Ciuman Pertama Aruna

Mundur Kalian



Mundur Kalian

0"Huh... Huh..."     
0

_Jangan ambil Aruna.. jangan ambil harta ku.._      

Tenggelam dan menghilang.     

***     

"Aah"     

Mata membuka mengembara menyusuri setiap jengkal ruangan. Di mana ini? Di mana aku?      

Tubuhnya terlalu ringkih untuk duduk karena kepala masih terasa begitu berat. Tapi bukan Hendra kalau dia tidak memaksakan diri. Pria itu tidak mendapati surya yang biasanya setia mendampingi. Namun ada mendapati ajudan lain yang juga sering menemaninya. Hary duduk di sana, sedang gelisah sendirian.      

lebih gelisah dan terkejut lagi ketika pewaris tunggal itu bangun dan mencabut selang infusnya.      

"Tuan.." pengawal pribadi itu tahu hal ini pasti akan terjadi.      

"bersabarlah Tuan kumohon.." sayangnya ajudan itu lupa siapa yang diajaknya bicara, bukan Hendra kalau dia terus saja terbaring dalam kondisi seperti ini.      

Mata biru berdiri dan hampir jatuh memegangi ranjang pasien miliknya.      

"Huuh.. huh.." coba menyeimbangkan diri mencari nafasnya yang timbul dan tenggelam. Sepertinya obat yang paling dia benci (obat tidur) masih mengelabui tubuhnya.      

"Di mana aku?"      

"Anda sudah di Jakarta.." jawab ajudan itu mulai bangkit berniat membantu tuan mudanya.      

"oh begitu ya.." Dan Hendra berusaha mendekati Hary.      

"Kemana uuh.. kemana Surya?" dalam caranya mendekat pada ajudan yang biasa menyelipkan sesuatu di jasnya, Hendra punya maksud tersembunyi.      

"Maaf saya tidak bisa mengatakan".      

Tepat ketika Hary merengkuh tubuh tuannya berniat untuk membantunya kembali berbaring di ranjang, pria itu meraih pistol yang  terselip di saku sang ajudan secepat kilat.      

"Katakan padaku ada di mana posisimu?" Hary yang syok segera mengangkat kedua tangannya.      

"saya tidak paham maksud anda"     

"Uuuh.. hahaha" pada nafasnya yang belum begitu jelas, Hendra sempat tertawa, Menertawakan dirinya sendiri.      

"siapa di sini yang bisa ku percaya, kenapa tidak kalian bunuh saja aku" suara itu bahkan sempat membuat penjaga yang ada di luar mengintip ke dalam.      

"Dor" Hendra menembak tepian pintu supaya orang yang di luar tidak masuk ke dalam kamar tempatnya dirawat, dia butuh seseorang yang bisa dipercaya.     

Sayangnya pria itu terjatuh di lantai, sebelum dia sempat mencari tahu kemana Surya dan kepada siapa Hery berpihak.      

Terpaksa mata biru terbaring lagi dan menghilang karena pengaruh obat yang diberikan.       

.     

.     

Pada bangunnya yang kedua, pria itu lebih menguasai tubuhnya. Penjaganya masih sama, Hery mendekat dan segera memegang lengannya. Ajudan itu berharap Hendra tidak melepaskan infus ditangan: "Saya akan setia pada anda, tolong jangan di lepas. Anda perlu sehat terlebih dahulu sebelum memikirkan yang lain"     

"Kenapa? Kau kasihan padaku?!" pewaris tunggal Djoyodiningrat tersenyum miris pada Ajudannya.      

"Tidak.. aku hanya ingat pesan Surya, dia bilang bahwa saya harus memperlakukan anda secara manusiawi. Karena kita semua manusia" Ajudan itu bicara sambil menunduk.      

"Kemana Surya?" Tanya Hendra berusaha duduk.      

"Sekretaris Surya mengundurkan diri. Dia tidak tahan dengan cara orang orang itu memperlakukan Anda" Hery belum berani mengangkat kepalanya.      

"Buat orang orang di luar menyingkir, aku harus menemui Surya"     

"Akan mudah jika itu besok pagi.. kita tinggal bilang anda butuh jalan jalan lalu menyelinap"     

"Kenapa? Sebanyak apa yang di luar. Sepuluh?"     

"Lebih banyak"     

"Ha.. haha" Mahendra memejamkan mata sesaat, pikirannya sempat kembali ke masa lalu. Kejadian yang sama pernah dia alami kala dulu dirinya menolak pernikahan ini dan memanfaatkan Tania sebagai alasan.      

Dan orang orang Wiryo menangkapnya lalu membuat tidak bisa keluar dari kamar hotel. Cara menyelesaikan masalah yang sama dan ternyata hal yang sama pula tanpa di sadari dipergunakan untuk menyelesaikan masalah dengan istrinya.      

"Ambilkan handphone ku" permintaan Mahendra segera dituruti oleh Ajudannya.      

_Aruna pasti tersiksa di kamar mandi, apa dia sangat ketakutan di kurung..? maaf_      

Mahendra mengamati tawa perempuannya menyapa lumba lumba, sebuah video pendek yang dia ambil di pantai Lovina.      

"Hen.. kenapa kamu suka Fajar dari pada Senja?"      

Suara itu membuat mata biru membeku ada rasa sakit yang menghujam di dadanya.      

"Tuan apa anda ingin keluar dari sini sekarang?" Secara mengejutkan Hery membuat ungkapan keberanian.      

