Ciuman Pertama Aruna

Segara Anak



Segara Anak

0"Tapi ngomong-ngomong mengapa Bang Bay bersih kukuh untuk ikut?" Damar merasa aneh dengan perilaku ayah angkatnya yang lebih suka nongkrong dari pada berolahraga. Tapi bersih kukuh untuk ikut pendakian Gunung Rinjani.     
0

"Aku ingin menasehati hati laki-laki yang keras" sambil ngos-ngosan bang Bay mengutarakan maksudnya.     

"Hehe, aku kah lelaki yang keras hati?"     

"Kita selesaikan dulu sampai Segara Anak, sepertinya aku masih kuat untuk sampai tempat itu" ucapnya melangkah lebih bersemangat.      

.     

Bersama dinginnya udara malam pegunungan, ketiganya terbungkus jaket tebal khas para pendaki. Api dinyalakan untuk masak makan malam sederhana ala pegunungan.     

"Aku baru tahu, makan bisa seenak ini ketika kita berada ada di ketinggian".      

Damar tersenyum mengimbangi ungkapan bang Bay.      

Kala semua aktivitas makan mereka telah usai unggun kecil dibiarkan tetap membara, memberi cahaya di tengah-tengah kegelapan bersama langit yang tampaknya bersahabat. Menyuguhkan taburan bintang termasuk bulan yang sedang menuju purnama.      

"kau masih menyukainya" tanya bang Bay melirik pemuda yang mulai menjentikkan jari jarinya pada senar gitarnya.      

"Aku lebih suka disebut mencintai bukan sekedar menyukai"      

"Masih sulit melepasnya ya.."     

"Bagaimana lagi? Aku masih bisa membuat lirik lagu dengan membayangkan Aruna?"     

"Dan suaminya, Aku yakin tidak mungkin melepaskan istrinya begitu saja" sela Juan.      

"mereka punya kesepakatan berpisah"     

"walaupun ada kesepakatan, aku yakin bosku Hendra selalu punya cara untuk menjerat istrinya. Jika kamu benar benar mengenali orang itu kau tak akan bisa membantah kata-kataku. Pria itu punya sisi lain yang begitu menakutkan" Juan mengingat cara Hendra menghajar dirinya.     

"Itu sebabnya Aku akan bertahan untuk Aruna"     

"berhentilah saja seperti aku dan Syakila. Hidup harus realistis bro!" Juan menepuk pundak Damar sok bersahabat.     

"bisa tidak kau tutup mulutmu dan singkirkan tanganmu itu" Damar tidak terima.      

"Aku ingin bicara dengan Damar, Kau boleh mendengar tapi tolong jangan berkomentar" Bang Bay menengahi keduanya.     

"Baik.. baik.. aku akan mematung" ungkap Juan dengan nada reseknya.      

"kalau ternyata melepas perempuan itu adalah pilihan terakhir dan tak ada lagi jalan lain. Bagaimana denganmu? Apa yang akan kau lakukan?" Bang Bay melempar pertanyaan. Damar hanya bisa diam membeku.      

"Jangan lakukan itu. Jangan bertahan, hidupmu terlalu berharga untuk terus-terusan memikirkan satu orang. Asal kau tahu? Ada seorang ibu yang setiap hari menanyakan kabarmu. Mendesak ku untuk menerima uang bahkan segala tawaran lainnya supaya berkenan menjagamu sebaik mungkin, kalau dulu yang banyak menjagamu adalah Aruna. Aku yakin dibalik itu semua ada ibu yang menitipkan putranya"     

"Anda salah Bang, dia peduli pada semua temannya. Sebelum mengenal ibuku pun dia sudah sangat peduli padaku"     

"baik, mungkin karena itu kau ketergantungan padanya"     

Bang Bay melihat Juan: "bagaimana menurutmu gadis itu, Juan?"     

"Ya.. tepat seperti yang kamu katakan, dia juga peduli pada suaminya. Tiap pagi masih mengantarkan pria itu sampai ke mobil. Merapikan dasinya lalu berpesan pada bosku agar segera pulang, walaupun setelahnya Nona seharian hanya duduk di balik jendela"      

"jika kamu meneruskan perasaanmu, dan gadis itu ternyata tak mungkin lagi melepas ikatannya. Kau tak ada bedanya dengan ibumu. Pahami kata-kata aku"     

Damar mengembara dalam ruang pikirnya, ungkapan-ungkapan bang Bay berikutnya tentang: andaikan ibu HRD berkenan melepas cintanya pada ayah Damar yang membawa perempuan itu pada kehancuran dan tak akan mungkin di gapai kembali. Pasti ibu HRD bisa menjalani hidup lebih baik lagi, dia menyia-nyiakan banyak hal termasuk Damar itu sendiri.      

"Tapi bang Bay juga tak menikah?" telisik Damar berikutnya, setelah menemukan sebuah titik untuk berpijak menanggalkan rona kemerahan.      

"Itu pilihan, bukan karena tidak berkenan melepas dia yang dulu merebut hatiku.  Yang kedua bisa jadi karena aku memang punya karakter sulit dekat dengan perempuan. Dan yang ketiga" lelaki itu berhenti sejenak lalu tersenyum.      

"Bisa jadi karena kisahku harus begini, supaya aku bertemu dengannya"     

"Maksud bang Bay? Damar sedikit bingung dengan ungkapan terakhir laki-laki itu.      

