Ciuman Pertama Aruna

II-7. Oh Ya Tuhan



II-7. Oh Ya Tuhan

0"aku rasa pilihannya sangat tepat.. dia harus pulang supaya selamat" suara desahan yang ia kira hanya terdengar oleh dirinya sendiri nyatanya dibalas oleh seorang perempuan, ungkapan Andien sedikit mengejutkan.     
0

"Kau? maksud mu apa? " Timi memicingkan mata mencari tahu makna dari ucapan sesama anak baru dalam lingkaran surat ajaib. Mereka datang secara bersamaan bedanya Timi datang karena sebuah rekruitment sedangkan Andin datang karena dia melakukan penelitian di tempat ini.     

"Aku hanya mau bilang hidup di keluarga kolongmerat seperti Djoyodiningrat pasti tidak mudah, apalagi dia masih muda. Membebaskan diri dari paras malaikat adalah keselamatan untuk Aruna" Andien menjelaskan panjang lebar untuk mengalihkan fokus Timi.     

"aku rasa makna pernyataan mu tadi tidak demikian" sentil timi pada Andin yang seolah sok tahu. memang sejak awal dua orang ini sulit dekat satu sama lain.     

.     

.     

"Aruna aku antar kamu pulang" Damar mengejarnya hingga keluar pintu outlet surat ajaib. Bunyi salam sapa yang suarakan oleh alat buatan Agus kembali terdengar. Bahkan alat itu menyapa dua kali karena ada dua anak muda yang berangsur angsur melewatinya.     

"aku bawa motor sendiri Damar"     

"Kau tidak kangen sama Vespa ku?"     

"lain kali lah, lihat! banyak banget kan yang harus aku kerjakan" perempuan ini menunjukkan berkas yang sudah menanti.     

"Aku pikir saat kita bertemu kembali, kau dan aku punya gejolak dengan irama yang sama"      

"Jangan bicara yang aneh-aneh aku sulit memahami maksud mu"      

"Hehe begitu ya.."     

"Ya begitulah.." gadis itu mulai merapikan berkas-berkasnya, dia menyisipkan paper bag pada pengait kecil di motor matic-nya.      

"aku pikir kau akan antusias berjumpa dengan ku" sela Damar minta di perhatikan.     

"Aku juga antusias berjumpa semuanya.. tapi antusias tidak harus melompat-lompat kan?"      

"Iya juga sich" Damar merasa sedikit kecewa dengan ekspresi yang ditujukan Aruna. Gadis ini biasa saja menanggapi kebahagiaan yang rasanya tidak terbendung di hati Damar. Namun si rona kemerahan memang selalu begini. Sulit dimengerti dan bikin penasaran.     

"Aku pulang dulu ya.. jangan kebanyakan nongkrong"     

"Kembalinya diri mu tak akan ku sia-siakan.. aku akan jadi lebih baik lagi setelah ini"     

"Aku tidak suka dengan ucapan mu yang terakhir. Kamu harus lebih baik karena diri mu sendiri bukan karena orang lain. Itu baru hebat"      

"Apa menikah membuat orang tambah dewasa, kata-kata mu sudah mirip dengan kata-kata bunda mu"      

"Hahaha bisa jadi" Aruna mulai mengenakan helmnya. Kemudian gadis itu beranjak pergi. Dan ada hati yang seolah tidak rela. Meneriakkan wujud keberadaannya.      

"Aruna tunggu.."     

"Hah? Ada apa lagi?"      

"Nggak tahu kenapa kok sakit banget sih ini"     

"kau sakit?"     

"Iya nih. nggak tahu kenapa! coba deh kamu periksa!"     

"apa Damar!? Jangan membuatku khawatir deh!"     

Dan si Damar mendekat mengambil tangan Aruna. Meletakkan tangan itu di dadanya.      

"Huuh.. Sudah sembuh.. lega deh rasanya!". Pria itu tersenyum nyengir. Mengamati tangan Aruna yang menyentuh dadanya.      

"Haaah rese kamu Damar.." si perempuan memukul dada Damar. Kemudian dia tertawa ngakak. Lama juga tidak melihat kelakuan konyol sahabatnya satu ini.      

Pemuda Padang juga ikut tertawa, tapi tawanya sedikit berbeda. Ada rasa merah di pipinya dan rasa malu yang demikian membuncah.      

"Damar lihat itu?" Aruna menunjukkan sesuatu di langit.      

"Apa? Ada apa?" Si pria penasaran, menatap arah telunjuk tangan Aruna.     

"Ada orang bodoh kena tipu" gadis itu melaju meninggalkan pria yang suka sekali mengumbar kata kata mata manis untuknya. Sebuah wujud balas dendam nyata yang dilakukan Aruna atas kelakuan Damar yang sejak tadi terus menerus mengganggunya dengan cara manis.      

***     

"Katakan pada Aruna dia diizinkan kembali padaku, hanya itu" Hendra butuh pernyataan sepele tersebut keluar dari mulut ayah Lesmana untuk putrinya. Lelaki bermata biru menyadari istrinya sangat patuh pada ayahnya.     

"jika Aruna mau" Lesmana seolah mengingatkan posisi Hendra.      

"Iya, dia pasti mau.." sedangkan Hendra, dia yakin gadis itu pasti kembali padanya. Karena mereka saling mencintai satu sama lain. Bukan lagi perasaan sepihak atau menjalani kisah cinta sendiri yang selama ini ada di benaknya.     

