Ciuman Pertama Aruna

II-4. Bisa Jadi



II-4. Bisa Jadi

0"Bunuh saja aku sekarang, kalau untuk bertemu istriku saja aku tidak diberikan harapan" Lesmana menatap menantunya. Pria itu terlihat benar-benar frustasi.     
0

"kau sudah sembuh Hendra. Lepaskan putriku, izinkan dia nikmati masa mudanya" Ayah Aruna berusaha menyadarkan menantu yang terlihat memaksakan kehendaknya. Lesmana tahu pewaris itu perlahan mulai ketergantungan pada putrinya. Instingnya sebagai ayah dan pengalamannya sebagai bagian dari keluarga Djoyodiningrat menyadari putrinya akan tersiksa jika dibiarkan menjadi bagian dari keluarga mantan tuannya.     

"Hari ini dia tidak ada di rumah. Harusnya kamu melihat betapa bahagianya dia karena di izinkan keluar rumah, mungkin saat ini sudah di kampus" Lanjut Lesmana.     

"Aku tidak bisa, tidak mungkin aku bisa melanjutkan hidup tanpa Aruna" dan pria ini masih bersih kukuh.     

"Andai kamu tahu.. dia menangis bahagia dan memelukku berkali-kali karena diizinkan keluar rumah" Sekali lagi Lesmana mencoba menyadarkan posisi Hendra saat ini.     

"Akan kuberikan itu untuk Aruna, apa saja yang membuat dia bahagia" Bukan Hendra kalau dia tidak keras kepala.     

"Apa kamu belum sadar, kebebasan yang di impikan putriku adalah kemustahilan untuk perempuan di keluarga mu?. Apalagi perempuan yang menjadi istri pewaris tunggal" seorang mantan ajudan seperti Lesmana sangat paham. Bagaimana dulu dirinya juga harus melindungi perempuan yang menjadi pewaris tunggal kala itu.      

Gayatri hampir mirip dengan Aruna, orang-orang yang menjadi musuh Djayadiningrat pasti akan memilihnya sebagai sasaran empuk seperti perempuan istri pewaris tunggal, agar gadis itu tidak melahirkan keturunan dia perlu dilenyapkan sebelum terlambat. Polanya masih sama secara turun temurun.     

"Beri aku waktu, akan aku wujudkan yang mustahil itu. Aku hanya butuh satu ungkapan dari mu ayah" Hendra mencoba meyakinkan ayah mertuanya. Dia memahami Aruna sangat patuh pada ayahnya.      

"Jika aku bisa akan aku berikan, tapi kalau..." Belum usai ayah Aruna bicara.     

"Katakan pada Aruna dia diizinkan kembali padaku, hanya itu" Hendra butuh pernyataan sepele tersebut keluar dari mulut ayah Lesmana untuk putrinya. Lelaki bermata biru menyadari istrinya sangat patuh pada ayahnya.     

"jika Aruna mau" Lesmana seolah mengingatkan posisi Hendra.      

"Iya, dia pasti mau.." sedangkan Hendra, dia yakin gadis itu pasti kembali padanya. Karena mereka saling mencintai satu sama lain. Bukan lagi perasaan sepihak atau menjalani kisah cinta sendiri yang selama ini ada di benaknya.     

 .      

.     

"Aruna...?!" Agus seolah melihat hantu ketika gadis itu berdiri di dekat tangga. Tampaknya Aruna baru naik ke lantai dua. Alat yang dipasang Agus di pintu sebagai tanda pengingat kedatangan seseorang di lantai 1 dan terhunbung pada lantai 2 telah rusak, sayangnya tak terlihat ada inisiatif untuk memperbaiki.     

"Agus perbaiki sensor pintunya!" Aruna datang-datang sudah gatal ingin mengingatkan.      

"Kak Aruna..." sedangkan yang lain satu persatu membaur menyapa Aruna. Di jam mereka harusnya bekerja, tinggal Laras dan Tito termasuk Agus yang tidak jelas sedang ngapain.      

"Kamu lagi ngapain Gus! Yang lain ke mana ini?! Aduh kenapa tempatnya jadi berantakan seperti ini? Apa Damar sering kemari? Kayaknya bukan deh! Pasti kalian males bersih-bersih?!" gadis itu baru kembali dan coloteh cerewetnya sudah memenuhi ruangan, terlihat jelas Aruna berbeda dengan dirinya kala berada di lingkungan keluarga Djoyodiningrat. Founder Surat Ajaib langsung menghayati perannya yang sempat menghilang lama. Aruna adalah leader yang paling bersemangat untuk membangun surat ajaib dia inisiator dan roda penggerak yang pandai mengingatkan teman-temannya.      

"lama tidak jumpa.. Harusnya kita nostalgia dulu.. seru-seruan dulu.. malah cerewet mu duluan yang keluar" ejek Agus mager.     

