. Dia bahkan tidak mengerti kenapa dirinya harus membatasi berekspresi di depan kamera.      

Dan sang kakek kemudian menjelaskan secara detail. Aruna perlu tahu batasan, bagaimana dia bersikap. Tampak biasa saja supaya nanti ketika perpisahan hadir pada keduanya. Gadis itu tidak akan menjadi korban sorotan publik. Mahendra lebih bisa menghadapi kecaman publik daripada Aruna.      

Jadi Aruna sebaiknya tidak terlalu mengikuti ritme dalam talk show for you. Wiryo telat menghentikan mereka tampil di publik, dia tidak tahu Hendra akan menggunakan cara itu untuk meredam kekacauan pembangunan Dream City.      

 Itu sebabnya Putri Lesmana begitu gugup menghadapi talk show tersebut. Bukan sekedar karena dia sudah jarang tampil di berbagai acara startup. Aruna sejujurnya sedang gugup menghadapi kalimat 'pastikan Aruna membatasi ekspresi' bagaimana bentuk mengatasi ekspresi yang benar?, Pertanyaan ini sungguh membuatnya gugup.     

.     

.     

[FLASHBACK. Chapter 162, Harapan Palsu]     

Malam harinya gadis itu mencoba treatment terakhir yang harus dia uji cobakan kepada Hendra. Hendra yang menggendongnya kala pingsan dalam perjalanan pulang dari rumah sakit ternyata membuat tim dokter begitu antusias.      

Aruna tidak menyadari bahwa hal sederhana itu adalah pencapaian yang luar biasa. Dalam buku panduan yang dia baca, dokter Diana menyebutkan perasaan khawatir Mahendra terhadap istrinya yang sedang sakit mampu mendominasi psychologist sang pasien PTSD dibanding perasaan traumanya.      

Bahasa yang digunakan dalam pemaparan treatment Psychosocial Therapist cukup rumit dan terlalu tinggi untuk dipahami. Gadis itu beberapa kali menggaruk kepalanya yang tidak gatal.      

Hingga pada suatu titik dia menyimpulkan. Asal Hendra bisa melihatnya tertidur dalam waktu panjang tanpa menyentuh denyut nadinya, suaranya, gerakannya, termasuk mengamati kembang kempis nafasnya dia sudah bisa dinyatakan berhasil melalui tahap terakhir penyembuhan.      

_Pantas saja Hendra begitu suka mendekatiku malam-malam seolah sedang menghirup nafasku, aku pikir dia terlalu mesum_     

Dalam berkas buat Diana dan tim juga menyarankan supaya emosi Mahendra dibuat berkecamuk sehingga Hendra tanpa sadar berada dalam satu ruangan dengan istrinya dan terpaksa mengamatinya, mungkin saja menjaganya, namun tidak dizinkan berbaring bersama.     

Untuk itu di malam harinya Putri Lesmana enggan tidur di kamar pribadi Mahendra, dia membuatnya berkecamuk dengan minta izin tidur kamar hotel yang dia pesan sendiri. Berpura-pura masih sakit serta tak ingin ditemani Mahendra apa lagi tidur bersama.     

"Kita ke rumah sakit ya?".      

"nggak. aku nggak mau".      

"kalau gitu kita ke rumah induk".      

"Aku juga nggak mau".      

"kenapa? Kau mau di kamar hotel pribadi ku?".      

"Bolehkah hari ini aku pesan kamar dan tidur sendiri, aku butuh istirahat tanpa diganggu".      

"Aku janji! aku tidak akan mengganggu mu".      

"Malam ini saja.. please".      

"kamu sedang tak enak badan kan? tak boleh tidur sendiri".      

"Aku, sedang sangat capek. Aku capek menghadapi semuanya. Izinkan aku sendiri untuk malam ini saja".      

.     

.     

"Kembalilah ke kamar mu, sudah aku bilang.. aku akan tidur di sini sendirian". Perintah merusak logika kepada lelaki takluk, yang kini tanpa memegangi nadi penderita sindrom itu sudah bisa melihatnya terbaring menutup mata termasuk bersembunyi di dalam selimut.     

Dia duduk di sofa, menunggui tubuh terbaring yang sedang berusaha tidur di kamar hotel pesanannya.      

"Aku akan menunggu mu sampai kau tidur baru aku pergi". Ungkapnya menenangkan cara mengusir sang perempuan.      

_aku.. apa aku perlahan telah sembuh.. aku bisa menatapnya tidur tanpa menyentuh nadinya.. aku bisa menyetir mobil dan menggendongnya padahal dia pingsan_ pengidap PSDT menikmati dirinya yang mulai berhasil menaklukkan ketakutannya sendiri. Dia masih di sana 60 menit sudah terlewati. Tapi masih konsisten duduk dan mengamati tubuh berbaring yang dulu sangat ditakuti.      

Tiba-tiba suara itu menyapa kembali : "Hendra apakah kamu pernah jenuh?".     

.     

.     

__________________________     

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/     

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^     

Hadiah anda adalah motivasi untuk kreasi saya. Beri aku lebih banyak motivasi!     

Silahkan tinggalkan jejak komentar, aku selalu membacanya.     

Review bintang 5     

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak     

-->     

(^_^) love you All, intip juga novel saya yang lain [IPK : Inilah Perjanjian Kita, Antara Aku Dan Kamu] dan [YBS: You Are Beauty Selaras]. Dengan gaya menulis berbeda dimasing masing novel.     

INFO : Instagram bluehadyan, fansbase CPA (Hendra, Aruna, Damar)     

Nikmati Cuplikan seru, spoiler dan visualisasi CPA     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.