.     

.     

"Selamat sore, Putri cantik nya ayah pulang" sapa gadis berkuncir kuda membuka pintu ruang tamu. Sontak berkas yang dibawa terjatuh, menyadari ternyata ada tamu di dalam.      

Tamu tidak asing itu lekas berdiri menatapnya. Belum sempat Aruna menemukan keyakinannya. Lelaki bermata biru mendekat menghambur memeluknya erat erat hampir saja dia kesulitan bernafas.      

Hendra mendekap kuat hingga seluruh berkas yang dia pegang runtuh ke bawah.      

"oh ya Tuhan akhirnya aku bisa melihat mu . . "ucapan itu diungkapkan Mahendra berkali-kali sembari menyikap rambut Aruna.     

Aruna tidak bisa berkata apa-apa dia masih terkejut, tak bisa memberi tanggapan apapun ada ayah disana Aruna takut ayahnya kecewa. Dia sempat melirik Lesmana, terlihat ayah pun tampak pasrah dengan cara Hendra memeluk putri bungsunya.      

Aruna seolah ingin bertanya pada ayahnya bolehkah aku membalas pelukan ini? Tapi mulutnya terkunci, sebuah senjata api tergeletak di atas meja. Dan oppa Wiryo pun ada di sana. Pantas saja tadi di depan rumah jejeran mobil berwarna hitam memanjang di tepian jalan rumah baru keluarga Lesmana.      

"Hen Aku tadi belum sempat mandi, barusan membersihkan outlet surat ajaib" bisiknya lirih pada pria yang terus-menerus mengendus pipinya.      

"Tak masalah.." pria ini kembali memeluk tubuh perempuan mungil itu sekali lagi. Seolah tidak ingin terlepas apa lagi melepas. Menangkap wajahnya lekat-lekat dan mendaratkan bibirnya ke segala arah. Mata hidung pipi pelipis bahkan tepian telinga pun dia endus.      

Hingga sang perempuan tak mungkin lagi mengabaikan. Gadis ini juga ingin memeluknya, dia menyadari Hendra sedang kacau. Rambut halus di sekujur dagunya. Kantung mata menghitam dan rambut mulai memanjang tak terurus. Dia seolah tidak melihat Hendra sebagai CEO perfeksionis.      

Caranya memeluk dan mendekap Aruna seperti orang kehilangan akal. Dia berkali-kali mengucapkan kalimat yang sama berawal dari kata 'oh ya Tuhan'      

Sejalan berikutnya gadis ini melihat oppa Wiryo dan ayah Lesmana meninggalkan ruangan. Tangan Hendra tidak mau melepaskan gadis dalam dekapannya.      

"Hendra sudah kau membuat aku sesak nafas" protes Aruna turut larut menatap pria yang memberikannya sentuhan somatosensori di sekujur wajahnya.      

Pria itu sempat berhenti sejenak. Matanya yang biru dicampur dengan warna merah, seolah mengabarkan bahwa dia benar-benar sedang dibuat bahagia. Kakek dan ayah yang memilih menyingkir mungkin saja merasa tidak tahan melihat betapa dalamnya perasaan yang diusung pria bermata biru.     

"I love you too.."      

"Maaf aku telat tahu.. tapi terima kasih kau juga mencintaiku"      

Aruna terdiam memahami kata yang diucapkan Hendra. Dari mana pria ini tahu kalau dia pun juga menyayanginya.      

Dan Hendra tersenyum menyadari ada gadis mungil kebingungan karena rahasianya terbongkar.      

"Graffiti itu, aku mendatanginnya karena  terlalu rindu pada mu. Ternyata tulisan nama aku terdapat kode rahasia" senyuman Hendra berikut, dibalas wajah merah canggung malu-malu oleh sang perempuan.      

Kini pria itu menyusupkan lidahnya ke dalam bibir yang dulu dia tagih tiap pagi : "Hendra.. tunggu sebentar.. "      

Pernyataan ini disertai dorongan pada dada sang pria. Sehingga menghentikan cara lidah itu melumat bibir yang dia puja.      

"kenapa hem.. Ada apa?" setiap gerakan Aruna menggetarkan detak jantungnya.      

"Walaupun aku mencintai mu, tapi bukan berarti aku harus ikut pulang bersama mu. Aku Masih ingin di sini. Di rumah ayah ku.  Aku ingin menata kembali kuliah ku yang berantakan dan kembali melanjutkan mimpi ku bersama teman-teman surat ajaib. Aku minta maaf."     

Deg deg deg     

.     

.     

__________________________     

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/     

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^     

Gift anda adalah semangat ku untuk berkreasi. Beri aku lebih banyak Semangat!     

Silahkan tinggalkan jejak komentar, aku selalu membacanya.     

Review bintang 5, berupa kalimat lebih aku sukai     

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak     

-->     

(^_^) love you All, intip juga novel saya yang lain [IPK : Inilah Perjanjian Kita, Antara Aku Dan Kamu] dan [YBS: You Are Beauty Selaras]. Dengan gaya menulis berbeda dimasing masing novel.     

INFO : Instagram bluehadyan, fansbase CPA (Hendra, Aruna, Damar)     

Nikmati Cuplikan seru, spoiler dan visualisasi CPA     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.