"kau juga banyak ngomong! Dari pada begitu turun sana memperbaiki sensor pintu!" Aruna mendekati Agus dan menarik tubuh bongsor itu. Sempat terjatuh karena si bongsor masih males minta ampun dan Aruna tidak sanggup menarik tubuhnya.     

"Huh dasar Aaaguuus!. Apa aku harus membelikan mu jus alpukat" Aruna hafal kesukaan si bongsor.     

"Ya nyonya... laksanankan" Agus bangkit di iringi senyum cerahnya.     

Aruna sempat menghela nafas dan berikutnya gadis ini memberinya semangat  : "Agus terbaik"      

Pengalamannya secara otodidak mendampingi sahabat-sahabatnya membuat gadis ini pandai mengatur orang lain untuk bergerak, hebatnya tidak dengan melukai. Sehingga teman-temannya sukarela menjalankan ide yang dia tawarkan. Aruna selalu punya cara untuk mengatakan bahwa yang kita lakukan bersama-sama adalah demi kebaikan bersama. Dan prinsip itu seolah membekas pada hati teman-teman surat ajaib.     

"Tito, Laras hentikan dulu pekerjaanmu. Ayo kita bersih-bersih. Aku yakin kalau diarapikan tempat ini akan menjadi lebih nyaman.. nanti kerjanya juga lebih cepat" bujuk Aruna dan keduanya mengikuti arahan senior mereka.      

"ngomong-ngomong yang lain ke mana?" tanya Aruna di sela-sela kesibukan ketiganya merapikan lantai 2.     

"Kak Timi lagi nego pesanan dengan customer" jawab Tito.     

 "terus kak Lily ngajak kak Andien buntutin kak Timi" tambah Laras.      

"Ya ampun.. bisa-bisanya Lily" Aruna tak abis pikir Lily tambah unik aja.     

"kakak tidak bertanya tentang kak Dea?" kini Laras kembali bicara.     

"Aku memintanya mencari jadwal ujian ku, dan daftar tugas kampus yang belum aku kerjakan. Mungkin sebentar lagi Dea akan tiba" balas Aruna.      

"kak Dea pasti suka banget kakak kembali, dia sering stress sendirian gara-gara kelakuan kita yang sulit diatur" (Laras)     

"haha tapi kalian berdua nggak bandel kan?"      

"kadang ikut-ikutan juga sih. Hehe" (Laras)     

"Apa benar kau akan kembali kesini selamanya?" (Tito)     

"Kamu tak suka Tito?"     

"Sebaliknya Aku sangat suka. Cuman.. Aku penasaran, Apa itu artinya kau sudah berpisah dengan suami mu?" Tito jadi laki laki keppo bukan tanpa alasan. Pria ini tiap hari di hubungi Damar, kakak tingkat yang kini kayaknya seangkatan dengannya karena kebanyakan bolos dan cuti kuliah terus saja merayunya agar mau dijadikan mata ketiga untuk mengetahui seluk beluk Aruna.     

Kabar dia pulang membuat pemuda Padang bolak balik datang dan menjelma menjadi baik karena ada maunya. Mau ketemu Aruna dan ingin kembali menjadi bagian dari Surat Ajaib.     

_Ah sebal, kenapa juga aku ikuti kemauan Danu Umar_ Batin Tito menyesal sendiri     

"Tito kamu bicara apa sich?!" Laras mendekatinya lalu memukulkan sebuah benda ditubuh Tito.      

"Bisa jadi iya.." jawab Aruna singkat. Seiring caranya merapikan benda-benda yang perlahan mulai melambat.      

"tuh kan!" Seru Tito mencoba menghentikan Laras memukul pundaknya.      

"tidak mungkin juga Aruna berada di sini, apalagi mengurus kembali surat ajaib. Hampir mustahil untuk istri seorang konglomerat, kecuali dia em.." tambah Tito menyingkirkan benda yang digunakan Laras untuk memukul dirinya. Tapi ucapan terakhir itu membuat anak sastra canggung sendiri, sengaja tidak dilanjutkan.     

Sedangkan di sisi lain Aruna diam membeku.     

.     

.     

__________________________     

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/     

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^     

Gift anda adalah semangat ku untuk berkreasi. Beri aku lebih banyak Semangat!     

Silahkan tinggalkan jejak komentar, aku selalu membacanya.     

Review bintang 5, berupa kalimat lebih aku sukai     

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak     

-->     

(^_^) love you All, intip juga novel saya yang lain [IPK : Inilah Perjanjian Kita, Antara Aku Dan Kamu] dan [YBS: You Are Beauty Selaras]. Dengan gaya menulis berbeda dimasing masing novel.     

INFO : Instagram bluehadyan, fansbase CPA (Hendra, Aruna, Damar)     

Nikmati Cuplikan seru, spoiler dan visualisasi CPA     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.