"Seandainya aku mendapatkan izin dari putranya mungkin bulan ini aku akan menikah"      

"Oh akhirnya kau temukan pengisi hatimu ya bang"     

"Ya benar sekali. Aku hanya perlu membujuk putranya"     

"Aku harap kau berhasil"     

"Terima kasih. Tapaknya sekarang waktu yang tepat untuk membujuknya"     

"jangan undur lagi Bang, dari pada anda menyesal berikutnya"      

"Jadi bagaimana? Apa aku sudah cocok sebagai ayahmu??"     

"Kau sendiri yang bilang, kau ayah angkatku? Kenapa bertanya lagi?"     

"Hahaha.. ha ha" Juan tiba-tiba tertawa terpingkal-pingkal.     

"Hais' Aku sedang berusaha bisa nggak kamu diam!" Bang Bay membentak pemilik suara tawa.      

"Ayah?? Ayah?.. ijin pada putranya?" Damar menggerutu sendiri.     

"Jangan bilang perempuan yang kau maksud ibu HRD?!"     

"Hehe.. boleh aku menikah dengan ibu?"     

"sialan! pantas kau mengikutiku sampai di sini!!"     

"Hahaha" suara tawa Juan kian riuh mengiringi perdebatan mereka.     

"Ah bagaimana bisa kamu sama ibu ku?"     

"ya karena dia sering chattingan denganku, awalnya menanyakan kamu lama-lama ibumu memang lucu"     

"Hais' kenapa jadi begini?!"     

"haha..  ayolah beri Bang Bay dan ibumu kesempatan?!" Kali ini Juan benar-benar diberi kesempatan menumpuk bahu Damar. Dia bahkan tertawa geli mendengar percakapan serius yang ujung ujungnya ternyata seputar izin seorang pria yang ingin menikahi ibu pemuda Padang.     

***     

"Hen.. lepaskan bajumu" perintah Aruna.     

Mereka sempat berdebat sebelumnya, karena Hendra yang mulai menggigil terserang demam masih saja berharap mengendarai mobil Jeep. Aruna susah payah membujuk laki-laki keras kepala. Tadi, menutup atap mobil orange ini saja terlihat Hendra cukup kesulitan.      

Dan kini perempuan itu membantunya melepas baju basah yang masih saja dia kenakan. lalu ikut ribet memakaikan jaket kekecilan milik Aruna yang tadi tertinggal di mobil. Karena jaket Hendra sudah basah bersama air hujan di pantai.      

"Badanmu panas sekali.. bagaimana ini?" Gelisah Aruna sembari menyalakan Jeep.      

"Jangan khawatir aku baik-baik saja" ungkapan Hendra tak selaras dengan raut mukanya.      

Dan raut muka itu spontan berubah drastis.     

"Aaargh.. hehe" perempuan itu berteriak terkejut lalu meringis tertawa. Dia hampir menabrak tembok pembatas.      

"Hai.. kau benar-benar bisa menyetir mobil atau.. Aruna.. aaaa.." Hendra dibuat kian panik karena kali ini mobil mundur begitu cepat.      

"Hahaha" perempuan itu malah tertawa melihat Hendra berteriak padanya.     

"Tenanglah Aku hanya uji coba sebentar, sambil melemaskan tangan dan kaki ku" Aruna menenangkan pria sakit di sampingnya.      

"biar aku saja yang menyetir" Hendra meminta Aruna minggir dari kursi pengemudi.     

"Nggak boleh!" perempuan itu bersikukuh memegangi benda berbentuk lingkaran tempat mengatur laju Jeep.      

"dasar keras kepala!" Ejek Hendra.     

"Kau juga keras kepala, karena kita sama jadi diamlah" Aruna menyuguhkan ekspresi kasar karena dia ingin mempertahankan diri sebagai driver untuk saat ini.     

Dan mobil Jeep pun melaju perlahan, meliuk lambat mengikuti kemampuan pengemudinya yang terlihat hati-hati. Dan ketika sampai di jalanan yang lebih datar gadis itu bisa mengurangi ketegangan.      

Aruna sempat berhenti di beberapa titik. Membangunkan Hendra yang tertidur sambil mengigau. Sekedar membeli baju hangat lalu membungkus tubuh laki-laki itu. Termasuk membeli kompres instan yang ada di minimarket.      

.     

"Hen.. kau perlu aku panggilkan dokter" selanya, seiring cara Aruna merapikan tempat tidur untuk mata biru.      

"tidak usah.. aku hanya demam biasa" Padahal mata biru sedang duduk sambil memegang kepala.      

"bagaimana kalau kita coba cara ibuku?"     

"Maksudnya?"     

"Seseorang yang baru terkena air hujan kemudian tubuhnya jadi demam atau merasa tidak enak, sebelum istirahat sebaiknya mandi air hangat mencuci rambut dan badannya. Ayo aku bantu kau mandi?!"     

.     

.     

__________________________     

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/     

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^     

Hadiah anda adalah motivasi untuk kreasi saya. Beri aku lebih banyak motivasi!     

Silahkan tinggalkan jejak komentar, aku selalu membacanya.     

Review bintang 5     

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak     

-->     

(^_^) love you All, intip juga novel saya yang lain [IPK : Inilah Perjanjian Kita, Antara Aku Dan Kamu] dan [YBS: You Are Beauty Selaras]. Dengan gaya menulis berbeda dimasing masing novel.     

INFO : Instagram bluehadyan, fansbase CPA (Hendra, Aruna, Damar)     

Nikmati Cuplikan seru, spoiler dan visualisasi CPA     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.