Ciuman Pertama Aruna

II-1. Sesuai Kehendakmu



II-1. Sesuai Kehendakmu

0Di gedung usang kosong dan aneh, membuat Heri dan Surya sempat kesulitan menemukan Hendra. Handphonenya tidak bisa dihubungi mereka akhirnya naik dan mencari ke segala arah di tempat yang menjadi share lokasi Hendra. Hingga akhirnya dua orang ini menemukan Hendra yang tertangkap kacau memegangi dinding bertuliskan namanya.      
0

"Kalian sudah sampai?" Hendra terlihat membara dalam emosi yang tak terpahami oleh dua orang disekitarnya.     

"setelah ini ke mana tujuan kita? Hen..?" Surya terlihat khawatir dengan orang-orang Djayadiningrat yang perlahan mencium keberadaan mereka.      

"Tidak kemana-mana, tunggu saja sebentar lagi" Dan ternyata benar apa yang dikatakan Hendra, suara mobil berdatangan bukan cuma satu atau dua tapi cukup banyak.       

"hehe betulkan, cepat sekali mereka menemukan lokasiku "      

"Apa kita tadi dibuntuti?" Surya terlihat bingung sendiri dia mendekati tepian lantai dan mendapati para ajudan Djayadiningrat sudah berkumpul di bawah dan mulai bersiap-siap untuk menangkap mereka.       

Hendra mendekati hery dan membuka luaran sebuat jaket yang membungkus tubuh ajudan itu. Dia meraih pistol yang terselip didalam baju Hery.       

Mata Surya melebar efek dari rasa terkejutnya, menyadari saat ini kondisinya sangat genting dia takut dengan tindakan yang akan Hendra lakukan.       

"Tinggal berapa pelurunya?" tanya Hendra pada Hery.      

"Dua tuan "jawab Hery.     

"Bagus, lebih dari cukup" Dan mata biru berjalan menuruni tangga penuh dengan keyakinan, Surya panik melihat sahabtnya dia berteriak keras untuk menghentikan Hendra: "Hen.. apa yang akan kau lakukan?!"       

Pria itu malah mendekati orang-orang yang akan menangkapnya, tapi bukan itu yang membuat Surya khawatir, yang lebih mengkhawatirkan dimata sahabat ini ialah ekspresi Hendra itu sendiri. Dia tahu Hendra sedang dilanda kemarahan luar biasa.       

Matanya memerah dan tatapan tajam itu seolah tak melihat apapun kecuali tujuan mengerikan yang tak terpahami oleh orang lain.       

"Hendra! Hendra! berhenti kau mau apa?" Surya berlari membuntuti langkah kaki cepat dari CEO DM Grup begitu juga Hery yang mulai memahami keputusan nekad tuannya.       

Ketika pewaris tunggal itu masuk ke dalam lingkaran orang-orang yang sedang berniat menangkapnya. Dia kembali menodongkan pistol di kepalanya sendiri.       

Lalu mendekati salah satu mobil, dan menarik tubuh sopir yang duduk di dalam.       

"jika kalian menghentikan mobil ini aku tidak segan-segan untuk membuat diriku terlibat dalam kecelakaan" Ungkapan itu membuat para ajudan mulai kelelahan. lelah menghadapi pewaris tunggal yang sulit di prediksi.     

"Tuan kami mohon urungkan niat anda" beberapa orang berupaya untuk menghentikan kehendak Mahendra. Mobil itu kini sudah melesat kencang kesetanan.      

Beberapa mobil membuntutinya, Surya dan Hery turut mencari cara untuk membuntuti mobil tuan muda yang bergerak cepat, sulit dikejar.       

Dan membuat mereka yang berhasil membuntuti Mahendra terkejut bukan main ketika mobil itu ternyata menuju rumah induk.       

Pintu gerbang dibuka secara otomatis, seperti biasa menyambut kedatangan pewaris tunggal Djoyodiningrat. Salam sapa diabaikan begitu saja. Belakangan terdengar perintah dari orang orang yang baru berdatangan mereka berupaya menghentikan Mahendra. Sulit memperdiksi apa yang akan dilakukan cucu tunggal keluarga ini. Bagaimana bisa setelah menghilang dan lenyap, tapi sekejab dengan langkah sigap dia datang sendiri.      

Tiap kali ritme itu dihentikan, Hendra menodongkan pistol tepat dikepalanya sendiri. Kumpulan ajudan terpaksa mundur tak berani mengganggunya. Dia membuka pintu ruang kerja oppa Wiryo. Perlahan orang orang tetua Wiryo mulai memahami dengan menebak perilaku terakir Mahendra. Mungkin saja tetua dalam bahaya, karena kemarahan cucunya kali ini sangat sulit di prediksi.      

Belum sempat terhentikan, laki-laki gusar membuka kasar pintu kamar utama rumah induk.       

Dan bencana itu benar benar datang, Mahendra berniat membunuh kakeknya. Mata biru menodongkan pistol untuk kakeknya sendiri. Ada gerakan terkejut bukan main dari seorang perempuan paruh baya, "Hendra.. cucuku, apa yang kau lakukan?" , Sukma berteriak dan berusaha ingin memeluknya      

"Jangan mendekat" pelatuk ditarik dan semakin mengancam. Oma Sukma pun dibuat syok hingga tumbang, nenek itu pingsan melihat cucunya sendiri berniat membunuh kakek yang juga suaminya.       

"Tembak aku jika kau menginginkan itu!" ketua Wiryo mengambil tongkatnya. Dia berdiri mendekati meja kerja di kamarnya. Kolase yang sama dari kamar Mahendra dan Aruna.     