Hendra hanya menatapnya.      

"Anda tahu mengapa aku yang selalu menemani anda dibandingkan yang lain?" Ungkapan Hery hanya berbalas lirikan mata tuannya.      

"Aku dulunya pegulat ilegal hee.. sebelum ditemukan senior Raka. Aku yakin anda mengerti maksudku apa kan?"      

"Lalu kenapa kau ragu" Tanya Hendra melihat Ajudannya yang tertunduk kembali.      

"Tapi anda sepertinya belum begitu pulih, walau aku bisa mengelabuhi mereka sayangnya jika tertangkap anda pasti di perlakukan lebih buruk lagi" pria bernama Hery punya badan yang atletis lucunya hal tersebut bertolak belakang dengan sikapnya yang terlihat lugu dan sering canggung untuk sekedar berbicara langsung dengan CEO DM Grup.      

"Aku sebenarnya menunggumu lengah berharap bisa mengambil pakaian yang kau gunakan kalau perlu sesuatu di dalam sakumu untuk lari dari sini" jelas Hendra.      

"Ah' benarkah?" Hery berbinar mendengarnya.     

"Kalau begitu mari kita lakukan tuan"      

"Tunggu dulu.." Hendra menghubungi seorang dari Djoyo Ritz Hotel untuk mengantar motornya.     

.     

Dan tak lama mereka pun mulai bertukar baju. Hery keluar lebih dahulu mengenakan seragam pasien serta coat Mahendra, spontan orang-orang yang bertugas menjaga mendekat tubuh ajudan yang sedang melakukan penyamaran.     

"aku bosan ingin jalan-jalan" Hery berusaha mengelabui mereka dengan menirukan gaya bicara pewaris Djoyodiningrat.     

Langkah ajudan yang pura-pura jadi Mahendra sangat berhati-hati menjauh dari pintu rawat inap diiringi sekelompok penjaga yang berusaha mengikutinya. sayang salah satu mulai curiga pewaris Djoyodiningrat tidak pernah menundukkan kepalanya apalagi menutupinya dengan penutup kepala. ketika salah satu bergerak mendekat berusaha memeriksa, Hery berlari secepat dia bisa.      

Dan Hery pun di kejar membabi buta, tak lama pria itu berusaha di tangkap hasilnya sungguh mengejutkan saat mereka menyadari bukan pewaris Djayadiningrat yang sedang mereka ringkus. Langsung saja yang lain berbalik arah dan beberapa orang memencet sesuatu di telinga, menghubungi satu sama lain.     

Hery berusaha melawan, melepaskan diri dari dua orang yang mengunci lengannya. Dia menghentikan setiap orang yang berbalik arah, adu pukul di lorong rumah sakit tidak bisa dihindari.     

Sedangkan di ujung sana Hendra telah berhasil keluar dengan aman, menyelinap ke berbagai sisi. Sayang unit yang lain yang sedang berjaga-jaga di tiap pintu keluar  lebih awas mengamati orang yang lalu lalang termasuk pemilik mata biru.      

Mereka yang mulai mengenali ciri-ciri baju Hery dan gerak gerik mencurigakan perlahan mendekati mata biru. Hendra berjalan cepat lalu menyelinap pada kamar pasien membuat yang di dalam bingung. Gadis kecil sakit yang sedang ditemani perempuan tertidur mungkin itu ibunya mengerutkan alis mengamati Hendra. Pria ini tersenyum lalu memberi instruksi menggunakan telunjuk tangan. Pria itu menaruh telunjuknya di depan bibir.     

"Husst" gadis kecil bingung mengangguk dan terdiam kala mendengar kata lirik dari Mahendra. Dia sempat membalas senyuman, bisa jadi karena terkesima dengan lesung pipi paras malaikat.      

Mata biru berjalan melewati depan ranjang gadis kecil untuk memeriksa jendela. Sayang sekali jendela rumah sakit berbeda dengan hotel, pada rumah sakit tidak didapat balkon untuk meloncat dari satu balkon ke balkon yang lain.      

Hendra tersenyum lalu meninggalkan gadis itu, dia keluar dari pintu setelah merasa aman. Kemudian melanjutkan caranya menyelinap.      

.     

"Ha haha" ada tawa menyeringai khas CEO DM Grup, dia mendapati motor yang disiapkan untuknya di basement sudah dijaga beberapa orang dan yang lain mulai berdatangan.      

"Tuan kami tahu anda belum sepenuhnya pulih, tolong urungkan niat anda"      

Hendra mengabaikan peringatan mereka, berjalan begitu saja mendekati motornya.      

Tepat ketika salah satu berupaya memegang bahunya. Pewaris tunggal DM group menodongkan senjata: "Mundur kalian"      

.     

.     

__________________________     

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/     

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^     

Hadiah anda adalah motivasi untuk kreasi saya. Beri aku lebih banyak motivasi!     

Silahkan tinggalkan jejak komentar, aku selalu membacanya.     

Review bintang 5     

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak     

-->     

(^_^) love you All, intip juga novel saya yang lain [IPK : Inilah Perjanjian Kita, Antara Aku Dan Kamu] dan [YBS: You Are Beauty Selaras]. Dengan gaya menulis berbeda dimasing masing novel.     

INFO : Instagram bluehadyan, fansbase CPA (Hendra, Aruna, Damar)     

Nikmati Cuplikan seru, spoiler dan visualisasi CPA     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.