Ciuman Pertama Aruna

Membatu



Membatu

0"hehe kamu terkejut ya?" Surya menanyakan hal yang jelas terpampang di depannya.     
0

"Huuh masih sempet tanya?" Dea tak berani menatapnya lagi, rasanya ingin lari saja dan bersembunyi di balik pintu.     

"tapi aku sungguhan, sungguh ingin menikah denganmu" Surya kali ini lebih berani.      

"Hee... Jangan... Jangan diulangi lagi" giliran Dea yang benar-benar dibuat gugup.     

"Eh' kenapa? Apa aku salah?"     

"Jantungku bisa copot tahu!!"      

Dan keduanya memerah. Saling menatap, kikuk mau ngapain dan hal bodoh berikutnya adalah mereka berdua malah lari ke arah berlawanan meninggalkan tempat duduk.      

.     

"Bodoh! Bodoh! Mengapa aku lari? Harusnya aku menahannya! lebih berani..! bukankah aku yang lebih tua dan aku laki-laki? Aaaargh ribet banget!!" Surya jengkel dan bingung dengan dirinya sendiri.     

"Pak Anda tidak apa apa??" Hery yang duduk di sampingnya dibuat terkejut bukan main. Surya berperilaku dan berucap aneh.     

"Jangan pedulikan aku, lanjutkan saja kesibukanmu sendiri" sanggahnya pada Hery yang tertangkap kepo.     

"ya Ya terserah manusia aneh"      

"Beraninya kau ngata-ngatain aku"     

"itu kenyataan"     

"Pergi sana! Mengganggu! pergi!"     

"hei aku yang dari tadi di sini. kau datang datang mengusir orang" Hery yang keberatan bertahan di tempatnya.     

"Huuh! Tapi ngomong-ngomong kau pernah menyatakan cinta pada perempuan"     

"jangan bilang kau baru saja melakukan itu dan ditolak"     

"enggak ditolak juga?! Aku melarikan diri saking gugupnya"     

"Bwahahaha... Jones akut memang penyakit haha" bukannya memberi saran ajudan Hendra sama resenya dengan tuannya, dia malah menertawakan habis-habisan.     

"Hais' kau..." Pria itu sudah mengangkat tangannya ingin memukul Hery. Sedikit mengejutkan karena Surya malah membatu sendiri. Padahal tangan Surya yang lain berani menarik kerah baju Hery, dan ajudan itu dengan manisnya menawarkan diri untuk dipukul, seolah pasrah menerima pukulan dia tahu Surya tidak akan kasar padanya.      

Dea berdiri di hadapan dua pria yang sedang menunjukkan adegan aneh. Lebih aneh lagi karena Surya tak bergerak.      

"Oh' jadi ini yang membuat Anda lari karena gu..." ucapan Hery spontan ditahan oleh tangan Surya. Minimal dia tak lagi membatu.     

"Sepertinya kita harus bicara yang benar, maksudnya dengan cara yang lebih santai"      

"Ee.. iya.. iyaa.." bahkan lelaki yang usianya lebih tua 10 tahun pun, masih saja tak punya pengalaman berarti tentang menyatakan perasaan.      

Ketika pasangan yang baru saja terserang gugup perlahan meninggalkan tempatnya.     

Suara Hery memberi semangat menjadi pengiring sempurna: "jangan gugup pak.. atau Anda akan jomblo selamanya"      

Kalimat canda ringan itu, segera mendapat balasan. Surya mengisi kotak tisu dari meja yang baru saja dia lewati lalu melemparnya tepat ke arah Hery, ajudan itu tertawa terpingkal-pingkal.      

.     

Cukup lama mereka berjalan beriringan di sepanjang pantai pelataran indah dari Djoyo rizt hotel.     

Surya terdiam membeku kesulitan mengawali percakapan. Sedangkan Dea, jujur gadis itu sedang menunggu pria disampingnya bicara lebih dahulu tidak baik baginya mendahului laki-laki.     

Tapi rasa rasanya ini akan sia-sia saja. Pak Surya tak kunjung bicara : "Eee.."     

Ketika sebuah kata diawali huruf "E" terucap, keduanya malah bicara bersamaan.     

"anda saja yang duluan"     

"tidak! Dea saja yang duluan"     

"yang bener laki-laki yang dulu"     

"ladies first"     

Secara mendadak gadis itu menghentikan langkah kakinya, dan berdiri di hadapannya memandang Surya.      

"Apa anda tidak tahu?! Laki-laki  selalu di depan. Kalian seorang pemimpin! Jadi anda yang harus mengawali percakapan ini"     

"Hehe.. maaf, aku benar-benar tersiksa dengan perasaanku ini"     

"Ee.. aku juga" suara Dea lirih hampir tidak terdengar.     

"Oh! Kau juga? Apa itu artinya aku mungkin saja diterima?" suasana hati Surya lebih lega.     

"belum tentu, Tapi siapa sih yang enggak merinding dilamar orang secara tiba-tiba"     

"Ada" jawab singkat Surya.     

"Jangan bilang itu Aruna" Dea pun mengetahui perempuan yang dimaksud.     

"Hehe iya.. Nona selalu datar pada Hendra. Sampai tiap hari Hendra dibuat bingung mencari cara untuk mendapatkannya" Surya sebenarnya sedang mencari topik untuk mencairkan suasana. Seiring cara mereka duduk berdua di tepian pantai.     

"padahal mereka sudah menikah. Kadang aku kasihan sama Aruna. Dia berubah banyak? Jadi pendiam dan jarang bicara, sepertinya dia tertekan" akhirnya Dea bisa mencair. Dan perlahan rasa gugup yang menyerang dua orang ini berangsur-angsur hilang.     