"Di mana istriku! Kembalikan padaku!" Hendra makin mengancam.       

Sedangkan dari arah pintu kumpulan bodyguard tetus berusaha mencari cara mendekat.        

"pergi kalian atau aku benar-benar membunuhnya" ancaman itu membuat yang lain menyingkir kecuali seorang perempuan Ayu yang mematung melihat apa yang terjadi di dalam kamar utama. Ibunya tergeletak pingsan dan putranya ingin membunuh ayahnya.      

"lakukan saja jika kematian ku yang kau inginkan! tapi sebelum semua itu terjadi, Kamu perlu tahu ini!" pria tua itu membuka laci meja kerjanya mengambil sebuah berkas dan melemparkan benda itu kepada Hendra. Keduanya terlihat seperti musuh, begitulah yang ditangkap orang lain ketika melihat adegan tersebut.       

Dalam keadaan awas dan masih enggan menurunkan pistol untuk kakeknya. Hendra mengambil berkas yang di lempar Wiryo.       

"Jangan kamu pikir dia dirawat berhari-hari di rumah sakit hanya karena terkunci dikamar mandi" ungkapan Wiryo seiring kecepatan Hendra membaca lembar demi lembar berkas yang dilempar ketua Djayadiningrat.       

"Sekejap Hendra mengabaikan caranya menodongkan pistol" dia larut dan fokus dengan apa yang dibaca, kumpulan penyelidikan dari ancaman yang diterima istrinya. Hendra baru tahu gadis itu harusnya keluar dari rumah sakit lebih awal. Sebuah informasi mengejutkan tentang obat penurun daya tubuh yang berbahaya tersisip di minumannya. Tepat ketika dia keluar untuk makan bersama teman-temannya gadis itu bukan sekedar akan ditangkap oleh musuh-musuh keluarga Djoyodiningrat.     

Entah bagaimana caranya dan siapa pelaku yang menaruh racun itu di makanan Aruna sehingga kondisi tubuhnya melemah. Pantas dia butuh waktu berhari-hari untuk menemani gadis itu sembuh dari sakitnnya. Bukan sekedar dehidrasi atau sakit lain seperti dugaannya. hendra sama sekali tidak tahu menahu tentang hal ini.     

Bukan cuma informasi itu yang dia dapatkan, beberapa ancaman secara tidak langsung mengintai perempuannya setiap saat. Penembakan yang terjadi di meeting besar Dream city yang akhirnya salah sasaran kepada walikota Riswan, seharusnya ditujukan untuk Aruna. Namun karena gadis itu sulit digapai para pelaku mengalihkan sasarannya pada Hendra dan Riswan yang menjadi korban.       

Salah satu lembar yang paling mengejutkan bagi Hendra, pria ini mendapati kenyataan paling pahit tentang gadis mungil yang dia cintai sempat berniat mengakhiri hidup dengan cara berjalan menenggelamkan diri di danau hamparan taman rumah induk.       

Belum usai dia membaca berkas-berkas yang membuatnya hampir roboh. Mata biru diterjanga lagi oleh kakeknya, kini lelaki tua melempar lembaran-lembaran kertas lain. Ketika salah satu lembaran menyentuh lantai, dia mengenali tanda tangan khas milik Aruna tergores diatas materai.      

Lembaran yang berhamburan tidak lain ialah surat kontrak pernikahan antara dirinya dan Aruna. Entah bagaimana Wiryo bisa menemukan salinan asli yang disembunyikan Hendra.      

"Inilah yang membuat kakekmu tidak bisa mempertahankannya, kau sendiri yang membuat keluarga Lesmana marah padamu" Wiryo menatap tajam Mahendra, pria ini kian kalut. Menjatuhkan pistol serentak dengan berkas-berkas di tangannya dan perlahan dirinya sendiri.       

Hendra berlutut di hadapan kakeknya: "aku mohon kembalikan istriku, ku mohon.. aku tak bisa hidup tanpa dia.. aku janji akan ku turuti semua keinginanmu.. tapi kembalikan Aruna padaku. Kau boleh perintahkan apa saja yang kau inginkan.. akan ku lakukan semuanya.. sesuai kehendakmu" laki-laki berlutut sedang merintih memohon sesuatu pada kakeknya sendiri.       

Wiryo pun kesulitan menatapnya sang kakek sama kalutnya, sempat memejamkan mata. Rintihan cucunya sama seperti yang dia lakukan kala itu. Hendra tidak berubah masih laki-laki kecil yang sama. Yang memohon padanya untuk dibelikan ayah.      

"opa.. Aku mau ayah.. aku mohon.. belikan aku ayah.. aku janji akan menuruti semua permintaan opa.. tapi belikan ayah untukku. Kau boleh perintahkan apa saja yang kau inginkan.. akan kulakukan semuanya.. sesuai permintaanmu"      

.     

.     

__________________________     

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/     

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^     

Gift anda adalah semangat ku untuk berkreasi. Beri aku lebih banyak Semangat!     

Silahkan tinggalkan jejak komentar, aku selalu membacanya.     

Review bintang 5,     

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak     

-->     

(^_^) love you All, intip juga novel saya yang lain [IPK : Inilah Perjanjian Kita, Antara Aku Dan Kamu] dan [YBS: You Are Beauty Selaras]. Dengan gaya menulis berbeda dimasing masing novel.     

INFO : Instagram bluehadyan, fansbase CPA (Hendra, Aruna, Damar)     

Nikmati Cuplikan seru, spoiler dan visualisasi CPA     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.