"Hendra sama.. andai kamu tahu seperti apa dia sebenarnya, kamu akan lebih kasihan" sekretaris membela atasannya sekaligus sahabatnya.     

"Andai anda tahu Aruna yang dulu seperti apa? Anda juga akan kasihan" Dea membela sahabatnya.     

"Sepertinya tidak akan pernah habis jika membahas mereka"     

"Iya.. benar" ucap Dea membenarkan.     

"Aku tidak ingin rumit seperti mereka, dan aku juga tidak mau berbelit-belit membangun hubungan. Usiaku lebih dari matang, ketika aku pertama kali berangkat ke Surabaya denganmu. kau anak kecil yang begitu menarik hati. Aku pikir akan menyenangkan bisa menikah denganmu" ketika rasa gugup itu semakin hilang Surya lebih berani bicara.     

"Kenapa Anda menyebutku anak kecil?" gadis itu keberatan.     

"memang itu kenyataannya, aku sudah kuliah di USA. Kau saja belum lulus SD"     

"ah benar juga?! Jadi kalau aku menikah dengan Anda berarti aku menikah dengan om om"     

"nggak gitu juga, beda 10 tahun bukan berarti aku om om, apalagi Om om hidung belang. Aku jamin itu bukan diriku. Jujur aku belum pernah dekat dengan perempuan sebelumnya sama seperti Hendra"     

"Ah' yang benar, kayaknya itu mustahil"     

"bener aku nggak bohong"     

"Dengan kedudukan seperti Anda dan latar belakang kampus anda di luar negeri. Pasti anda pernah dong ee..."     

" Tidak pernah!" Surya memotong kalimat Dea.     

"aku dan Hendra bekerja setiap saat kami punya jadwal yang mengatur pola hidup kami. Selain karena dia agak kesulitan dekat dengan perempuan, aku pun dipaksa sama seperti dirinya. Sedikit menyebalkan! Sekarang aku ditinggal jones sendirian!"     

"haha hee.." Dea malah tertawa mendengarkan penjelasan Surya, bukannya prihatin.       

"hei.. hentikan tawamu"     

"Oppa nasibmu sedikit memprihatinkan hehe" imbuh Dea     

"Lama-lama Kau menyebalkan seperti Hery"     

"jangan-jangan anda melamarku karena kelamaan sendiri ya.."     

"Tidak.. bukan karena itu"     

"Lalu"     

"Aku suka kamu panggil oppa.. panggilan itu melayang-layang di kepalaku, sejak pertama kamu menggunakannya untuk memanggil ku. Dan Aku ingin mendengarnya setiap saat, 'Oppa' begitu. Hee..." Telinga pria ini merah bukan main, Dea juga.      

"srek" Surya segera meraih lengan Dea, dia takut gadis itu berlari saking malunya. Padahal dia sendiri yang berniat ingin lari dan menggunakan cara itu supaya dia bisa bertahan.      

"Ingat jangan lari! Karena malu"     

"Tapi jangan pegang bajuku. Kita belum sah!" kemudian keduanya membeku.      

Saling melirik.     

Lalu membeku lagi.     

_memang harus aku yang mengawali obrolan, tapi kenapa lidah kelu_ Surya benar-benar merasa bodoh.      

_Surya tidak ada kesempatan kedua, ayo berani_ pria itu menyemangati dirinya sendiri.      

"jadi.. tawaranku bukan main-main, mungkin kau bisa dapat yang lebih muda dariku. Tapi aku yakin tidak ada yang lebih mapan" Surya menawarkan dirinya seolah dia sedang menawarkan bisnis kepada kolega DM group     

_kok kelihatan sombong ya??_ malah hal ini yang tertangkap di otak Dea.      

"secara nyata dengan menerima ku, semua hal yang aku kerjakan selama lebih dari 10 tahun sebagai seorang pekerja yang profesional dengan profit yang profesional akan menjadi milikmu seutuhnya. Jaminan hidup layak tak perlu kau pikirkan lagi. Bahkan aku siap memboyong ibu dan adikmu di rumah baruku. Maksudnya aku sudah punya rumah yang sengaja aku siapkan untuk istriku kelak, harapanku itu kamu" gamblang Surya menjelaskan.     

"mengapa aku merasa ditawarin properti dari pada ditawarin nikah"     

"hehe.. maaf sepertinya terbawa kebiasaan bekerja"     

"kayaknya aku pernah baca deh! Beli properti bonus istri jika cocok. Kalau pak Surya, menikahlah denganku gratis rumah mewah"     

"hahaha.." Surya tertawa terpingkal-pingkal, Dea sering kali receh.     

"Kira kira.. ada mobil mewahnya nggak?" Dea kian receh.      

"Ada"      

.     

.     

__________________________     

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/     

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^     

Hadiah anda adalah motivasi untuk kreasi saya. Beri aku lebih banyak motivasi!     

Silahkan tinggalkan jejak komentar, aku selalu membacanya.     

Review bintang 5     

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak     

-->     

(^_^) love you All, intip juga novel saya yang lain [IPK : Inilah Perjanjian Kita, Antara Aku Dan Kamu] dan [YBS: You Are Beauty Selaras]. Dengan gaya menulis berbeda dimasing masing novel.     

INFO : Instagram bluehadyan, fansbase CPA (Hendra, Aruna, Damar)     

Nikmati Cuplikan seru, spoiler dan visualisasi CPA     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.